Miliarder Tetap Kaya Raya di Tengah Pandemi

Kamis, 31 Desember 2020 - 06:00 WIB
loading...
A A A


Selain meningkatkan kekayaan miliarder, banyak pengusaha farmasi juga mengalami perubahan status dari jutawan menjadi miliarder karena pandemi. Forbes melaporkan 50 dokter, ilmuwan dan pengusaha kesehatan menjadi miliader berubah status menjadi miliarder, mayoritas berasal dari China. Kekayaan mereka juga akan terus meningkat selepas pandemi.

Sebanyak 28 pengusaha di antaranya disebut dengan miliarder pandemi dari China. Seperti Hu Kun, pemilik Contec Medican Systems. Kekayaanya kini mencapai USD3,9 miliar karena peningkatan penjualan peralatan medis. Miliarder lainnya adalah pendiri BioNTech, Ugur Sahin dari Jerman, yang mengembangkan vaksin Covid-19 bersama Pfizer, dengan kekayaan USD4,2 miliar. Kemudian, Stephane Bancel, dari Prancis, CEO Moderna, memiliki kekayaan USD4,1 miliar dan memiliki vaksin Covid-19 yang sudah disetujui pemerintah AS.

Miliader dari perusahaan perjalanan, hiburan dan industri memang tiarap selama 2020. Namun, mereka juga akan kembali bangkit selepas pandemi berakhir. "Semua orang tidak pergi berlibur ke Disney pada 2020, mungkin mereka akan berlibur pada 2021," kata Jeremy Siegel, Profesor Keuangan dari Universitas Pennsylvania, dilansir Forbes.

Bank UBS melaporkan banyak miliarder mendonasikan sebagian kekayaannya untuk membantu perang melawan virus korona. “Penelitian kita mengidentifikasi 209 miliarder yang mempublikasikan komitmen bantuan donasi senilai USD7,2 miliar dari Maret hingga Juni 2020,” demikian laporan UBS.

Miliarder Inggris paling kecil yang memberikan donasi. Di AS, 98 miliarder mendonasikan USD4,5 miliar. Di China, 12 miliarder menyumbangkan USD679 miliar. Di Australia, hanya dua miliarder mendonasikan USD324 miliar. Di Inggris, sembilan miliarder mendonasikan USD298 miliar.

Untuk membantu ekonomi bertumbuh, pemberlakuan pajak khusus bagi para miliarder adalah solusi terbaik. Perlu kebijaksanaan bagi para miliarder untuk lebih peduli kepada lingkungannya dengan pemberlakuan pajak yang tinggi. Sebab, banyak miliarder justru kerap menyembunyikan asetnya, melimpahkan asetnya ke anaknya, serta menyumbangkan kekayaannya ke lembaga amal untuk mendukung kepentingan bisnisnya sendiri.

Dalam pandangan Ana Arendar, Kepala Kampanye Ketidakadilan Oxfam, orang kaya memegang uang lebih banyak saat pandemi itu membuktikan sistem ekonomi global tidak sesuai dengan tujuan utamanya. "Hanya sedikit orang yang menguasai kekayaan dan jutaan rakyat mengalami penderitaan," katanya dilansir The Guardian.

Dia mengatakan, itu disebabkan pemerintah global tidak bergerak untuk mengatasi ketimpangan sosial. Arendar pun mengajukan solusi pajak miliarder untuk membedakan antara miliarder dengan orang biasa. Nantinya, dana pajak tersebut bisa digunakan mengatasi pandemi. "Dana pajak miliarder bisa digunakan untuk membantu kaum miskin yang membutuhkan untuk pendidikan, kesehatan, perumahan dan makanan dalam bentuk subsidi," kata Sudhir Thomas Vadaketh, peneliti dari Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew, Singapura.

Upaya pemulihan ekonomi di saat pandemi seperti sekarang ini memang sangat tergantung dengan kebijakan fiskal dan ketersediaan vaksin dalam beberapa bulan ke depan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2275 seconds (0.1#10.140)