Asyikk..... Ekspor Pertanian Kian Mudah Berkat Strategi Badan Karantina
loading...
A
A
A
Selain itu, Kementan juga mendorong peningkatan frekuensi pengiriman, peningkatan volume ekspor dan menambah negara mitra dagang melalui kerja sama perjanjian sanitary and phytosanitary (SPS) dengan negara mitra.
(Baca juga:Ekspor Pertanian di Masa Pandemi Meningkat 16,9%)
Ricky Subagja, eksportir tanaman hias menyebutkan ekspor pertanian semakin mudah dengan adanya kebijakan Badan Karantina Pertanian. Di atas lahan seluas 250 meter persegi, Ricky membudidayakan tanaman hias seperti philoderon, monstera, calathea, dan adenium.
“Walaupun lahan saya tidak luas, tetapi saya merangkul petani lainnya. Kurang lebih ada 10 petani yang saya bina,” ujarnya. Ia mengatakan negara tujuan ekspor di antaranya Jerman, Kanada, Belgia, dan Amerika Serikat. Dalam satu bulan, volume ekspor mencapai 1.000-2.000 tanaman berbagai jenis. “Regulasi sangat mudah dari pemerintah. Selama ini, kita tidak menyalahi peraturan,” ujarnya.
(Baca juga:Bea Cukai Tanjung Perak Fasilitasi Ekspor Pertanian Senilai Rp266,6 Miliar)
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi FEM-Institut Pertanian Bogor (IPB) Sahara menegaskan sektor pertanian sangat tangguh di tengah kondisi pandemi Covid-19. Kendati demikian, dirinya menyarankan supaya pemerintah memperkuat seperti dwelling time di pelabuhan.
“Ini yang harus dikurangi. Lamanya waktu bongkar muat membuat tidak efisien,” tegasnya. Terkait dengan negara tujuan ekspor, menurut Sahara diperlukan langkah preventif bagi para eksportir mendiversifikasi pasar tujuan ekspor. “Kalau ekspor hanya andalkan satu negara sama seperti menyimpan telur dalam satu keranjang. Risiko pecahnya sangat tinggi,” tutup Sahara.
Lihat Juga: Prabowo Janji RI Swasembada Pangan 5 Tahun Lagi, Pakar Sarankan Genjot Komoditas non-Padi
(Baca juga:Ekspor Pertanian di Masa Pandemi Meningkat 16,9%)
Ricky Subagja, eksportir tanaman hias menyebutkan ekspor pertanian semakin mudah dengan adanya kebijakan Badan Karantina Pertanian. Di atas lahan seluas 250 meter persegi, Ricky membudidayakan tanaman hias seperti philoderon, monstera, calathea, dan adenium.
“Walaupun lahan saya tidak luas, tetapi saya merangkul petani lainnya. Kurang lebih ada 10 petani yang saya bina,” ujarnya. Ia mengatakan negara tujuan ekspor di antaranya Jerman, Kanada, Belgia, dan Amerika Serikat. Dalam satu bulan, volume ekspor mencapai 1.000-2.000 tanaman berbagai jenis. “Regulasi sangat mudah dari pemerintah. Selama ini, kita tidak menyalahi peraturan,” ujarnya.
(Baca juga:Bea Cukai Tanjung Perak Fasilitasi Ekspor Pertanian Senilai Rp266,6 Miliar)
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi FEM-Institut Pertanian Bogor (IPB) Sahara menegaskan sektor pertanian sangat tangguh di tengah kondisi pandemi Covid-19. Kendati demikian, dirinya menyarankan supaya pemerintah memperkuat seperti dwelling time di pelabuhan.
“Ini yang harus dikurangi. Lamanya waktu bongkar muat membuat tidak efisien,” tegasnya. Terkait dengan negara tujuan ekspor, menurut Sahara diperlukan langkah preventif bagi para eksportir mendiversifikasi pasar tujuan ekspor. “Kalau ekspor hanya andalkan satu negara sama seperti menyimpan telur dalam satu keranjang. Risiko pecahnya sangat tinggi,” tutup Sahara.
Lihat Juga: Prabowo Janji RI Swasembada Pangan 5 Tahun Lagi, Pakar Sarankan Genjot Komoditas non-Padi
(dar)