Duh, Perubahan Iklim Bikin Petani Sulit Prediksi Musim Panen
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dalam lima tahun kedepan diprediksi akan terjadi krisis ekologis di dunia. Dimana terjadinya perubahan iklim menyebabkan para petani mengalami kesulitan memprediksikan kapan waktunya musim tanam dan juga musim panen.
Selain dukungan dari pemerintah, untuk mengantisipasi hal tersebut juga dibutuhkan peran serta seluruh pihak, termasuk pemuka agama. Untuk itu, Badan Restorasi Gambut (BRG) dan Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) menggagas kehadiran kader jemaat gereja pencinta alam. Gagasan ini diwujudkan melalui program Green School Gereja Sahabat Alam 2020.
Ketua Umum PGI, Pendeta (Pdt) Gomar Gultom mengatakan masalah lingkungan telah dibicarakan dalam Sidang Raya PGI 2014 di Nias, Sumatera Utara. Masalah lingkungan masuk dalam empat keprihatinan selain persoalan kemiskinan, ketidakadilan, dan radikalisme.
“Keprihatinan terhadap lingkungan karena lima tahun ke depan muncul krisis ekologis di dunia ini. Terjadi perubahan iklim yang bisa membuat petani kesulitan memprediksi kapan musim tanam dan panen,” kata Gultom, dalam rilisnya di Jakarta, Sabtu (28/11/2020).
(Baca Juga : Janjikan Kesejahteraan, Suhandoyo-Astiti Fokus Pertanian, Jasa dan Perdagangan)
Gultom menyebut, perubahan iklim muncul karena eksploitasi alam demi pemenuhan konsumsi manusia. Untuk itu, sejak 2011 PGI telah mencanangkan zero penggunaan plastik untuk kegiatan gereja.
Mengenai persoalan gambut, Gultom mengatakan perlu pendekatan spiritual untuk memperbaikinya. Sebab, kerusakan gambut telah mengakibatkan kerugian yang mencapai triliunan rupiah dan kesehatan manusia, hingga kematian.
“Upaya restorasi ini memang butuh waktu panjang, tetapi kalau tidak dimulai sekarang bagaimana mau pulih?” tegasnya.
Sementara itu, Deputi Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi, dan Kemitraan BRG, Myrna A.Safitri, mengatakan kegiatan Gereja Sahabat Alam ini merupakan tindak lanjut kerja sama BRG dan PGI beberapa tahun lalu mengenai peningkatan kapasitas pendeta di wilayah kerja restorasi gambut.
Myrna mengatakan sudah ada 104 pendeta peduli gambut yang menjadi mitra BRG. “Tujuannya untuk menyebarluaskan pesan perlindungan alam untuk jemaat gereja dengan bahasa keimanan yang kita ketahui,” kata Myrna.
Selain dukungan dari pemerintah, untuk mengantisipasi hal tersebut juga dibutuhkan peran serta seluruh pihak, termasuk pemuka agama. Untuk itu, Badan Restorasi Gambut (BRG) dan Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) menggagas kehadiran kader jemaat gereja pencinta alam. Gagasan ini diwujudkan melalui program Green School Gereja Sahabat Alam 2020.
Ketua Umum PGI, Pendeta (Pdt) Gomar Gultom mengatakan masalah lingkungan telah dibicarakan dalam Sidang Raya PGI 2014 di Nias, Sumatera Utara. Masalah lingkungan masuk dalam empat keprihatinan selain persoalan kemiskinan, ketidakadilan, dan radikalisme.
“Keprihatinan terhadap lingkungan karena lima tahun ke depan muncul krisis ekologis di dunia ini. Terjadi perubahan iklim yang bisa membuat petani kesulitan memprediksi kapan musim tanam dan panen,” kata Gultom, dalam rilisnya di Jakarta, Sabtu (28/11/2020).
(Baca Juga : Janjikan Kesejahteraan, Suhandoyo-Astiti Fokus Pertanian, Jasa dan Perdagangan)
Gultom menyebut, perubahan iklim muncul karena eksploitasi alam demi pemenuhan konsumsi manusia. Untuk itu, sejak 2011 PGI telah mencanangkan zero penggunaan plastik untuk kegiatan gereja.
Mengenai persoalan gambut, Gultom mengatakan perlu pendekatan spiritual untuk memperbaikinya. Sebab, kerusakan gambut telah mengakibatkan kerugian yang mencapai triliunan rupiah dan kesehatan manusia, hingga kematian.
“Upaya restorasi ini memang butuh waktu panjang, tetapi kalau tidak dimulai sekarang bagaimana mau pulih?” tegasnya.
Sementara itu, Deputi Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi, dan Kemitraan BRG, Myrna A.Safitri, mengatakan kegiatan Gereja Sahabat Alam ini merupakan tindak lanjut kerja sama BRG dan PGI beberapa tahun lalu mengenai peningkatan kapasitas pendeta di wilayah kerja restorasi gambut.
Myrna mengatakan sudah ada 104 pendeta peduli gambut yang menjadi mitra BRG. “Tujuannya untuk menyebarluaskan pesan perlindungan alam untuk jemaat gereja dengan bahasa keimanan yang kita ketahui,” kata Myrna.