IHSG Diprediksi Menguat Ditopang Sentimen Positif Pelonggaran Lockdown

Senin, 11 Mei 2020 - 06:13 WIB
loading...
A A A
"Dalam pernyataan sesudahnya mereka mengatakan kedua belah pihak sepakat bahwa meskipun dalam kondisi darurat kesehatan global saat ini, kedua negara sepenuhnya berharap untuk memenuhi kewajiban mereka tepat waktu sesuai perjanjian yang dibuat. Hal ini menjadi sentiment positif pasar pekan depan," jelas Hans.

Data tenaga kerja yang keluar menunjukan lonjakan orang kehilangan pekerjaan dan lonjakan tingkat pengangguran yang terburuk sejak Perang Dunia II. Departemen Tenaga Kerja mencatat 20,5 juta orang kehilangan pekerjaan pada periode bulan April dan hal ini membuat tingkat pengangguran naik menjadi 14,7% dari sebelumnya 4,4%.

Hasil ini ternyata lebih baik daripada ekpektasi pelaku pasar. Para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan tingkat kehilangan pekerjaan 21,5 juta dan tingkat pengangguran akan mencapai 16%. Sedangkan data klaim tunjangan penganggguran mingguan mencapai 3,169 juta turun dari revisi 3,846 juta pada pekan sebelumnya tetapi lebih tinggi dari hasil survei ekonom Reuters yang memperkirakan 3,0 juta klaim. Hal ini menjadikan dalam tujuh minggu total klaim tunjangan pengangguran menjadi 33,5 juta.

"Penghitungan tunjangan klaim pengangguran minggu lalu adalah yang terendah sejak virus koronas baru dinyatakan sebagai pandemic sejak pertengahan Maret. Kemungkinan AS telah melalui yang terburuk dari lockdown dan sekarang pelaku pasar mulai menganalisis langkah pembukaan kembali bisnis dan bagaimana data kedepannya," paparnya.

Di tengah lockdown bisnis akibat Covid-19, banyak perusahaan teknologi mencatatkan pendapatan yang solid. Tercatat Facebook, Amazon Alphabet dan Apple membukukan keuntungan dan mendorong harga saham dan indeks Nasdaq naik. Apple mengatakan bahwa Jumat ini pihaknya akan membuka kembali toko dengan pemeriksaan suhu dan jumlah pelanggan terbatas di lokasi pada satu waktu. Positif nya saham-saham teknologi mendorong Indeks naik lebih tinggi.

Pengadilan tinggi Jerman memutuskan bahwa program pembelian obligasi pemerintah oleh Bank Sentral Eropa (ECB) melanggar hukum. Pengadilan konstitusi Jerman memutuskan Bundesbank harus berhenti membeli obligasi pemerintah jika Bank Sentral Eropa tidak dapat membuktikan pembelian tersebut memang diperlukan. Program pelonggaran kuantitatif (QE) yang berjalan antara tahun 2015 sampai 2018 dirancang untuk menopang perekonomian zona euro dengan menjaga biaya pinjaman tetap rendah.

"Italia sangat bergantung pada program ini untuk menjaga agar biaya pinjaman tetap rendah. Keputusan ini tidak akan memengaruhi tindakan pembelian obligasi darurat senilai 750 miliar Euro yang dilakukan oleh ECB untuk menopang perekonomian dan mengurangi dampak pandemi Covid-19," ungkap Hans.

Pasar pekan lalu sempat diwarnai sentiment data ekonomi yang jelek, sehingga menimbulkan harapan langkah-langkah stimulus lebih banyak dari berbagai bank sentral dan pemerintah di seluruh dunia untuk meredam kerusakan ekonomi akibat Covid-19.
(akr)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1334 seconds (0.1#10.140)