Dinilai Tak Sensitif, PKB Minta Pertamina Turunkan Harga BBM

Kamis, 16 April 2020 - 16:20 WIB
loading...
Dinilai Tak Sensitif, PKB Minta Pertamina Turunkan Harga BBM
Seiring anjloknya harga minyak mentah, Pertamina diminta segera menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) untuk membantu masyarakat. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) meminta PT Pertamina (Pertamina) untuk menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) yang saat ini masih tinggi. Sebab, harga minyak mentah dunia sudah sejak beberapa waktu lalu turun hingga berada pada level USD19-20-an per barel.

Ketua DPP SDA dan Energi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Daniel Johan mengatakan, Pertamina harus segera menyesuaikan harga BBM dalam negeri dengan harga minyak dunia yang sedang anjlok. Menurut dia, hal ini akan memberikan dampak ekonomi positif bagi masyarakat, terutama bagi nelayan dan usaha ekpedisi.

Wakil Ketua Komisi IV DPR ini mengatakan, jika harga BBM turun, maka bisa mengurangi beban masyarakat, PLN, dan industri. Selain itu, turunnya harga BBM juga bisa meningkatkan daya beli. "Harga BBM yang murah akan mendorong harga kebutuhan pokok ikut turun," ujar Daniel, Kamis (16/4/2020).

(Baca Juga: Gara-gara Covid-19, Pendapatan Pertamina Diprediksi Anjlok 45%)

Legislator asal Dapil Kalimantan Barat I itu mengatakan, BBM merupakan kebutuhan hidup masyarakat di luar kebutuhan pokok sehingga masyarakat sangat membutuhkan BBM yang murah. Jika harganya murah maka rakyat bisa mudah membelinya. Sebaliknya, jika harganya mahal, masyarakat akan sulit membelinya, karena mereka juga memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Khususnya bagi nelayan yang harus melakukan penangkapan ikan. Menurut dia, para nelayanlah yang akan menyelamatkan kehidupan rakyat dalam menjaga ketersedian pasokan pangan. "Begitu juga dengan petani di desa-desa, logistik antarwilayah membutuhkan BBM yang murah untuk mengurangi beban masyarakat terhadap energi," paparnya.

Apalagi, lanjut dia, saat ini Arab Saudi memberikan diskon besar-besaran hingga USD8 per barel kepada Asia. Menurut Daniel, hal itu dilakukan karena pasokan dunia saat ini melimpah dan masih adanya ketegangan antara Rusia dan Arab Saudi tentang kesepakatan produksi yang belum mencapai titik temu.

"Jadi kita heran, kenapa Pertamina tidak sensitif dengan kesulitan masyarakat saat ini," tegas Daniel.
(fai)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1766 seconds (0.1#10.140)