Pulihkan Ekonomi, RI Bisa Tawarkan Investasi ke Negara Tetangga
loading...
A
A
A
JAKARTA - Corona Virus (Covid-19) telah membawa peluang bagi pelaku usaha, termasuk industri farmasi, makanan dan minuman, sepeda yang penjualannya naik hingga 300% serta arsitektur.
Apalagi sejak adanya Work From Home (WFH), banyak orang ingin menata interior rumah mereka senyaman mungkin. “Namun saat ini konsumsi lebih banyak di dorong oleh kelas menengah ke bawah, sementara kelas menengah ke atas masih menahan belanja dan tetap pada pola belanja bulanan,” ujar Chairman Jababeka Group, SD Darmono saat webinar di Jakarta, Selasa (24/11/2020).
Di satu sisi, Undang-undang (UU) Cipta Kerja juga dinilai menjadi penyelamat dan penyemangat untuk menarik investasi baik asing maupun domestik. Investor saat ini lebih mengutamakan aktivitas perdagangan.
(Baca Juga : Masuk 20 Besar Negara Penerima Investasi Asing, RI Tetap Seksi di Mata Investor )
Seiring dengan aktivitas perdagangan yang tumbuh, sambung dia, mereka akan mempertimbangkan untuk berinvestasi di satu negara yang menjanjikan pasar yang besar. Tidak hanya pelaku bisnis yang menyambut hangat UU ini, melain juga mayoritas (80%) asosiasi pekerja saat ini mulai memahami dan mendukung UU Cipta Kerja.
“Pertanyaanya, negara mana yang kira-kira akan berinvestasi di Indonesia? Kita harus memahami motivasi mereka karena maisng-masing negara punya motivasi yang berbeda,” jelas dia.
Jepang misalnya, mereka selalu berinvestasi di negara dengan pasar domestik yang kuat dan saat ini mereka sangat kompetitif karena mereka memiliki dana murah, bunga di sana bahkan sudah negatif.
(Baca Juga : Disambangi Luhut, AS Siap Investasi Rp28 Triliun ke Indonesia )
Sementara China mulai mencari negara dimana mereka bisa melakukan aktivitas manufaktur dan memasarkan produk mereka. Begitupun Korea Selatan dan Taiwan, masing-masing punya motivasi berbeda.
"Tapi Indonesia bisa menawarkan posisi yang menarik bagi mereka, selama kita memiliki EoDB, kepastian regulasi dan keamanan dan yang terpenting, kerja sama antar negara di kawasan lewat inisiatif RCEP juga bisa menjadi katalis positif. Saat ini investor juga mulai mencari investasi baru seperti investasi berkelanjutan,” kata Darmono.
Apalagi sejak adanya Work From Home (WFH), banyak orang ingin menata interior rumah mereka senyaman mungkin. “Namun saat ini konsumsi lebih banyak di dorong oleh kelas menengah ke bawah, sementara kelas menengah ke atas masih menahan belanja dan tetap pada pola belanja bulanan,” ujar Chairman Jababeka Group, SD Darmono saat webinar di Jakarta, Selasa (24/11/2020).
Di satu sisi, Undang-undang (UU) Cipta Kerja juga dinilai menjadi penyelamat dan penyemangat untuk menarik investasi baik asing maupun domestik. Investor saat ini lebih mengutamakan aktivitas perdagangan.
(Baca Juga : Masuk 20 Besar Negara Penerima Investasi Asing, RI Tetap Seksi di Mata Investor )
Seiring dengan aktivitas perdagangan yang tumbuh, sambung dia, mereka akan mempertimbangkan untuk berinvestasi di satu negara yang menjanjikan pasar yang besar. Tidak hanya pelaku bisnis yang menyambut hangat UU ini, melain juga mayoritas (80%) asosiasi pekerja saat ini mulai memahami dan mendukung UU Cipta Kerja.
“Pertanyaanya, negara mana yang kira-kira akan berinvestasi di Indonesia? Kita harus memahami motivasi mereka karena maisng-masing negara punya motivasi yang berbeda,” jelas dia.
Jepang misalnya, mereka selalu berinvestasi di negara dengan pasar domestik yang kuat dan saat ini mereka sangat kompetitif karena mereka memiliki dana murah, bunga di sana bahkan sudah negatif.
(Baca Juga : Disambangi Luhut, AS Siap Investasi Rp28 Triliun ke Indonesia )
Sementara China mulai mencari negara dimana mereka bisa melakukan aktivitas manufaktur dan memasarkan produk mereka. Begitupun Korea Selatan dan Taiwan, masing-masing punya motivasi berbeda.
"Tapi Indonesia bisa menawarkan posisi yang menarik bagi mereka, selama kita memiliki EoDB, kepastian regulasi dan keamanan dan yang terpenting, kerja sama antar negara di kawasan lewat inisiatif RCEP juga bisa menjadi katalis positif. Saat ini investor juga mulai mencari investasi baru seperti investasi berkelanjutan,” kata Darmono.
(her)