Ssst...! Demi Beli Sukuk, Kaum Perempuan Rela Kurangi Uang Belanja?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Pembiayaan Syariah DJPPR Kementerian Keuangan Dwi Irianti Hadiningdyah mengatakan, penjualan produk investasi sukuk ritel seri 13 (SR013) mencapai Rp25,7 triliun. Capaian ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan penjualan obligasi negara ritel seri 17 (ORI017) yang senilai Rp18,34 triliun pada periode Juni-Juli 2020.
Dia mengungkap data-data pembeli SR013 yang ternyata didominasi oleh kaum perempuan . Pertama dari sisi jumlahnya terdapat 25.222 investor perempuan yang mendominasi atau sebesar 56,3%. Sedangkan secara volumenya perempuan juga mendominasi 50,8% atau mencapai Rp12 Triliun. Kemudian secara usia sebesar 36,59% didominasi usia milenial. ( Baca juga:Menkeu Akui Pemanfaatan Ekonomi Digital Belum Maksimal )
"Para perempuan mendominasi investasi di SR013. Kemungkinan ada pengurangan uang belanja yang dialihkan dengan berinvestasi," ujar Irianti dalam webinar hari ini di Jakarta.
Dia juga mengatakan minat milenial sangat tinggi berinvestasi karena menggunakan platform online. Meskipun secara nominal masih didominasi oleh usia baby boomers yang lebih mapan secara finansial. Strategi pemerintah meluncurkan instrumen tradable ini ternyata cukup berhasil karena minat masyarakat yang tinggi.
"Tujuannya untuk memanfaatkan dana menganggur di masyarakat akibat kondisi ketidakpastian. Namun nanti bila pandemi berakhir instrumen ini juga bisa dijual untuk keperluan lainnya," ujar Dwi.
Saat ini juga sedang berlangsung penjualan instrumen surat utang ritel Sukuk Tabungan seri ST007. Seri ST007 merupakan instrumen yang tidak dapat diperdagangkan atau non-tradable sehingga minat investor tidak sebesar pada seri lainnya. Di sisi lain, ST007 juga merupakan instrumen surat utang ritel terakhir yang terbit tahun ini sehingga pemerintah tidak muluk memasang target besar dari penerbitan instrumen ini.
Sebelum ST007, sepanjang tahun ini pemerintah telah menerbitkan lima surat negara berharga ritel yakni SBR009, SR012, ORI017, SR013, ORI018, dengan total pemesanan mencapai sekitar Rp137,69 triliun.
Dari total enam instrumen ritel yang dirilis pemerintah, empat di antaranya adalah seri yang dapat diperdagangkan (tradable), sedangkan dua lainnya yakni SBR009 serta ST007 merupakan seri yang tak dapat diperdagangkan. Lebih lanjut, Dwi mengatakan pandemi yang terjadi tahun ini membuat DJPPR memilih strategi yang berbeda dibandingkan tahun lalu, yang mana pada 2019 pemerintah menerbitkan 10 instrumen ritel dengan mayoritas instrumen bersifat non-tradable.( Baca juga:Bikin Betah Ngecuit, Twitter Resmi Hadirkan Fitur Story )
Dwi menuturkan, pandemi Covid19 menyebabkan banyak orang menunda rencana pengeluaran, baik untuk melakukan perjalanan, belanja, hingga menghelat acara keluarga seperti pernikahan, sehingga banyak dana siaga. Dengan holding periode yang relatif singkat, yakni dua bulan sejak tanggal settlement, masyarakat yang menaruh dananya di instrumen ritel akan mudah menjual kembali instrumennya ketika akan melanjutkan rencana yang tertunda akibat pandemi.
“Ternyata strategi ini cukup valid, terbukti sekarang aktivitas mulai jalan lagi, umrah juga mulai berangkat lagi. Jadi kita terbitkan ini bukan hanya untuk pemenuhan target kita tapi benar-benar menyediakan instrumen investasi yang pas tapi aman buat masyarakat,” ujarnya.
Dia mengungkap data-data pembeli SR013 yang ternyata didominasi oleh kaum perempuan . Pertama dari sisi jumlahnya terdapat 25.222 investor perempuan yang mendominasi atau sebesar 56,3%. Sedangkan secara volumenya perempuan juga mendominasi 50,8% atau mencapai Rp12 Triliun. Kemudian secara usia sebesar 36,59% didominasi usia milenial. ( Baca juga:Menkeu Akui Pemanfaatan Ekonomi Digital Belum Maksimal )
"Para perempuan mendominasi investasi di SR013. Kemungkinan ada pengurangan uang belanja yang dialihkan dengan berinvestasi," ujar Irianti dalam webinar hari ini di Jakarta.
Dia juga mengatakan minat milenial sangat tinggi berinvestasi karena menggunakan platform online. Meskipun secara nominal masih didominasi oleh usia baby boomers yang lebih mapan secara finansial. Strategi pemerintah meluncurkan instrumen tradable ini ternyata cukup berhasil karena minat masyarakat yang tinggi.
"Tujuannya untuk memanfaatkan dana menganggur di masyarakat akibat kondisi ketidakpastian. Namun nanti bila pandemi berakhir instrumen ini juga bisa dijual untuk keperluan lainnya," ujar Dwi.
Saat ini juga sedang berlangsung penjualan instrumen surat utang ritel Sukuk Tabungan seri ST007. Seri ST007 merupakan instrumen yang tidak dapat diperdagangkan atau non-tradable sehingga minat investor tidak sebesar pada seri lainnya. Di sisi lain, ST007 juga merupakan instrumen surat utang ritel terakhir yang terbit tahun ini sehingga pemerintah tidak muluk memasang target besar dari penerbitan instrumen ini.
Sebelum ST007, sepanjang tahun ini pemerintah telah menerbitkan lima surat negara berharga ritel yakni SBR009, SR012, ORI017, SR013, ORI018, dengan total pemesanan mencapai sekitar Rp137,69 triliun.
Dari total enam instrumen ritel yang dirilis pemerintah, empat di antaranya adalah seri yang dapat diperdagangkan (tradable), sedangkan dua lainnya yakni SBR009 serta ST007 merupakan seri yang tak dapat diperdagangkan. Lebih lanjut, Dwi mengatakan pandemi yang terjadi tahun ini membuat DJPPR memilih strategi yang berbeda dibandingkan tahun lalu, yang mana pada 2019 pemerintah menerbitkan 10 instrumen ritel dengan mayoritas instrumen bersifat non-tradable.( Baca juga:Bikin Betah Ngecuit, Twitter Resmi Hadirkan Fitur Story )
Dwi menuturkan, pandemi Covid19 menyebabkan banyak orang menunda rencana pengeluaran, baik untuk melakukan perjalanan, belanja, hingga menghelat acara keluarga seperti pernikahan, sehingga banyak dana siaga. Dengan holding periode yang relatif singkat, yakni dua bulan sejak tanggal settlement, masyarakat yang menaruh dananya di instrumen ritel akan mudah menjual kembali instrumennya ketika akan melanjutkan rencana yang tertunda akibat pandemi.
“Ternyata strategi ini cukup valid, terbukti sekarang aktivitas mulai jalan lagi, umrah juga mulai berangkat lagi. Jadi kita terbitkan ini bukan hanya untuk pemenuhan target kita tapi benar-benar menyediakan instrumen investasi yang pas tapi aman buat masyarakat,” ujarnya.
(uka)