Tren Baru Wisata Pasca-Pandemi, Akomodasi Alami hingga Virtual Reality
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Azril Azahari memberikan proyeksi beberapa tren wisata ke depan. Menurutnya, pemerintah harus mengantisipasi perubahan tren di sektor pariwisata , karena akibat pandemi minat wisata dunia telah melompat.
Salah satunya adalah pola wisatawan saat ini yang mengarah pada small size tourism. "Tren usai pandemi, yaitu small size tourism. Orang nanti akan bepergian dengan kelompok kecil, tidak lagi datang dengan bus-bus besar rombongan," ujar Azril di Jakarta, Jumat (1/1/2021).
(Baca Juga: Ingin Pariwisata Cepat Pulih, Sandiaga Tekankan Protokol CHSE)
Menurutnya fokus pariwisata kini bukan lagi soal quality tourism, tetapi destinasi yang menjamin keselamatan, kesehatan, dan sanitasi yang baik. Meskipun program CHSE sudah tepat, tetapi tidak boleh berhenti. Menurutnya Menparekraf harus berpikir jauh dan mempersiapkan dengan matang.
Persiapan harus dilakukan dari jauh-jauh hari, agar industri dapat memberikan pelayanan yang maksimal sesuai dengan ekspektasi para wisatawan. Yaitu, untuk mendapatkan pengalaman berkesan, dan juga keamanan kesehatan selama menikmati liburannya.
"Para wisatawan tentu mencari sesuatu yang tidak ada di negaranya. Misalnya jangan tawarkan hotel karena di negara mereka itu sudah biasa. Berikan konsep lain untuk pengalaman berkesan mereka," lanjutnya.
Dia mendorong memperbanyak alternatif akomodasi dibandingkan bangunan hotel. Pilihan nonhotel tersebut ada banyak seperti konsep vila ataupun homestay di rumah warga. Bahkan menurut dia yang sebenarnya dicari wisatawan menengah atas adalah penginapan dengan konsep menyatu dengan alam.
(Baca Juga: Pandemi Ubah Tren Pariwisata, Jokowi Minta Diantisipasi)
"Konsep yang dibutuhkan seperti rumah pohon atau kamar di antara batu karang sehingga bisa melihat ikan-ikan. Dengan begitu kamarnya bisa dijual jauh lebih tinggi. Ini tentu juga berarti akan ramah lingkungan. Sedangkan bangunan hotel hanya menguntungkan investor dan merusak lingkungan. Harusnya menyejahterakan masyarakat di sana," katanya.
Tren berikutnya yang harus dikembangkan adalah teknologi. Salah satunya adalah layanan robot di kamar akan diminati wisatawan. Teknologi lainnya virtual reality, dimana tempat-tempat wisata kini mulai menggunakan teknologi ini sebagai atraksi wisata buatan pengganti atraksi pada realitas nyata. Dia mencontohkan di Guizou, China, yang kini telah hadir taman tematik (theme park) yang menyuguhkan hiburan virtual reality.
Salah satunya adalah pola wisatawan saat ini yang mengarah pada small size tourism. "Tren usai pandemi, yaitu small size tourism. Orang nanti akan bepergian dengan kelompok kecil, tidak lagi datang dengan bus-bus besar rombongan," ujar Azril di Jakarta, Jumat (1/1/2021).
(Baca Juga: Ingin Pariwisata Cepat Pulih, Sandiaga Tekankan Protokol CHSE)
Menurutnya fokus pariwisata kini bukan lagi soal quality tourism, tetapi destinasi yang menjamin keselamatan, kesehatan, dan sanitasi yang baik. Meskipun program CHSE sudah tepat, tetapi tidak boleh berhenti. Menurutnya Menparekraf harus berpikir jauh dan mempersiapkan dengan matang.
Persiapan harus dilakukan dari jauh-jauh hari, agar industri dapat memberikan pelayanan yang maksimal sesuai dengan ekspektasi para wisatawan. Yaitu, untuk mendapatkan pengalaman berkesan, dan juga keamanan kesehatan selama menikmati liburannya.
"Para wisatawan tentu mencari sesuatu yang tidak ada di negaranya. Misalnya jangan tawarkan hotel karena di negara mereka itu sudah biasa. Berikan konsep lain untuk pengalaman berkesan mereka," lanjutnya.
Dia mendorong memperbanyak alternatif akomodasi dibandingkan bangunan hotel. Pilihan nonhotel tersebut ada banyak seperti konsep vila ataupun homestay di rumah warga. Bahkan menurut dia yang sebenarnya dicari wisatawan menengah atas adalah penginapan dengan konsep menyatu dengan alam.
(Baca Juga: Pandemi Ubah Tren Pariwisata, Jokowi Minta Diantisipasi)
"Konsep yang dibutuhkan seperti rumah pohon atau kamar di antara batu karang sehingga bisa melihat ikan-ikan. Dengan begitu kamarnya bisa dijual jauh lebih tinggi. Ini tentu juga berarti akan ramah lingkungan. Sedangkan bangunan hotel hanya menguntungkan investor dan merusak lingkungan. Harusnya menyejahterakan masyarakat di sana," katanya.
Tren berikutnya yang harus dikembangkan adalah teknologi. Salah satunya adalah layanan robot di kamar akan diminati wisatawan. Teknologi lainnya virtual reality, dimana tempat-tempat wisata kini mulai menggunakan teknologi ini sebagai atraksi wisata buatan pengganti atraksi pada realitas nyata. Dia mencontohkan di Guizou, China, yang kini telah hadir taman tematik (theme park) yang menyuguhkan hiburan virtual reality.
(fai)