Anak Buah Sri Mulyani Sebut Ekonomi RI Terkontraksi Lebih Moderat dari Negara Maju

Selasa, 24 November 2020 - 13:26 WIB
loading...
Anak Buah Sri Mulyani...
Staf Khusus Bidang Perumusan Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi Kemenkeu Masyita Crystallin mengatakan, meskipun minus, namun ekonomi Indonesia terkontraksi lebih moderat dibandingkan dengan negara-negara lain. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia memang masih mengalami kontraksi pada kuartal III-2020 yakni -3,49% secara tahunan (year on year/yoy). Meskipun pemerintah mengklaim jika pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah mulai mengalami pembalikan arah dibandingkan periode sebelumnya.

(Baca Juga: Hore! Sinyal Pemulihan Ekonomi Indonesia Mulai Terlihat )

Staf Khusus Bidang Perumusan Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Masyita Crystallin mengatakan, meskipun minus, namun ekonomi Indonesia terkontraksi lebih moderat dibandingkan dengan negara-negara lain. Tak terkecuali juga negara-negara maju dan juga berekmbang di wilayah Asia.

"Tapi kalau kita membandingkan Indonesia di sini dengan negara-negara maju maupun emerging asia sendiri. Sebetulnya kontraksi ekonomi Indonesia lebih moderat," ujarnya dalam acara Webinar Penanganan COVID-19 di DKI Jakarta, Selasa (24/11/2020).

Menurut Masyita, hal tersebut didukung oleh berbagai kebijakan yang dilakukan pemerintah. Ditambah lagi jumlah populasi Indonesia juga mendukung untuk ke arah sana.

"Ini tentu didukung oleh oleh berbagai hal termasuk kebijakan yang prudent dan juga permintaan masyarakat dan jumlah populasi yang mendukung," ucapnya.

(Baca Juga: Hai Kalangan Menengah Atas! Ayo Belanja, Biar Ekonomi Pulih Tahun Depan )

Masyita menambahkan, pemerintah sudah mengeluarkan banyak sekali kebijakan untuk mensupport dari sisi permintaan dan juga permintaan. Sehingga aktivitas bisnis bisa tetap bertahan di tengah kondisi perekonomian Indonesia yang saat ini sedang tertidur.

"Karena tidak semua aktivitas ekonomi itu berjalan seperti normal. Itu dari sisi riil dari sisi pandemi kemudian pertumbuhan ekonomi," paparnya.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3067 seconds (0.1#10.140)