Jangan Bingung Memilih Hunian yang Diinginkan

Rabu, 06 Januari 2021 - 15:09 WIB
loading...
Jangan Bingung Memilih...
Apartemen punya kelebihan dan kelemahan sendiri dibanding rumah tapak. (Foto: Dok/Pinterest)
A A A
HUNIAN yang semakin variatif membuat masyarakat sulit menentukan pilihan yang tepat. Misalnya, memilih antara tinggal di apartemen atau rumah tapak.

Baik rumah tapak maupun apartemen sebenarnya memiliki keunggulan dan kelemahan.Terlebih, di wilayah Jabodetabek kecuali Jakarta, permintaan properti untuk rumah tapak masih lebih tinggi daripada hunian vertikal atau apartemen. Di wilayah Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi, konsumen masih lebih meminati rumah tapak.

Hal ini dipertegas oleh pengamat bisnis properti Panangian Simanungkalit. Menurutnya, tinggal di apartemen belum menjadi pilihan utama bagi konsumen karena terpengaruh oleh perbandingan harga beli yang bersaing antara kedua properti tersebut. Harga apartemen di wilayah kota penyangga seperti Depok dan Bekasi rata-rata masih tinggi dibanding harga rumah tapak di wilayah tersebut yang sebenarnya masih memiliki lahan cukup untuk rumah tapak.

"Konsumen akan memilih apartemen apabila harganya diperkirakan sepertiga dari harga membeli rumah tapak," jelasnya.

Berdasarkan catatan dari Panangian School, kebutuhan jenis properti yang terintegrasi dengan pusat transportasi umum atau transit oriented development (TOD) menjadi salah satu alternatif bagi masyarakat perkotaan. Harga apartemen yang ditawarkan para pengembang di kawasan penyangga berkisar antara Rp500 jutaan untuk tipe studio terkecil. Padahal, harga jual rumah tapak di sekitar kawasan tersebut ditawarkan mulai dari Rp300 jutaan.

"Semakin mahal apartemen yang ditawarkan pengembang di kota penyangga, maka tujuan untuk mengurangi backlog (kekurangan pasokan) semakin menjauh," tutur Panangian.

Panangian menambahkan, hal ini berbeda dengan dua atau tiga tahun yang lalu saat harga apartemen di TOD masih ditawarkan dengan harga Rp250 juta sampai Rp300 jutaan, dan saat itu pasar pun merespons dengan cukup baik.

"Berbeda dengan sekarang pasar pembeli end user tidak mampu lagi untuk menjangkau harga tersebut, dan tergantikan dengan pasar investor yang membeli apartemen tersebut untuk disewakan lagi," tambahnya.

Bila menilai keduanya dari segi fasilitas, rumah tapak tentu kalah jauh dari apartemen. Biasanya, hunian vertikal tersebut telah dilengkapi berbagai fasilitas seperti kolam renang, peralatan fitnes, dan taman. Sedangkan komplek perumahan yang tidak begitu mewah jarang memberikan fasilitas tersebut.

"Sulit sekali mengukur kenyamanan antara rumah tapak dan apartemen, karena tergantung dari tiap-tiap orang. Tetapi, karena ukurannya yang terbilang mungil, apartemen tentu tidak nyaman ditinggali bersama keluarga dengan anak lebih dari dua, walaupun apartemen tersebut memiliki dua atau tiga kamar," jelas arsitek Deni Indra.

Rumah tapak akan jauh lebih nyaman bagi keluarga besar. Luas bangunan yang lebih lebar memberikan banyak ruang bagi aktivitas keluarga. Rumah tapak memungkinkan Anda untuk menyalurkan hobi bercocok tanam.

Deni menegaskan, jika ada tamu ‎dalam jumlah tidak sedikit, rumah tapak tentu akan lebih nyaman. Tetapi bagi mereka yang belum menikah atau memang memutuskan hidup sendiri, apartemen tentu akan lebih nyaman.

Indikator lain yang harus dipertimbangkan sebelum memilih antara rumah tapak atau apartemen adalah biaya perawatan. Jika Anda memilih apartemen, biaya perawatan untu tipe dua kamar tidur setidaknya mencapai Rp1 juta per bulan, belum termasuk listrik. Sedangkan rumah tapak, rincian biaya perawatan tentu banyak, mulai dari sampah, keamanan, perawatan kebun, iuran RT/RW, dan lainnya.

"Meski terlihat banyak, namun jumlahnya tidak sebesar biaya perawatan di apartemen," kata Deni.

Ada pertimbangan utama yang biasanya membuat orang lebih memilih membeli rumah tapak dibandingkan apartemen,yakni masalah legalitas. Jika pada rumah tapak pembeli akan mendapatkan Sertifikat Hak Milik (SHM) dengan tanpa batas dapat dimiliki turun temurun. Sedangkan apartemen hanya memiliki Hak Guna Bangunan (HGB), karena tanah tempat apartemen didirikan biasanya dimiliki pengembang atau pihak ketiga.

"Kepemilikan HGB ini terbatas, biasanya hanya 20 tahun maskipun setelah 20 tahun bisa diperpanjang lagi," tegasnya.

Namun, jika pembelian rumah atau apartemen tersebut dimaksud untuk investasi, apartemen hanya cocok untuk invetasi jangka pendek. Deni menambahkan, apartemen bisa dengan mudah disewakan karena lokasinya yang tidak jauh dari kota harga sewanya juga cenderung tinggi.

Sedangkan untuk investasi jangka panjang, rumah tapak jauh lebih baik. Dalam sepuluh tahun, harga rumah bisa naik dalam dua hingga tiga kali lipat, pemilik rumah juga tidak perlu risau dengan persoalan perpanjangan HGB (Aprilia S Andyna)
(wan)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0998 seconds (0.1#10.140)