Inovasi PTAL Bisa Naikkan Harga Garam

Kamis, 10 Desember 2020 - 15:43 WIB
loading...
Inovasi PTAL Bisa Naikkan...
Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) berkomitmen untuk berkontribusi terhadap upaya pengembangan dan peningkatan produksi garam nasional. Foto/Dok SINDOnews
A A A
JAKARTA-Kebutuhan garam semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya berbagai industri, baik di dalam maupun luar negeri. Namun, kebutuhan garam tersebut belum tercukupi dari produksi dalam negeri. Sekitar 40 persen garam nasional masih dipenuhi melalui impor, diantaranya dari Australia dan India.

Hingga saat ini, kebutuhan garam untuk memenuhi pasar domestik untuk garam konsumsi sebanyak 812.132 ton, dan garam industri sebanyak 3.609.812 ton. Berdasarkan data tersebut, maka diperlukan beragam inovasi teknologi produksi garam yang sederhana dan tidak padat modal agar dapat terjangkau oleh masyarakat sehingga kedepan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pasar garam guna mewujudkan swasembada garam.

Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) melalui Instalasi Pengembangan Sumber Daya Air Laut Pamekasan, Loka Riset Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir, Pusat Riset Kelautan berkomitmen untuk berkontribusi terhadap upaya pengembangan dan peningkatan produksi garam nasional serta peningkatan kualitas garam, baik untuk konsumsi maupun untuk industri.

Pada 8 Desember 2020, dilaksanakan kegiatan Launching Penerapan Teknologi Adaptif Lokasi (PTAL) Paket Inovasi Teknologi Pengolahan Garam Sistem Rekristal untuk Menghasilkan Olahan Garam Berkualitas. Uji lokasi PTAL 2020 terlaksana di 2 titik uji produksi di Desa Pademawu Barat, 1 titik di Desa Bunder, dan 1 titik inti di pondok pesantren di Bangkalan.

"Kalau kita hitung hasil uji produksi skala plasma PTAL di bawah binaan IPSAL Pamekasan ini, bisa menghasilkan 156 kilogram per hari, kalau 20 hari kerja bisa mencapai 3 ton sebulan. Coba bayangkan kalau bisa menghasilkan 3.000 ton setahun, kita panen, petani garam tentu sejahtera karena dari harga bahan baku garam krosok per kilo Rp300-550, setelah mendapat sentuhan inovasi teknologi PTAL Garam ini menjadi seharga Rp4.900/kilo," ujar Sjarief di Jakarta, Kamis (10/12). (Baca juga: Produksi dan Kebutuhan Jomplang, RI Bakal Kecanduan Impor Garam)

Dengan hasil tersebut, Sjarief menilai dapat memenuhi kebutuhan garam Madura. Sebagaimana diketahui, kebutuhan garam per orang per tahun pada umumnya mencapai 4 kg. "Mari mendorong perilaku masyarakat untuk membeli garam lokal. Jadikan garam Pamekasan ini sebagai garamnya orang Madura," tegasnya.

Disamping itu, untuk meningkatkan perekonomian, pihaknya juga berharap dapat dibangun koperasi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) , dengan pembagian kelompok masyarakat yang bekerja di tambak, kelompok yang membuat produk, hingga kelompok pemasaran. "Jadikan desa ini sebagai kampung garam. Selain produksi garam konsumsi, coba membuat garam spa, refleksi, hingga nantinya dapat menjadi lokasi wisata. Jadikan tempat pengolahan garam ini menjadi wisata edukasi, agar masyarakat dapat mengetahui bagaimana prosesnya. Dengan teknologi tentunya kita harus dapat membawa perubahan yang lebih baik kepada masyarakat," terang Sjarief.

Agar dapat dijual di pasaran, hingga ke supermarket, Sjarief juga mendorong garam Pamekasan untuk dapat didaftarkan ke BPOM, memiliki sertifikasi dari Kementerian Kesehatan, Surat Izin Edar dari Kementerian Perdagangan, serta membuat kemasan dan brand yang menarik. "Mengenai pembiayaan, KKP memiliki dana pinjaman Badan Layanan Umum (BLU) Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP) berbiaya rendah, dengan bunga 3 persen per tahun," paparnya.
(aby)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1164 seconds (0.1#10.140)