Siapa Bilang Daya Beli Merosot? Rumah Rp30 Miliar Ludes Terjual
loading...
A
A
A
JAKARTA - Banyak yang bilang daya bel i masyarakat merosot sehingga industri properti di Tanah Air mengalami masa surut selama pandemi Covid-19 . Faktanya, orang-orang kaya mulai memborong rumah menjelang tahun 2020 berakhir. Tidak percaya? Tengok saja hunian rumah tapak (landed house) di kawasan NavaPark, BSD City. Dengan harga Rp16 miliar hingga Rp30 miliar per unit, rumah-rumah dengan desain modern tropis itu hampir ludes terjual dalam tiga bulan.
“Untuk hunian paling mahal Rp30 miliar hanya tersisa lima unit,”ungkap Head of Sales and Marketing Nava Park Wanto Ngali, saat berbincang dengan Koran SINDO di Serpong, Tangerang, Selasa (24/11/2020). Dia mengungkapkan, sekitar 60% pembeli melakukan pembayaran secara tunai bertahap, sisanya menggunakan fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR) .
(Baca Juga : Ketimbang Pamer Kekayaan, Joan Mir Investasikan Gajinya di Properti )
Menurut Wanto, profil pembeli dari hunian di kawasan Nava Park berasal dari bergam profesi. Mulai pengusaha milenial, artis hingga mantan pejabat. “Yang paling muda umur 34 tahun, pengusaha. Sedangkan yang paling tua berumur 70 tahun. Tentunya mereka tak memikirkan lagi soal harga,”paparnya.
Di kawasan yang diberi nama Lyndon itu, hunian didesain dengan nuansa modern tropis di lahan seluas 10 hektare. Memiliki dua gerbang masuk yang dekat dengan danau Country Club. Penghuni dapat menikmati keindahan danau resor seluas 350 meter di kawasan ini. “Kami memang mengincar pasar high end untuk memenuhi kebutuhan hunian yang nyaman dengan lifestyle menawan di kawasan sekitar selatan Jakarta,” tambah CEO Residential National Sinar Mas Land Herry Hendarta. Tipe paling besar seharga Rp30 miliar tersebut menjadikan Lyndon sebagai kawasan hunian dengan harga paling mahal pada harga primer (perdana) dalam sejarah industri properti di Tanah Air.
(Baca Juga : Terobosan Jitu Bisnis Properti pada Masa Pandemi )
Pengamat properti yang juga CEO Property Excellence & Advisory, F. Rach Suherman menegaskan, properti segmen menengah atas hingga segmen premium memang tak terpengaruh terhadap pandemi Covid-19 yang sedang terjadi. “Jumlahnya (orang kaya) banyak, hanya saja selama ini mereka bingung hendak menghamburkan uangnya buat apa.Karena masih dalam situasi pandemi,”tegasnya.
(Baca Juga: Kiat Pengembang Bangkitkan Sektor Properti di Tengah Pandemi COVID-19 )
Menurut dia, orang-orang super kaya yang biasa dijuluki para Sultan itu, tak terpengaruh dengan kenaikan harga, pajak, suku bunga maupuna indikator ekonomi yang lain.“Yang memengaruhi mereka justru persoalan sosial, keamanan dan politik. Bahkan, terkadang mereka ingin membeli sesuatu tetapi barangnya tidak ada,”paparnya. Suherman meyakini, kondisi ekonomi nasional saat ini justru memunculkan orang-orang kaya baru.
Hal tersebut didorong oleh melambungnya pasar saham domestik, sehingga banyak investor yang meraih untung besar. Juga munculnya sosok-sosok muda dengan penghasilan puluhan miliar dari konten digital. ”Nah mereka-mereka inilah yang kemudian menarik masyarakat dibawahnya ikut naik kelas,”tuturnya.
(Baca Juga : Catat Nilai Transaksi Rp490 Triliun, Sektor Properti Menunjukkan Pemulihan )
Sehingga tak heran jika properti dengan harga Rp2 miliar ke atas selalu laris terjual dalam waktu singkat. Pembelinya pun dari kalangan muda. “Kelas menengah baru, atau orang-orang kaya baru jumlahnya meningkat setiap tahun, termasuk dari anak-anak muda yang berinvestasi di saham, konten kreator, hingga yang mendapat warisan dari orang tuanya,”ujar Suherman.
“Untuk hunian paling mahal Rp30 miliar hanya tersisa lima unit,”ungkap Head of Sales and Marketing Nava Park Wanto Ngali, saat berbincang dengan Koran SINDO di Serpong, Tangerang, Selasa (24/11/2020). Dia mengungkapkan, sekitar 60% pembeli melakukan pembayaran secara tunai bertahap, sisanya menggunakan fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR) .
(Baca Juga : Ketimbang Pamer Kekayaan, Joan Mir Investasikan Gajinya di Properti )
Menurut Wanto, profil pembeli dari hunian di kawasan Nava Park berasal dari bergam profesi. Mulai pengusaha milenial, artis hingga mantan pejabat. “Yang paling muda umur 34 tahun, pengusaha. Sedangkan yang paling tua berumur 70 tahun. Tentunya mereka tak memikirkan lagi soal harga,”paparnya.
Di kawasan yang diberi nama Lyndon itu, hunian didesain dengan nuansa modern tropis di lahan seluas 10 hektare. Memiliki dua gerbang masuk yang dekat dengan danau Country Club. Penghuni dapat menikmati keindahan danau resor seluas 350 meter di kawasan ini. “Kami memang mengincar pasar high end untuk memenuhi kebutuhan hunian yang nyaman dengan lifestyle menawan di kawasan sekitar selatan Jakarta,” tambah CEO Residential National Sinar Mas Land Herry Hendarta. Tipe paling besar seharga Rp30 miliar tersebut menjadikan Lyndon sebagai kawasan hunian dengan harga paling mahal pada harga primer (perdana) dalam sejarah industri properti di Tanah Air.
(Baca Juga : Terobosan Jitu Bisnis Properti pada Masa Pandemi )
Pengamat properti yang juga CEO Property Excellence & Advisory, F. Rach Suherman menegaskan, properti segmen menengah atas hingga segmen premium memang tak terpengaruh terhadap pandemi Covid-19 yang sedang terjadi. “Jumlahnya (orang kaya) banyak, hanya saja selama ini mereka bingung hendak menghamburkan uangnya buat apa.Karena masih dalam situasi pandemi,”tegasnya.
(Baca Juga: Kiat Pengembang Bangkitkan Sektor Properti di Tengah Pandemi COVID-19 )
Menurut dia, orang-orang super kaya yang biasa dijuluki para Sultan itu, tak terpengaruh dengan kenaikan harga, pajak, suku bunga maupuna indikator ekonomi yang lain.“Yang memengaruhi mereka justru persoalan sosial, keamanan dan politik. Bahkan, terkadang mereka ingin membeli sesuatu tetapi barangnya tidak ada,”paparnya. Suherman meyakini, kondisi ekonomi nasional saat ini justru memunculkan orang-orang kaya baru.
Hal tersebut didorong oleh melambungnya pasar saham domestik, sehingga banyak investor yang meraih untung besar. Juga munculnya sosok-sosok muda dengan penghasilan puluhan miliar dari konten digital. ”Nah mereka-mereka inilah yang kemudian menarik masyarakat dibawahnya ikut naik kelas,”tuturnya.
(Baca Juga : Catat Nilai Transaksi Rp490 Triliun, Sektor Properti Menunjukkan Pemulihan )
Sehingga tak heran jika properti dengan harga Rp2 miliar ke atas selalu laris terjual dalam waktu singkat. Pembelinya pun dari kalangan muda. “Kelas menengah baru, atau orang-orang kaya baru jumlahnya meningkat setiap tahun, termasuk dari anak-anak muda yang berinvestasi di saham, konten kreator, hingga yang mendapat warisan dari orang tuanya,”ujar Suherman.
(ton)