Rumah di Bawah Rp1,5 Miliar Paling Banyak Dicari, Daya Beli Kembali?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tren minat masyarakat untuk membeli rumah mulai kembali pulih setelah merosot akibat pandemi covid19. Kemampuan masyarakat membeli rumah mayoritas berada di level menengah atau pada harga maksimal Rp1,5 Miliar.
Country Manager Rumah.com Marine Novita mengatakan pihaknya memiliki data Rumah.com Consumer Sentiment Survey yang menunjukkan tren pencarian properti . Secara kisaran harga ditemukan tren pencarian terbesar di Rumah.com pada kisaran harga dari Rp300 Juta hingga Rp750 Juta. Porsi pencarian harga tersebut mencapai 25% dari total pencarian hunian di Rumah.com.
"Sementara bila diakumulasikan, jumlah pencarian hunian untuk kisaran harga di bawah Rp1,5 miliar porsinya mencapai 61%," ujar Marine dalam webinar di Jakarta.
(Baca Juga: Suku Bunga Turun Banyak Rumah Murah Mulai Dijual Pengembang )
Sementara data pencarian harga kisaran Rp1,5 Miliar hingga Rp4 Miliar memiliki porsi 22%. Di level paling atas atau di atas harga Rp4 miliar masih memiliki kemampuan dengan porsi 16%.
"Konsumen saat ini menunda transaksi properti hingga semester dua 2020 atau berlanjut ke 2021. Meskipun indeks harga kini turun terendah sejak 5 tahun terakhir tapi sudah ada tren naik di kuartal ketiga. Sehingga ini saat yang baik untuk pembelian rumah sebelum kembali normal," katanya.
Data Rumah.com Indonesia Property Market Index (RIPMI) menunjukkan kenaikan indeks harga properti pada area-area yang dilintasi oleh jalur tol maupun kereta api. "Di Depok dan Tangerang Selatan misalnya, meski indeks harganya mengalami penurunan, namun beberapa kecamatan yang dilalui jalur kereta api dan tol mengalami kenaikan," katanya.
Saat indeks harga Depok kuartal III-2020 secara keseluruhan mengalami penurunan sebesar 2,61% secara tahunan, namun kecamatan-kecamatan yang dilewati dekat dengan jalur tol baru justru mengalami kenaikan. Seperti Cimanggis sebesar 9%, Limo 4%, dan Cinere 3%. Sementara itu, kelurahan Cinangka di Kecamatan Sawangan, Depok, mengalami kenaikan hingga 35%.
(Baca Juga: Siapa Bilang Daya Beli Merosot? Rumah Rp30 Miliar Ludes Terjual )
Sejumlah kecamatan di Tangerang Selatan yang berada di sekitar tol Cinere-Serpong juga mengalami kenaikan seperti Pondok Cabe sebesar 6%, Serpong 12%, dan Pamulang 19%. Sementara itu, pembangunan sarana transportasi massal seperti Mass Rapid Transit (MRT) dan Light Rail Transit (LRT) terus dikembangkan pemerintah dan menjadi penentu minat konsumen perumahan.
"Tersedianya sarana MRT, LRT, dan juga jalur komuter (KRL commuterline) menjadi daya tarik bagi konsumen properti di Jabodetabek," jelas Marine.
Seperti langkah perusahaan BUMN Adhi Commuter yang membangun 10 apartemen dengan bendera LRT City di sepanjang jalur LRT di Jabodetabek seiring pembangunan LRT yang masih berjalan. Sebelumnya pengembang BUMN Perumnas bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) lebih dulu mengembangkan tiga hunian berkonsep TOD di jalur KRL.
(Baca Juga: RI Kalah Jauh dari Negara Tetangga Soal Kontribusi Sektor Perumahan )
"Transportasi umum menjadi jauh lebih nyaman dan terkoneksi, ini membuat minat konsumen dalam membeli properti bergeser. Kini mereka tak lagi keberatan membeli properti di lokasi yang agak jauh dari Jakarta, asalkan dekat dengan transportasi umum seperti KRL, TransJakarta, ataupun LRT dan MRT," ujar Marine.
Country Manager Rumah.com Marine Novita mengatakan pihaknya memiliki data Rumah.com Consumer Sentiment Survey yang menunjukkan tren pencarian properti . Secara kisaran harga ditemukan tren pencarian terbesar di Rumah.com pada kisaran harga dari Rp300 Juta hingga Rp750 Juta. Porsi pencarian harga tersebut mencapai 25% dari total pencarian hunian di Rumah.com.
"Sementara bila diakumulasikan, jumlah pencarian hunian untuk kisaran harga di bawah Rp1,5 miliar porsinya mencapai 61%," ujar Marine dalam webinar di Jakarta.
(Baca Juga: Suku Bunga Turun Banyak Rumah Murah Mulai Dijual Pengembang )
Sementara data pencarian harga kisaran Rp1,5 Miliar hingga Rp4 Miliar memiliki porsi 22%. Di level paling atas atau di atas harga Rp4 miliar masih memiliki kemampuan dengan porsi 16%.
"Konsumen saat ini menunda transaksi properti hingga semester dua 2020 atau berlanjut ke 2021. Meskipun indeks harga kini turun terendah sejak 5 tahun terakhir tapi sudah ada tren naik di kuartal ketiga. Sehingga ini saat yang baik untuk pembelian rumah sebelum kembali normal," katanya.
Data Rumah.com Indonesia Property Market Index (RIPMI) menunjukkan kenaikan indeks harga properti pada area-area yang dilintasi oleh jalur tol maupun kereta api. "Di Depok dan Tangerang Selatan misalnya, meski indeks harganya mengalami penurunan, namun beberapa kecamatan yang dilalui jalur kereta api dan tol mengalami kenaikan," katanya.
Saat indeks harga Depok kuartal III-2020 secara keseluruhan mengalami penurunan sebesar 2,61% secara tahunan, namun kecamatan-kecamatan yang dilewati dekat dengan jalur tol baru justru mengalami kenaikan. Seperti Cimanggis sebesar 9%, Limo 4%, dan Cinere 3%. Sementara itu, kelurahan Cinangka di Kecamatan Sawangan, Depok, mengalami kenaikan hingga 35%.
(Baca Juga: Siapa Bilang Daya Beli Merosot? Rumah Rp30 Miliar Ludes Terjual )
Sejumlah kecamatan di Tangerang Selatan yang berada di sekitar tol Cinere-Serpong juga mengalami kenaikan seperti Pondok Cabe sebesar 6%, Serpong 12%, dan Pamulang 19%. Sementara itu, pembangunan sarana transportasi massal seperti Mass Rapid Transit (MRT) dan Light Rail Transit (LRT) terus dikembangkan pemerintah dan menjadi penentu minat konsumen perumahan.
"Tersedianya sarana MRT, LRT, dan juga jalur komuter (KRL commuterline) menjadi daya tarik bagi konsumen properti di Jabodetabek," jelas Marine.
Seperti langkah perusahaan BUMN Adhi Commuter yang membangun 10 apartemen dengan bendera LRT City di sepanjang jalur LRT di Jabodetabek seiring pembangunan LRT yang masih berjalan. Sebelumnya pengembang BUMN Perumnas bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) lebih dulu mengembangkan tiga hunian berkonsep TOD di jalur KRL.
(Baca Juga: RI Kalah Jauh dari Negara Tetangga Soal Kontribusi Sektor Perumahan )
"Transportasi umum menjadi jauh lebih nyaman dan terkoneksi, ini membuat minat konsumen dalam membeli properti bergeser. Kini mereka tak lagi keberatan membeli properti di lokasi yang agak jauh dari Jakarta, asalkan dekat dengan transportasi umum seperti KRL, TransJakarta, ataupun LRT dan MRT," ujar Marine.
(akr)