Pengembangan EBT Jadi Stimulus Ekonomi Pasca Pandemi Covid-19

Senin, 30 November 2020 - 21:23 WIB
loading...
Pengembangan EBT Jadi Stimulus Ekonomi Pasca Pandemi Covid-19
Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dapat menjadi strategi pemulihan ekonomi yang efektif pasca pandemi Covid-19. Transisi energi dari energi fosil ke energi terbarukan akan membuka kesempatan untuk menciptakan lapangan kerja baru.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan, peran EBT selain mencegah dekarbonisasi juga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Menurut dia, pengembangan energi bersih dan terbarukan bisa menjadi stimulus yang efektif.

Berdasarkan kajian yang dilakukan International Renewable Energy Agency (IRENA), jika ingin melakukan transformasi energi hingga mencapai status dekarbonisasi pada tahun 2050 maka dibutuhkan investasi USD19 triliun. Selain itu, ada potensi 100 lapangan kerja baru yang tercipta dari sektor energi terbarukan pada tahun 2050.

"Perubahan transisi dari energi fosil menjadi energi bersih membuka kesempatan untuk Asia Tenggara di mana ada Indonesia bisa mencapai 10,5 juta," ujarnya dalam jumpa pers virtual IETD 2020, Senin (30/11/2020).

( )

Fabby menuturkan, pengalaman dari sejumlah negara seperti China, Jepang, Korea, Uni Eropa, Amerika Serikat menunjukkan bahwa program stimulus dan insentif bagi infrastruktur energi bersih pasca krisis ekonomi 2008/2009 memberikan dampak maksimal pada ekonomi makro dan penyerapan tenaga kerja.

"China misalnya, memberikan insentif untuk pengembangan kereta berupa mass transportation yang ujungnya selain memangkas perjalanan juga memangkas konsumsi BBM. Kita tahu China salah satu pengimpor BBM terbesar," tuturnya.



Dia menambahkan, ekonomi juga akan tumbuh lebih resilient dan di sisi lain menciptakan tenaga kerja hijau sehingga bisa mengatasi pengangguran.

"Intinya bahwa insentif atau stimulus yang diberikan pada pengembangan EBT dan infrastruktur yang lebih hijau memberikan tingkat pengembalian ekonomi atau investasi yang lebih tinggi dibandingkan stimulus sektor-sektor yang non-renewable," tandasnya.
(ind)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2046 seconds (0.1#10.140)