IHSG Tembus Rekor, Investor Asing Borong Saham Rp2,5 Triliun

Senin, 11 Januari 2021 - 20:01 WIB
loading...
IHSG Tembus Rekor, Investor Asing Borong Saham Rp2,5 Triliun
Ilustrasi/Foto:SINDOnews
A A A
JAKARTA - Investor asing sepanjang hari kemarin mencatatkan net buy (beli bersih) sekitar Rp2,5 triliun, hal tersebut langsung mengerek Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 2% ke level 6.382,94.

IHSG pada perdagangan di pasar modal kemarin ditutup pada level tertinggi sejak 19 Juli 2019 atau periode sebelum pandemi virus korona (Covid-19). Meskipun sempat ramai kekhawatiran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa-Bali pada 11-25 Januari 2020, namun indeks berhasil menguat 2% atau naik 125 poin ke level 6.382,94.

(Baca Juga : Sesuai Masterplan, PGN Kebut Pembangunan Infrastruktur Gas Bumi Nasional )

Chief Economist TanamDuit Ferry Latuhihin meyakini kebijakan pemerintah tersebut dipercaya pelaku pasar tidak akan mengganggu. Bahkan diyakini akan memperkuat ekonomi. Misalnya yang terjadi di kuartal IV tahun lalu. “Buktinya Purchasing Manager Index (PMI) kita di Desember naik ke 51,3 dari 50,6 di November 2020,” kata Ferry saat dihubungi di Jakarta, kemarin.

Dia juga menilai ada faktor eksternal yang juga ikut membantu menggerakan indeks. Misalnya dari ekonomi global, ekonomi China yang diperkirakan IMF akan tumbuh 7.9% tahun ini. Sementara Presiden AS terpilih, Joe Biden akan tetap gencar melakukan stimulus fiskal tahun ini. Sedangkan ekonomi Indonesia sendiri diperkirakan IMF akan tumbuh 6% tahun ini. “Tapi saya khawatir ini overshooting dan harus tetap diwaspadai. Namun saya selalu dalam melakukan buy and hold selama mungkin dan mengikuti business cycle,” katanya.



Untuk diketahui, data dari divisi riset lembaga juga pemeringkat PT Pefindo menyebutkan angka Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur Indonesia pada bulan Desember 2020 naik 0,7 poin ke 51,3 dari bulan sebelumnya. Kenaikan tersebut tanda manufaktur Indonesia mulai bangkit di tengah pandemi Covid-19. Tiga sektor yang diproyeksikan terakselerasi pada tahun 2021, yaitu makanan, minuman, pulp & paper.

Defisit fiskal Indonesia pada tahun 2020 diperkirakan berada di angka 6,09% dari Produk Domestik Bruto (GDP) berdasarkan realisasi APBN sebelum diaudit. Penerimaan pajak melemah karena pendapatan perusahaan-perusahaan terpukul dampak langkah-langkah yang diberlakukan oleh pemerintah untuk membatasi pandemi. Ini menyebabkan pendapatan negara pada tahun 2020 berada lebih rendah 17% dibandingkan tahun sebelumnya.

Sementara itu, Head of Research Creative Trading System Argha Jonathan Karo Karo mengatakan, saat ini menjadi momentum bagi saham-saham farmasi menjelang vaksinasi Covid-19 yang dijadwalkan dimulai pada Rabu (13/1) mendatang.



“Kita lihat sendiri sektor farmasi seperti KAEF, INAF, IRRA auto reject atas. Jadi ini memang momentumnya saham farmasi. Cuma saham-saham ini tidak bisa mengikut asing karena memang asing tidak main di saham-saham ini,” ujarnya pada closing market IDX Channel.

Menurut dia, saham farmasi lebih banyak dikuasai pemain besar lokal sehingga momentum ini bisa dimanfaatkan. Meski begitu, dia mengingatkan agar investor jangan terlalu berharap mendapatkan dividen besar pada saham-saham tersebut. Dia menyarankan trading jangka pendek pada saham farmasi.

“Tentunya tidak ada hubungannya dengan vaksin karena vaksinnya akan dikasih gratis. Jangan harap dapat dividen besar dari KAEF atau INAF karena secara perusahaan, perusahaan ini tidak menghasilkan banyak uang. Vaksinnya pun akan dikasih gratis. Cuma harga sahamnya menarik dinaik-turunkan,” jelasnya.

Lebih lanjut dia menjelaskan, penyebab melonjokknya indeks kemarin disebabkan aksi jual yang dilakukan oleh investor lokal yang ditampung oleh investor asing. Investor asing mencatatkan net buy atau beli besar sekitar Rp2,5 triliun.

“Ini suatu hal yang positif. Asing sendiri hari ini (kemarin) masuknya Rp2,5 triliun. Jadi sangat biasa kalau IHSG mencatat rekor tertingginya kembali di masa pandemi ini karena asing masuk. Hal ini juga pasti sejalan dengan program sekarang di mana semua orang menyarankan untuk menukarkan uangnya ditukarkan ke saham. Jadi ada banyak dana segar yang masuk ke bursa saham,” ujarnya.



Menurut Argha, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa dan Bali mulai 11 Januari hingga 25 Januari 2021 tidak berpengaruh terhadap IHSG.

“Jadi ini gabungan sentimen yang membuat IHSG memecahkan rekor tertingginya dibandingkan 2020 lalu. Tentu kita sambut positif di bursa saham,” ungkapnya.

Adapun sektor pendorong pada IHSG hari ini berasal dari sektor keuangan naik 3,86%, sektor perdagangan naik 2,38%, sektor barang-barang konsumsi naik 2,23%.

Argha menambahkan, pertumbuhan IHSG telah mencetak level tertinggi sejak 2020, bahkan indeks kembali ke level sebelum masa pandemi Covid-19 yaitu pada tahun 2019 silam. Penjualan saham kepada asing diprediksi akan meningkatkan kinerja IHSG.

“Pada dasarnya kalau asing masuk Rp2,5 triliun, di bulan apapun IHSG akan naik seperti sekarang. Jadi menurut saya tidak usah digabungkan dengan fenomena January Effect," tandasnya. (oktiani endarwati/hafid fuad)
(her)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3271 seconds (0.1#10.140)