IndoSterling Optima Investa Gelontorkan Cicilan Tahap Dua, Bentuk Niat Baik

Selasa, 05 Januari 2021 - 20:55 WIB
loading...
IndoSterling Optima...
Pembayaran yang dilakukan secara bertahap atau secara mencicil oleh perusahaan yang sedang mengalami krisis finansial menjadi bentuk komunikasi non verbal yang patut diapresiasi. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Pembayaran yang dilakukan secara bertahap atau secara mencicil oleh perusahaan yang sedang mengalami krisis finansial menjadi bentuk komunikasi non verbal yang patut diapresiasi. Namun perusahaan juga harus bisa bersikap transparan dalam menjelaskan kewajiban dan tanggungjawabnya secara jelas kepada para kreditur .

“Itu bentuk komunikasi non verbal. Pesan komunikasinya adalah niat baik, ada keinginan memahami khalayak serta menunjukkan bahwa mereka berempati. Dari aspek komunikasi pembayaran cicilan itu merupakan bentuk kepedulian dan tanggungjawab perusahaan. Perlu dipresiasi,” kata Dosen ilmu komunikasi Pascasarjana dari Unviersitas Pelita Harapan (UPH), Dr Emrus Sihombing dalam wawancara kepada wartawan di Jakarta, Selasa (5/1/2021).

(Baca Juga: Nasabah IndoSterling Bersyukur dan Lega Sudah Terima Pembayaran Utang )

Pernyataan Emrus tersebut merujuk pada pembayaran cicilan tahap kedua atas terjadinya gagal bayar produk High Promissory Notes (HYPN) dari PT IndoSterling Optima Investa (IOI). Pembayaran yang dilakukan pada Senin (4/1/2021) itu sudah diberikan kepada 1.041 kreditur. Pembayaran tersebut untuk melengkapi pembayaran yang sudah dilakukan pada tahap pertama, 1-4 Desember 2020, kepada 1.108 kreditur.

"Rp 8 miliar telah dibayarkan," kata Kuasa hukum PT IndoSterling Optima Investa (IOI), Hardodi Hardodi, secara terpisah dalam jumpa wartawan di Jakarta Selatan, Senin (4/1).

Lebih lanjut Emrus menyatakan semasa pandemi Covid-19 telah terjadi banyak peristiwa di luar perencanaan, termasuk perusahaan yang mengalami gagal bayar. Buat perusahaan yang sudah eksis dalam jangka waktu lama dan tidak mampu membayar, menurut dia, menjadi sebuah situasi yang dinamakan krisis.

“Situasi semacam ini terjadi di banyak tempat perusahaan. Tentunya tak ada yang pernah menginginkan hal semacam ini terjadi. Covid-19 ini memang fenomena atau bencana yang tidak kita duga,” ujarnya.

Namun pria yang menyebut dirinya sebagai komunikolog ini tetap menyarankan agar setiap perusahaan yang menghadapi krisis finansial harus bersikap terbuka. Sikap ini bisa dilakukan dalam ranah private maupun public.

Pada ranah private, lanjut dia, pihak manajemen perusahaan bisa menjelaskan secara terbuka kondisi yang terjadi. “Bisa saja memaparkan cashflow perusahaan untuk menjelaskan kondisi yang sebenarnya,” ujarnya.

Sementara di ranah publik, Emrus menyarankan, ada beberapa hal yang tidak harus disampaikan secara detail. Namun pihak perusahaan harus tetap berusaha terbuka dalam menjelaskan dan tanggungjawabnya. Ia juga menyarankan untuk membuka ruang-ruang dialog dalam mengatasi krisis.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1802 seconds (0.1#10.140)