Di Tengah Pandemi, Rumah Subsidi Jadi Primadona buat Industri Properti
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Utama TMA Group Tuti Mugiastuti menyatakan, sejak awal perjalanan Covid-19 hingga saat ini rumah subsidi masih banyak peminatnya. Dengan demikian, kondisi itu menjadi peluang bisnis yang sangat menarik. Apalagi ditambah dengan bantuan adanya keringanan uang muka (DP). ( Baca juga:Membiarkan Jendela Terbuka Dapat Mengurangi Risiko Tertular Covid-19 )
"Potensi pasar masih tinggi sebab sekitar 80% masyarakat itu penghasilannya masih di bawah Rp4 juta, makanya perumahan subsidi adalah jawaban yang tepat," kata Tuti saat webinar di Jakarta, Kamis (12/11/2020). Meski demikian, masih ada tantangan untuk perumahan kelas menengah dan menengah bawah.
"Makanya untuk menjawab itu, kami sebagai developer harus memberikan produk yang terbaik bagi masyarakat, seperti sediakan lokasi yang strategis dekat dengan kawasan industri dan berikan kepastian untuk memudahkan proses pembayaran," ungkap dia.
Sementara itu, Direktur Consumer & Commercial Landing PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Hirwandi Gafar menuturkan, penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR), khususnya KPR subsidi masih menjadi andalan Bank BTN untuk program Sejuta Rumah.
Hal ini terlihat dari realisasi KPR subsidi sebesar 77.828 unit atau senilai Rp10,7 triliun dibandingkan KPR non-subsidi yang sebesar 15.620 unit, atau senilai Rp 4,8 triliun. Adapun capaian Program Sejuta Rumah yang dimulai sejak tahun 2015 itu terus menunjukkan peningkatan di tiap tahunnya.
Berdasarkan catatan, kinerja Bank BTN di kuartal III-2020 berhasil menyalurkan kredit dan pembiayaan sebesar Rp254,91 triliun. Dari angka tersebut, terlihat bahwa KPR masih mendominasi, yakni senilai Rp196,51 triliun atau naik 1,39% year on year (yoy) dari Rp193,8 triliun pada kuartal III-2019.
"KPR subsidi mengambil porsi lebih besar senilai Rp116,32 triliun dibandingkan KPR non-subsidi yang sebesar Rp80,18 triliun," kata Hirwandi.
Tahun depan, masih ada potensi animo masyarakat terhadap pembelian properti seperti halnya rumah. Pertama, karena proyeksi ekonomi tahun 2021 diperkirakan 5,5% plus minus 1% sehingga jika ekonomi membaik, maka industri properti ikut membaik. ( Baca juga:Menko Luhut Minta Gojek Terus Ngacir Bantu Pelaku Usaha Kecil )
Kedua, ketersedian anggaran subsidi meningkat dimana fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) menjadi Rp16.3 triliun pada tahun 2021. Ketiga, kehidupan baru (new normal) sudah mulai terbiasa di kehidupan masyarakat. Serta keempat, bulan Desember 2020 hingga Januari 2021 vaksin kemungkinan sudah bisa dipergunakan. Dengan demikian, dirinya optimitis pasar properti tahun depan bisa membaik.
"Potensi pasar masih tinggi sebab sekitar 80% masyarakat itu penghasilannya masih di bawah Rp4 juta, makanya perumahan subsidi adalah jawaban yang tepat," kata Tuti saat webinar di Jakarta, Kamis (12/11/2020). Meski demikian, masih ada tantangan untuk perumahan kelas menengah dan menengah bawah.
"Makanya untuk menjawab itu, kami sebagai developer harus memberikan produk yang terbaik bagi masyarakat, seperti sediakan lokasi yang strategis dekat dengan kawasan industri dan berikan kepastian untuk memudahkan proses pembayaran," ungkap dia.
Sementara itu, Direktur Consumer & Commercial Landing PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Hirwandi Gafar menuturkan, penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR), khususnya KPR subsidi masih menjadi andalan Bank BTN untuk program Sejuta Rumah.
Hal ini terlihat dari realisasi KPR subsidi sebesar 77.828 unit atau senilai Rp10,7 triliun dibandingkan KPR non-subsidi yang sebesar 15.620 unit, atau senilai Rp 4,8 triliun. Adapun capaian Program Sejuta Rumah yang dimulai sejak tahun 2015 itu terus menunjukkan peningkatan di tiap tahunnya.
Berdasarkan catatan, kinerja Bank BTN di kuartal III-2020 berhasil menyalurkan kredit dan pembiayaan sebesar Rp254,91 triliun. Dari angka tersebut, terlihat bahwa KPR masih mendominasi, yakni senilai Rp196,51 triliun atau naik 1,39% year on year (yoy) dari Rp193,8 triliun pada kuartal III-2019.
"KPR subsidi mengambil porsi lebih besar senilai Rp116,32 triliun dibandingkan KPR non-subsidi yang sebesar Rp80,18 triliun," kata Hirwandi.
Tahun depan, masih ada potensi animo masyarakat terhadap pembelian properti seperti halnya rumah. Pertama, karena proyeksi ekonomi tahun 2021 diperkirakan 5,5% plus minus 1% sehingga jika ekonomi membaik, maka industri properti ikut membaik. ( Baca juga:Menko Luhut Minta Gojek Terus Ngacir Bantu Pelaku Usaha Kecil )
Kedua, ketersedian anggaran subsidi meningkat dimana fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) menjadi Rp16.3 triliun pada tahun 2021. Ketiga, kehidupan baru (new normal) sudah mulai terbiasa di kehidupan masyarakat. Serta keempat, bulan Desember 2020 hingga Januari 2021 vaksin kemungkinan sudah bisa dipergunakan. Dengan demikian, dirinya optimitis pasar properti tahun depan bisa membaik.
(uka)