Sawit Penyelamat Saat Krisis

Kamis, 03 Desember 2020 - 08:35 WIB
loading...
Sawit Penyelamat Saat Krisis
Sektor pertanian cenderung memiliki ketahanan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan sektor industri dalam menghadapi pandemi Covid-19. Foto: dok/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Sektor pertanian cenderung memiliki ketahanan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan sektor industri dalam menghadapi pandemi Covid-19 . Untuk pertumbuhan di sektor ini, pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mengatasi keterpurukan tersebut, salah satunya mengenai dukungan terhadap industri kelapa sawit .

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, industri sawit terus memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian di tengah pandemi Covid-19. Pada 2021, diperkirakan permintaan minyak sawit pulih seiring dengan ekonomi yang kembali terbuka. Harga minyak sawit juga didukung berlanjutnya kebijakan biodiesel serta peningkatan permintaan oleh mitra dagang besar. (Baca juga: Nasehat Menghadapi Ujian dan Fitnah Akhir Zaman)

“Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, minyak sawit diperkirakan akan mengalami sedikit peningkatan harga pada 2021 menjadi sekitar USD668/metrik ton dari USD650/metrik ton pada 2020,” ujarnya pada pembukaan Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2020 New Normal yang diselenggarakan secara virtual kemarin.

Airlangga memaparkan, dalam mendukung pemulihan ekonomi, pemerintah memiliki tiga kebijakan yang akan mendukung industri kelapa sawit. Pertama, melalui UU No 11/2020 tentang Cipta Lapangan Kerja melalui peningkatan investasi dan kemudahan berusaha sehingga dapat memenuhi hak-hak warga negara melalui terciptanya lapangan kerja serta mewujudkan kepentingan pemerintah untuk menyejahterakan rakyat yang sejalan dengan pelestarian lingkungan.

Kedua, melalui Instruksi Presiden No 8/2018 tentang penundaan dan evaluasi izin perkebunan kelapa sawit . Pendekatan ini diharapkan dapat mendorong pembangunan keberlanjutan melalui peningkatan produktivitas perkebunan kelapa sawit (intensifikasi). Hal ini didukung dengan Instruksi Presiden No 6/2019 tentang Rencana Aksi Nasional Kelapa Sawit Berkelanjutan tahun 2019–2024 yang akan menjadi roadmap bagi pemerintah dan pemangku kepentingan terkait.

Ketiga, melalui sistem Sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dengan prinsip dan kriteria yang mendukung keseimbangan pembangunan secara sosial, ekonomi, dan lingkungan. (Baca juga: Perkuliahan Tahun Depan Terapkan Tatap Muka dan Daring)

“Sertifikasi ini wajib bagi perusahaan swasta. Sementara untuk petani, kami berupaya untuk mendampingi dan memberdayakan mereka dengan menyediakan akses untuk mendanai sertifikasi ISPO yang akan diwajibkan bagi petani dalam lima tahun ke depan,” paparnya.

Selain itu, pemerintah akan menyediakan dana untuk program peremajaan perkebunan (replanting) yang telah dicanangkan di Sumatera Utara, Riau, dan Sumatera Selatan oleh presiden.

Airlangga melanjutkan, replanting juga telah masuk dalam salah satu program strategis dalam penanganan pemulihan ekonomi nasional yang akan dilaksanakan melalui kerja sama antara pelaku usaha dan pemerintah.

“Kami berharap, sebagian besar memahami upaya pemerintah untuk mendukung industri kelapa sawit secara berkelanjutan,” tuturnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono mengatakan, ekspor minyak sawit tetap mampu memberikan sumbangan devisa sebesar USD15 miliar pada kuartal III/2020 meskipun kinerja ekspor menurun akibat sejumlah negara tujuan ekspor memberlakukan pembatasan kegiatan ekonomi. (Baca juga: Manfaat Konsumsi Air Rebusan Jahe di Pagi Hari)

Joko melanjutkan, memasuki kuartal IV/2020, kinerja ekspor mulai membaik. Peningkatan permintaan domestik dan ekspor ini membuat harga minyak sawit bertahan pada kisaran harga yang sangat baik.

“Konsumsi domestik juga meningkat karena industri oleochemical yang mendukung pencegahan transmisi virus melalui pengembangan produk sanitasi, seperti sabun dan desinfektan,” ungkapnya.

Dia menambahkan, industri kelapa sawit akan selalu mendukung program pemerintah dalam menjaga keberlanjutan dari mandatori biodiesel dan memastikan dapat mengelola 100% recovery pada pasar domestik.

Guru Besar Ekonomi Pertanian dari Universitas Lampung Bustanul Arifin mengatakan, sektor pertanian dipercaya dapat menjadi andalan menghadapi ancaman resesi ekonomi dengan dukungan terhadap petani.

“Berbicara tentang sektor pertanian, tentu subsektor utamanya adalah perkebunan sawit. Namun, sektor minyak sawit tetap menghadapi ketidakpastian pasar ekspor dan program mandatori B-30 telah menyelamatkan industri sawit saat ini,” ujarnya. (Lihat videonya: 5 Tips Aman Menerima Paket Disaat Pandemi Covid-19)

Menurut dia, area perkebunan kelapa sawit yang merupakan bahan baku dari minyak nabati selalu mengalami pertumbuhan yang ditandai dengan meningkatnya harga CPO di Indonesia bila dibandingkan dengan negara-negara lain.

Meskipun begitu, terdapat beberapa kendala seperti adanya kemungkinan risiko logistik atau menurunnya harga CPO di tingkat dunia seiring menurunnya harga minyak gas. “Kebijakan seperti peningkatan kapasitas produksi, pemberian insentif terhadap buruh tani, melakukan penanaman ulang dianggap bisa mengakomodasi permasalahan tersebut,” tandasnya. (Oktiani Endarwati)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0850 seconds (0.1#10.140)