Bank Indonesia: Suku Bunga Acuan Tetap Rendah di 2021
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) akan tetap mempertahankan suku bunga acuan rendah pada tahun depan dengan melonggarkan kebijakan moneter. Upaya tersebut guna mendorong pemulihan ekonomi nasional di 2021.
"Kami juga terus mempertahankan stabilisasi nilai tukar rupiah. Ini tetap menjadi prioritas kami," kata Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo di acara Bank Indonesia Bersama Rakyat (Birama) secara virtual, Jakarta, Senin (7/12/2020).
Senada, Asisten Gubernur BI Aida S Budiman mengatakan, bank sentral akan melihat sejumlah kondisi untuk melakukan normalisasi kebijakan, salah satunya laju inflasi. Artinya, suku bunga masih akan rendah selama kondisi inflasi belum menunjukkan perbaikan.
“Tentunya kalau kita melihat inflasi, harus kami yakini apakah dia permanen atau temporer, karena komponen inflasi itu ada dua, inflasi inti dan volatile food. Kalau betul-betul inflasi inti yang hanya tergantung dari demand, barulah BI akan mulai me-raise-kan alisnya, ini apa yang terjadi," imbuhnya.
Lalu, BI akan menjaga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sebab menurut Aida, kurs yang terdepresiasi juga akan memberikan dampak ke inflasi. “Jadi nggak straight forward, jadi model itu membantu kita melihat kondisi ekonomi, tapi kemudian kita harus cek berbagai macam hal. Dan berbagai macam hal itu kami masih punya pilihan dan kami lakukan dengan hati-hati,” tandasnya.
"Kami juga terus mempertahankan stabilisasi nilai tukar rupiah. Ini tetap menjadi prioritas kami," kata Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo di acara Bank Indonesia Bersama Rakyat (Birama) secara virtual, Jakarta, Senin (7/12/2020).
Senada, Asisten Gubernur BI Aida S Budiman mengatakan, bank sentral akan melihat sejumlah kondisi untuk melakukan normalisasi kebijakan, salah satunya laju inflasi. Artinya, suku bunga masih akan rendah selama kondisi inflasi belum menunjukkan perbaikan.
“Tentunya kalau kita melihat inflasi, harus kami yakini apakah dia permanen atau temporer, karena komponen inflasi itu ada dua, inflasi inti dan volatile food. Kalau betul-betul inflasi inti yang hanya tergantung dari demand, barulah BI akan mulai me-raise-kan alisnya, ini apa yang terjadi," imbuhnya.
Lalu, BI akan menjaga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sebab menurut Aida, kurs yang terdepresiasi juga akan memberikan dampak ke inflasi. “Jadi nggak straight forward, jadi model itu membantu kita melihat kondisi ekonomi, tapi kemudian kita harus cek berbagai macam hal. Dan berbagai macam hal itu kami masih punya pilihan dan kami lakukan dengan hati-hati,” tandasnya.
(nng)