Bikin Tie-Dye Bersama Ninja Xpress, Dari Hobi Jadi Penghasilan Beromzet Jutaan Rupiah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penyedia layanan logistik Ninja Xpress memiliki misi tersendiri untuk membantu para pelaku UMKM selama pandemi Covid-19 dan menghadapi new normal. Dalam episode terbaru konten Belajar Ragam Usaha Baru (BERGURU) di channel YouTube Ninjaxpressid, Diah Kusumawardani bersama Ninja Xpress membagikan cara membuat motif tie-dye bentuk spiral di rumah.
Bahan dan Alat Sederhana.
Pada masa pandemi ini, ada banyak sekali peluang yang bisa dilakukan untuk mulai berbisnis sederhana. Dengan menjual produk ke target pasar yang tepat, mendapat pendapatan yang besar bukanlah hal mustahil.
Contoh produk yang sedang digemari saat ini adalah tie-dye fashion. Motif tie-dye yang khas didapatkan dari metode pewarnaan yang melibatkan teknik melipat, memutar, melipit, dan meremas kain, yang kemudian diikat menggunakan tali atau karet gelang, sehingga tercipta perpaduan warna dan bentuk mencuri perhatian.
Sempat menjadi salah satu tren mode terbesar pada era 1990-an, corak tersebut pun hadir kembali sejak mewarnai koleksi berbagai rumah mode mewah pada beberapa musim terakhir, seperti Dior, Gucci, dan Balenciaga. Sejumlah selebriti papan atas Indonesia hingga Hollywood pun terlihat memakainya.
Sebut saja Prilly Latuconsina, Zaskia Adya Mecca, Aurel Hermansyah, Jennifer Lopez, Kaia Gerber, Hailey Bieber, dan Emily Ratajkowski. Tren ini semakin naik daun di kalangan masyarakat luas berkat label lokal maupun pengrajin UMKM yang ikut mengadaptasi corak tersebut di produk mereka.
Maraknya tren tie-dye pun didukung dengan penjelasan ilmiah dari psikolog perilaku sekaligus penulis buku The Psychology of Fashion, Dr. Carolyn Mair. Mengutip dari The Oprah Magazine, selain bernostalgia itu baik untuk kesehatan mental, mengenakan tie-dye cocok dengan anggapan bahwa kita ingin berbaur namun menonjol secara bersamaan. "Ini adalah aspek mendasar manusia," ujarnya.
(Baca Juga: Ninja Xpress Sebut Bantuannya Secuil, Kemenkop Bilang Itu Luar Biasa )
Minat tinggi masyarakat Indonesia terhadap tie-dye juga ditunjukkan dari hasil pencarian di Google yang meningkat pesat selama beberapa bulan terakhir berdasarkan data Google Trends, terutama di wilayah Bali, Yogyakarta, Jawa Tengah, Lampung, dan Banten.
Memanfaatkan tren ini, menjual busana serta aksesoris bermotif tie-dye menjadi salah satu bisnis rumahan dengan prospek menggiurkan. Proses pembuatannya terbilang mudah dan bisa turut membantu melestarikan lingkungan, karena dapat memanfaatkan pakaian atau sarung bantal yang sudah tidak terpakai lagi dan di-upcycle menjadi seperti baru dengan corak tie-dye yang sedang hype.
Diah Kusumawardani, seorang dyer sekaligus pemilik label KUSUMA, menjadi contoh nyata yang mendapat penghasilan lebih setelah pandemi terjadi. Berawal dari hobi, kini ia bisa mendapatkan keuntungan Rp3.000.000-Rp5.000.000 per bulan dengan berjualan berbagai produk tie-dye.
Bahan dan peralatan yang diperlukan tidak mahal. Bahkan sebagian adalah benda yang umum dimiliki di setiap rumah, yaitu gunting, karet gelang, sarung tangan karet, wadah, tray, manik-manik atau kelereng, water glass, pewarna atau pemutih, dan tentunya media yang akan diwarnai seperti kaus, piyama, atau topi.
Teknik Pewarnaan
Teknik tie-dye menggunakan metode pewarnaan dingin. Pigmen warna yang dijual di pasaran pun ada yang aman untuk anak-anak, sehingga si kecil juga bisa ikut belajar dan berkreasi bersama.
Apabila menggunakan media berwarna putih, maka akan dilakukan pewarnaan. Sedangkan jika memakai media yang sudah berwarna, warna tersebut akan dihilangkan menggunakan pemutih untuk memunculkan motif.
Setelah menentukan media yang hendak diproses, cari titik tengah dan jiwit sambil diputar sampai membentuk spiral. Gunakan karet gelang untuk menahan agar bentuk spiral tidak terbuka kembali. Rendam di dalam water glass agar warna dapat terkunci nantinya. Setelah diperas, letakkan media yang hendak diwarnai di atas tray dan warnai dengan merata. Diamkan selama 3-8 jam agar warna teresap sempurna.
Selain berbagi ilmu melalui serial video BERGURU yang tayang setiap minggu, Ninja Xpress juga melakukan sejumlah program inisiatif lainnya seperti Ninja Academy (OASIS Online). Ini merupakan bentuk perwujudan dari kampanye #ObsesiUntukNegeri, yang merupakan komitmen Ninja Xpress dalam mendukung dan membantu UMKM serta brand lokal untuk terus berkembang.
Melalui program pelatihan Ninja Academy (OASIS Online), Ninja Xpress memberikan pelatihan online kepada mereka yang berada di dalam ekosistem Ninja Xpress. Ada juga Ninja Creative Hub yang menjadi tempat di mana para pelaku UMKM serta brand lokal untuk meningkatkan kemampuannya supaya bisa lebih berkembang.
Oleh sebab itu, tidak perlu takut atau ragu untuk memulai bisnis dari rumah, karena ada banyak fasilitas yang dapat menunjang pertumbuhan maupun skill guna memperlancar kegiatan berbisnis. Jadi, tunggu apa lagi?
Ada banyak perubahan yang terjadi sejak pandemi Covid-19 berlangsung. Meskipun Indonesia dinyatakan memasuki masa resesi pada kuartal III-2020, ternyata kebiasaan masyarakat yang berdiam diri di rumah justru meningkatkan kecenderungan belanja online.
Saat rapat bersama Panja Pemulihan Pariwisata Komisi X DPR pada Juli 2020, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menuturkan bahwa aktivitas belanja online meningkat sampai 400% selama pandemi. Hal ini pun diperkuat dengan data yang dikumpulkan oleh perusahaan konsultasi manajemen McKinsey, yaitu belanja online menjadi alternatif utama yang banyak dipilih masyarakat selama enam hingga tujuh bulan terakhir.
(Baca Juga: Berguru Urban Farming Bersama Ninja Xpress, Potensi Usaha Baru dari Rumah )
Hal ini dikarenakan 92% mencoba metode belanja baru dan ada sebanyak 57% yang berbelanja secara online, serta 48% menggunakan layanan grocery pick up maupun aplikasi pengiriman. Selain membantu para pelaku UMKM agar dapat tetap bertahan dalam kondisi ini, hal ini pun membuka peluang bisnis baru bagi masyarakat yang membutuhkan penghasilan tambahan ataupun yang telah dirumahkan dari tempat kerjanya.
"Memulai usaha baru dapat memberikan pendapatan lebih pada masa sulit akibat pandemi sekarang ini. Mungkin terdengar susah untuk dijalankan pada awalnya, namun berbisnis sangat mungkin untuk dilakukan dari rumah dan dengan modal yang tidak terlalu besar. Ditambah lagi dengan adanya panduan atau tutorial yang dapat ditemukan di Internet, mulai dari cara menjalankan bisnis hingga membuat kerajinan yang dapat dijual," ucap Chief Marketing Officer Ninja Xpress, Andi Djoewarsa.
Bahan dan Alat Sederhana.
Pada masa pandemi ini, ada banyak sekali peluang yang bisa dilakukan untuk mulai berbisnis sederhana. Dengan menjual produk ke target pasar yang tepat, mendapat pendapatan yang besar bukanlah hal mustahil.
Contoh produk yang sedang digemari saat ini adalah tie-dye fashion. Motif tie-dye yang khas didapatkan dari metode pewarnaan yang melibatkan teknik melipat, memutar, melipit, dan meremas kain, yang kemudian diikat menggunakan tali atau karet gelang, sehingga tercipta perpaduan warna dan bentuk mencuri perhatian.
Sempat menjadi salah satu tren mode terbesar pada era 1990-an, corak tersebut pun hadir kembali sejak mewarnai koleksi berbagai rumah mode mewah pada beberapa musim terakhir, seperti Dior, Gucci, dan Balenciaga. Sejumlah selebriti papan atas Indonesia hingga Hollywood pun terlihat memakainya.
Sebut saja Prilly Latuconsina, Zaskia Adya Mecca, Aurel Hermansyah, Jennifer Lopez, Kaia Gerber, Hailey Bieber, dan Emily Ratajkowski. Tren ini semakin naik daun di kalangan masyarakat luas berkat label lokal maupun pengrajin UMKM yang ikut mengadaptasi corak tersebut di produk mereka.
Maraknya tren tie-dye pun didukung dengan penjelasan ilmiah dari psikolog perilaku sekaligus penulis buku The Psychology of Fashion, Dr. Carolyn Mair. Mengutip dari The Oprah Magazine, selain bernostalgia itu baik untuk kesehatan mental, mengenakan tie-dye cocok dengan anggapan bahwa kita ingin berbaur namun menonjol secara bersamaan. "Ini adalah aspek mendasar manusia," ujarnya.
(Baca Juga: Ninja Xpress Sebut Bantuannya Secuil, Kemenkop Bilang Itu Luar Biasa )
Minat tinggi masyarakat Indonesia terhadap tie-dye juga ditunjukkan dari hasil pencarian di Google yang meningkat pesat selama beberapa bulan terakhir berdasarkan data Google Trends, terutama di wilayah Bali, Yogyakarta, Jawa Tengah, Lampung, dan Banten.
Memanfaatkan tren ini, menjual busana serta aksesoris bermotif tie-dye menjadi salah satu bisnis rumahan dengan prospek menggiurkan. Proses pembuatannya terbilang mudah dan bisa turut membantu melestarikan lingkungan, karena dapat memanfaatkan pakaian atau sarung bantal yang sudah tidak terpakai lagi dan di-upcycle menjadi seperti baru dengan corak tie-dye yang sedang hype.
Diah Kusumawardani, seorang dyer sekaligus pemilik label KUSUMA, menjadi contoh nyata yang mendapat penghasilan lebih setelah pandemi terjadi. Berawal dari hobi, kini ia bisa mendapatkan keuntungan Rp3.000.000-Rp5.000.000 per bulan dengan berjualan berbagai produk tie-dye.
Bahan dan peralatan yang diperlukan tidak mahal. Bahkan sebagian adalah benda yang umum dimiliki di setiap rumah, yaitu gunting, karet gelang, sarung tangan karet, wadah, tray, manik-manik atau kelereng, water glass, pewarna atau pemutih, dan tentunya media yang akan diwarnai seperti kaus, piyama, atau topi.
Teknik Pewarnaan
Teknik tie-dye menggunakan metode pewarnaan dingin. Pigmen warna yang dijual di pasaran pun ada yang aman untuk anak-anak, sehingga si kecil juga bisa ikut belajar dan berkreasi bersama.
Apabila menggunakan media berwarna putih, maka akan dilakukan pewarnaan. Sedangkan jika memakai media yang sudah berwarna, warna tersebut akan dihilangkan menggunakan pemutih untuk memunculkan motif.
Setelah menentukan media yang hendak diproses, cari titik tengah dan jiwit sambil diputar sampai membentuk spiral. Gunakan karet gelang untuk menahan agar bentuk spiral tidak terbuka kembali. Rendam di dalam water glass agar warna dapat terkunci nantinya. Setelah diperas, letakkan media yang hendak diwarnai di atas tray dan warnai dengan merata. Diamkan selama 3-8 jam agar warna teresap sempurna.
Selain berbagi ilmu melalui serial video BERGURU yang tayang setiap minggu, Ninja Xpress juga melakukan sejumlah program inisiatif lainnya seperti Ninja Academy (OASIS Online). Ini merupakan bentuk perwujudan dari kampanye #ObsesiUntukNegeri, yang merupakan komitmen Ninja Xpress dalam mendukung dan membantu UMKM serta brand lokal untuk terus berkembang.
Melalui program pelatihan Ninja Academy (OASIS Online), Ninja Xpress memberikan pelatihan online kepada mereka yang berada di dalam ekosistem Ninja Xpress. Ada juga Ninja Creative Hub yang menjadi tempat di mana para pelaku UMKM serta brand lokal untuk meningkatkan kemampuannya supaya bisa lebih berkembang.
Oleh sebab itu, tidak perlu takut atau ragu untuk memulai bisnis dari rumah, karena ada banyak fasilitas yang dapat menunjang pertumbuhan maupun skill guna memperlancar kegiatan berbisnis. Jadi, tunggu apa lagi?
Ada banyak perubahan yang terjadi sejak pandemi Covid-19 berlangsung. Meskipun Indonesia dinyatakan memasuki masa resesi pada kuartal III-2020, ternyata kebiasaan masyarakat yang berdiam diri di rumah justru meningkatkan kecenderungan belanja online.
Saat rapat bersama Panja Pemulihan Pariwisata Komisi X DPR pada Juli 2020, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menuturkan bahwa aktivitas belanja online meningkat sampai 400% selama pandemi. Hal ini pun diperkuat dengan data yang dikumpulkan oleh perusahaan konsultasi manajemen McKinsey, yaitu belanja online menjadi alternatif utama yang banyak dipilih masyarakat selama enam hingga tujuh bulan terakhir.
(Baca Juga: Berguru Urban Farming Bersama Ninja Xpress, Potensi Usaha Baru dari Rumah )
Hal ini dikarenakan 92% mencoba metode belanja baru dan ada sebanyak 57% yang berbelanja secara online, serta 48% menggunakan layanan grocery pick up maupun aplikasi pengiriman. Selain membantu para pelaku UMKM agar dapat tetap bertahan dalam kondisi ini, hal ini pun membuka peluang bisnis baru bagi masyarakat yang membutuhkan penghasilan tambahan ataupun yang telah dirumahkan dari tempat kerjanya.
"Memulai usaha baru dapat memberikan pendapatan lebih pada masa sulit akibat pandemi sekarang ini. Mungkin terdengar susah untuk dijalankan pada awalnya, namun berbisnis sangat mungkin untuk dilakukan dari rumah dan dengan modal yang tidak terlalu besar. Ditambah lagi dengan adanya panduan atau tutorial yang dapat ditemukan di Internet, mulai dari cara menjalankan bisnis hingga membuat kerajinan yang dapat dijual," ucap Chief Marketing Officer Ninja Xpress, Andi Djoewarsa.
(akr)