Terdampak Pandemi, Industri Pariwisata Minta Stimulus
loading...
A
A
A
Meski meminta PSBB transisi dihentikan, Hariyadi memastikan para pengusaha perhotelan dan restoran akan tetap menerapkan protokol kesehatan. “Kami minta menghentikan PSBB transisi tetapi tetap menerapkan protokol kesehatan sehingga membuat ekonomi bergerak dan pariwisata bergerak,” lanjutnya.
Di sisi lain PHRI tengah berusaha meyakinkan pemerintah untuk segera membuka Bali bagi wisatawan mancanegara (wisman). Hariyadi mengatakan Bali bisa menjadi daerah pertama yang dibuka untuk turis asing karena kasus Covid-19 cukup terkelola dengan baik dan tingkat kedisiplinan masyarakatnya dalam penerapan protokol kesehatan cukup tinggi.
“Kami sedang mengupayakan dan meyakinkan pemerintah agar Bali menerima lagi turis internasional. Tingkat kesembuhan di Bali lumayan tinggi. Asal dikelola dengan baik masih cukup prospektif,” ujarnya. (Baca juga: Sandiaga Uno Berpeluang Besar Gantikan Edhy Prabowo di Kabinet)
Menurut dia, tingkat kedisiplinan masyarakat menjadi modal utama. Di sisi lain Pemerintah Daerah Bali tentu akan bertanggung jawab untuk mengawal penerapan protokol kesehatan dengan baik mengingat pendapatan daerahnya bergantung pada sektor pariwisata.
Di tempat terpisah, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama Kusubandio mengatakan, pemerintah telah memutuskan untuk mengubah strategi dalam menarik kunjungan wisatawan mancanegara (wisman): ke depan fokusnya lebih ke turis yang berkualitas ketimbang kuantitas.
“Restrategi dari kuantitas ke kualitas ini sudah kita putuskan sebelum pandemi. Ternyata, strategi quality tourism ini juga tepat diterapkan setelah pandemi,” ujarnya dalam Rakornas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2021 di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali, kemarin. (Baca juga: Baru Beroperasi Tiga Tahun, Peritel Ini Sudah Punya 200 Toko)
Sebagai catatan, dalam quality tourism penekanannya bukan semata mengejar target jumlah wisman, melainkan juga lama tinggal wisman di Indonesia sehingga spending atau belanja wisman juga lebih tinggi. Dengan begitu, ekonomi berputar dan manfaatnya dirasakan masyarakat.
“Contoh penerapan quality tourism yang berhasil itu di Australia. Kunjungan wisman mereka hanya 10 juta, tapi devisanya mencapai USD45 miliar. Memang Australia dan Indonesia beda, tapi kita harus berpikir ke arah sana dan membangun ekosistem untuk menunjang pariwisata berkualitas,” sebutnya.
Menurut Wishnutama, konsekuensi dari perubahan strategi ini akan luar biasa bagi kemajuan pariwisata Indonesia, namun dibutuhkan dukungan dari seluruh stakeholders. Pasalnya, banyak aspek yang harus disiapkan dan diperbaiki seperti infrastruktur dan konektivitas yang memudahkan pergerakan wisatawan ke berbagai destinasi. (Lihat videonya: Satu Desa Positif Terpapar Covid-19 di Purbalingga)
“Perlu effort luar biasa, dari bandaranya, aviasi, daya tarik destinasi pariwisata, pemasaran, dan sebagainya. Memang karena kondisi pandemi agak terhambat, tapi bukan berarti kita tidak siapkan sehingga nanti ketika pariwisata sudah dibuka lagi untuk wisman kita sudah siap,” tuturnya. (Oktiani Endarwati/Inda Susanti)
Di sisi lain PHRI tengah berusaha meyakinkan pemerintah untuk segera membuka Bali bagi wisatawan mancanegara (wisman). Hariyadi mengatakan Bali bisa menjadi daerah pertama yang dibuka untuk turis asing karena kasus Covid-19 cukup terkelola dengan baik dan tingkat kedisiplinan masyarakatnya dalam penerapan protokol kesehatan cukup tinggi.
“Kami sedang mengupayakan dan meyakinkan pemerintah agar Bali menerima lagi turis internasional. Tingkat kesembuhan di Bali lumayan tinggi. Asal dikelola dengan baik masih cukup prospektif,” ujarnya. (Baca juga: Sandiaga Uno Berpeluang Besar Gantikan Edhy Prabowo di Kabinet)
Menurut dia, tingkat kedisiplinan masyarakat menjadi modal utama. Di sisi lain Pemerintah Daerah Bali tentu akan bertanggung jawab untuk mengawal penerapan protokol kesehatan dengan baik mengingat pendapatan daerahnya bergantung pada sektor pariwisata.
Di tempat terpisah, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama Kusubandio mengatakan, pemerintah telah memutuskan untuk mengubah strategi dalam menarik kunjungan wisatawan mancanegara (wisman): ke depan fokusnya lebih ke turis yang berkualitas ketimbang kuantitas.
“Restrategi dari kuantitas ke kualitas ini sudah kita putuskan sebelum pandemi. Ternyata, strategi quality tourism ini juga tepat diterapkan setelah pandemi,” ujarnya dalam Rakornas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2021 di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali, kemarin. (Baca juga: Baru Beroperasi Tiga Tahun, Peritel Ini Sudah Punya 200 Toko)
Sebagai catatan, dalam quality tourism penekanannya bukan semata mengejar target jumlah wisman, melainkan juga lama tinggal wisman di Indonesia sehingga spending atau belanja wisman juga lebih tinggi. Dengan begitu, ekonomi berputar dan manfaatnya dirasakan masyarakat.
“Contoh penerapan quality tourism yang berhasil itu di Australia. Kunjungan wisman mereka hanya 10 juta, tapi devisanya mencapai USD45 miliar. Memang Australia dan Indonesia beda, tapi kita harus berpikir ke arah sana dan membangun ekosistem untuk menunjang pariwisata berkualitas,” sebutnya.
Menurut Wishnutama, konsekuensi dari perubahan strategi ini akan luar biasa bagi kemajuan pariwisata Indonesia, namun dibutuhkan dukungan dari seluruh stakeholders. Pasalnya, banyak aspek yang harus disiapkan dan diperbaiki seperti infrastruktur dan konektivitas yang memudahkan pergerakan wisatawan ke berbagai destinasi. (Lihat videonya: Satu Desa Positif Terpapar Covid-19 di Purbalingga)
“Perlu effort luar biasa, dari bandaranya, aviasi, daya tarik destinasi pariwisata, pemasaran, dan sebagainya. Memang karena kondisi pandemi agak terhambat, tapi bukan berarti kita tidak siapkan sehingga nanti ketika pariwisata sudah dibuka lagi untuk wisman kita sudah siap,” tuturnya. (Oktiani Endarwati/Inda Susanti)