Pertanian Tak Boleh Berhenti, BPPSDMP Kementan Bahas Implementasi Closed Loop
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dalam masa pandemi Covid-19, bersinergi antar instansi terkait menjadi hal penting untuk dilakukan. Hal ini juga yang dilakukan Kementerian Pertanian, melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP). Bersama pihak terkait, BPPSDMP membahas implementasi Closed Loop dalam memperbaiki supply chain komoditas pertanian.
Pembahasan dilakukan dalam Focus Group Discussion (FGD) virtual, Rabu (6/5/2020). Menurut Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi, FGD ini adalah respon terhadap arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang menegaskan pertanian tidak boleh berhenti.
"Penyediaan pangan bagi 267 juta penduduk Indonesia menjadi program utama Kementan. Terlebih dalam masa pandemi Covid-19," tutur Dedi dalam keterangan di Jakarta, Sabtu (9/5/2020).
Dijelaskannya, salah satu upaya yang dilakukan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian adalah percepatan regenerasi petani.
"Dalam masa Covid-19 ini, banyak peluang yang bisa dimanfaatkan oleh pengusaha pertanian milenial khususnya di bidang produksi on-farm," ujar Dedi.
Ia pun mengingatkan seluruh jajarannya agar bersinergi dengan instansi terkait di era disrupsi akibat pandemi Covid-19. Dedi menilai bersinergi adalah sebuah solusi.
FGD dihadiri oleh para Duta Petani Milenial (DPM) dan Duta Petani Andalan (DPA) Nasional. Hadir pula para Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan), Direktur Politeknik Enjinering Pertanian Indonesia (PEPI), dan Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP).
Kementan mengundang Ketua Kompartemen Hortikultura Kadin Karen Tambayong, dan Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Perdagangan dan Hubungan Internasional Banun Harpini sebagai narasumber.
Selain itu, narasumber juga didatangkan dari pihak swasta antara lain PT East West Seed, PT Ranko, PT Pupuk Kujang, serta Pasar Komoditi Nasional (Paskomnas) Indonesia. FGD dimoderatori Kepala Pusat Pendidikan Pertanian Idha Widi Arsanti.
"Closed loop agribusiness menjadi jembatan untuk petani dan pasar sehingga suplai lebih maksimal dan produk atau harga menjadi stabil," ujar Ketua Kompartemen Hortikultura Kadin, Karen Tambayong.
Ada sebuah action model pada closed loop yang bisa direplika dimana saja. Ia mengungkapkan bahwa kuncinya adalah sinergi antara BUMN dengan swasta.
Dalam kondisi seperti sekarang, lanjutnya, swasta harus diajak dan turut berperan, selain petani, universitas, dan pasar. Ia pun menegaskan keterlibatan swasta jelas harus ada.
"Bagi milenial, lapangan pekerjaan baru terbuka ketika mereplika program closed loop tadi," jelas Karen.
Pada sesi selanjutnya, Banun Harpini menyampaikan closed loop bisa menjadi alternatif dalam mengatasi berbagai permasalahan sistem agribisnis produk pertanian. Menurutnya, sejumlah pengamat menilai masa Covid-19 ini membawa berkah untuk subsekstor hortikultura.
"Bagaimana kita memperbanyak juara-juara dari closed loop ini dan para juara ini membutuhkan dukungan," paparnya.
Ketika menutup forum ini, Idha menyampaikan "Sinergi sudah dimulai dan akan terus diperkuat". Secara parsial beberapa permasalahan di lapangan sudah tersalurkan. Ia menegaskan akan memberikan dukungan dan juga memfasilitasi para petani milenial.
"Ke depannya, forum akan lebih difokuskan lagi per komoditas," tutur Idha.
Pembahasan dilakukan dalam Focus Group Discussion (FGD) virtual, Rabu (6/5/2020). Menurut Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi, FGD ini adalah respon terhadap arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang menegaskan pertanian tidak boleh berhenti.
"Penyediaan pangan bagi 267 juta penduduk Indonesia menjadi program utama Kementan. Terlebih dalam masa pandemi Covid-19," tutur Dedi dalam keterangan di Jakarta, Sabtu (9/5/2020).
Dijelaskannya, salah satu upaya yang dilakukan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian adalah percepatan regenerasi petani.
"Dalam masa Covid-19 ini, banyak peluang yang bisa dimanfaatkan oleh pengusaha pertanian milenial khususnya di bidang produksi on-farm," ujar Dedi.
Ia pun mengingatkan seluruh jajarannya agar bersinergi dengan instansi terkait di era disrupsi akibat pandemi Covid-19. Dedi menilai bersinergi adalah sebuah solusi.
FGD dihadiri oleh para Duta Petani Milenial (DPM) dan Duta Petani Andalan (DPA) Nasional. Hadir pula para Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan), Direktur Politeknik Enjinering Pertanian Indonesia (PEPI), dan Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP).
Kementan mengundang Ketua Kompartemen Hortikultura Kadin Karen Tambayong, dan Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Perdagangan dan Hubungan Internasional Banun Harpini sebagai narasumber.
Selain itu, narasumber juga didatangkan dari pihak swasta antara lain PT East West Seed, PT Ranko, PT Pupuk Kujang, serta Pasar Komoditi Nasional (Paskomnas) Indonesia. FGD dimoderatori Kepala Pusat Pendidikan Pertanian Idha Widi Arsanti.
"Closed loop agribusiness menjadi jembatan untuk petani dan pasar sehingga suplai lebih maksimal dan produk atau harga menjadi stabil," ujar Ketua Kompartemen Hortikultura Kadin, Karen Tambayong.
Ada sebuah action model pada closed loop yang bisa direplika dimana saja. Ia mengungkapkan bahwa kuncinya adalah sinergi antara BUMN dengan swasta.
Dalam kondisi seperti sekarang, lanjutnya, swasta harus diajak dan turut berperan, selain petani, universitas, dan pasar. Ia pun menegaskan keterlibatan swasta jelas harus ada.
"Bagi milenial, lapangan pekerjaan baru terbuka ketika mereplika program closed loop tadi," jelas Karen.
Pada sesi selanjutnya, Banun Harpini menyampaikan closed loop bisa menjadi alternatif dalam mengatasi berbagai permasalahan sistem agribisnis produk pertanian. Menurutnya, sejumlah pengamat menilai masa Covid-19 ini membawa berkah untuk subsekstor hortikultura.
"Bagaimana kita memperbanyak juara-juara dari closed loop ini dan para juara ini membutuhkan dukungan," paparnya.
Ketika menutup forum ini, Idha menyampaikan "Sinergi sudah dimulai dan akan terus diperkuat". Secara parsial beberapa permasalahan di lapangan sudah tersalurkan. Ia menegaskan akan memberikan dukungan dan juga memfasilitasi para petani milenial.
"Ke depannya, forum akan lebih difokuskan lagi per komoditas," tutur Idha.
(bon)