Sektor Hulu Migas Siap Tancap Gas Menuju 1 Juta Barel
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sumber daya alam minyak dan gas bumi (migas) masih memainkan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas ( SKK Migas ) berkomitmen agar kontribusi hulu migas terhadap perekonomian nasional tetap terjaga. Caranya, dengan meningkatkan produksi mencapai target jangka panjang, yakni pencapaian produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) atau setara 3,2 juta barel setara minyak per hari (BOEPD) pada 2030.
Rencana jangka panjang SKK Migas 2030 itu sejalan dengan rencana umum energi nasional (RUEN). Dalam RUEN disebutkan, pada 2050 kebutuhan minyak akan meningkat menjadi 3,97 juta BOPD, sedangkan untuk gas 26 BSCFD. Ini menegaskan bahwa peningkatan produksi minyak dan gas adalah suatu keharusan agar dapat menopang kebutuhan energi dan bahan baku industri secara berkelanjutan.
"Jika target 2030 tercapai, sektor hulu migas akan mencatat rekor produksi migas terbesar sepanjang sejarah Indonesia," kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto , di Jakarta, belum lama ini.
(Baca juga: Toreh Capaian Positif di 2020, SKK Migas Optimis Hadapi 2021 )
Secara historis puncak sebelumnya terjadi pada 1998, dengan tingkat produksi sebesar 2,9 juta BOEPD. Ini akan menjadi tahapan penting untuk memenuhi kebutuhan migas di tahun 2050.
Dwi mengatakan, 2020 merupakan tahun yang sulit bagi seluruh pelaku usaha, khusus di hulu migas karena terdampak pandemi Covid-19 dan dibayangi oleh rendahnya harga minyak dunia. Karena itu, pada tahun ini SKK Migas bersama seluruh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (Kontraktor KKS) yang didukung kementerian dan lembaga pemerintah lainnya mulai tancap gas mewujudkan visi jangka panjang produksi 1 juta BOPD dan 12 BSCFD pada tahun 2030, dengan melakukan pengeboran agresif.
Deputi Perencanaan SKK Migas Jaffee Suardin mengatakan, pengeboran menjadi kunci penambahan produksi dan cadangan migas di Indonesia. Ke depan, jumlah sumur yang dibor akan didorong untuk terus ditingkatkan sebesar 20-30% per tahun. Harapannya pada 2025 sampai 2030 jumlah sumur yang dibor sekitar 1.000 - 1.100 sumur per tahun.
Jaffee optimistis karena potensi peningkatan produksi masih banyak. Dari 128 cekungan, baru 20 cekungan yang diproduksi dan 68 cekungan yang belum dieksplorasi. Para investor juga sudah menyatakan minatnya untuk meningkatkan investasi di Indonesia jika mendapatkan insentif dan stimulus yang tepat.
(Baca juga: Realisasi Lifting Migas di 2020 Capai 1.682 Mboepd )
Dia mengatakan, realisasi pengeboran sumur pengembangan tahun 2020 sebanyak 268 sumur. Tahun 2021 ini, SKK Migas mendorong agar pengeboran meningkat lebih dari dua kali lipat dari pengeboran tahun 2020, dengan menargetkan kegiatan pengeboran sebanyak 616 sumur pengembangan.
“Untuk kegiatan workover ditargetkan sebanyak 615 sumur dan well service juga meningkat menjadi 26.431 sumur,” kata Jaffee. Lifting minyak tahun 2021 ditargetkan sebesar 705.000 BOPD dan gas sebesar 5,6 BSCFD.
Untuk mencapai target produksi tersebut, Indonesia membutuhkan investasi sebesar USD250 miliar (sekitar Rp3.528 triliun) atau sekitar USD 25 miliar (Rp352 triliun) per tahun.
(Baca juga: Lima Jurus Fiskal agar Investasi Migas Kian Luber )
“Investasi ini mutlak dibutuhkan industri hulu migas untuk melakukan kegiatan eksplorasi, pengembangan, maupun produksi. Oleh karena itu, pada saat yang sama kami juga membutuhkan kepastian berusaha bagi investor,” katanya.
SKK Migas telah menyiapkan empat strategi untuk mengejar target produksi tersebut. Pertama, mempertahankan produksi-produksi yang sudah ada. Kemudian percepatan sumber daya menjadi produksi, penerapan enhanced oil recovery (EOR), dan melakukan kegiatan eksplorasi yang masif.
Rencana jangka panjang SKK Migas 2030 itu sejalan dengan rencana umum energi nasional (RUEN). Dalam RUEN disebutkan, pada 2050 kebutuhan minyak akan meningkat menjadi 3,97 juta BOPD, sedangkan untuk gas 26 BSCFD. Ini menegaskan bahwa peningkatan produksi minyak dan gas adalah suatu keharusan agar dapat menopang kebutuhan energi dan bahan baku industri secara berkelanjutan.
"Jika target 2030 tercapai, sektor hulu migas akan mencatat rekor produksi migas terbesar sepanjang sejarah Indonesia," kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto , di Jakarta, belum lama ini.
(Baca juga: Toreh Capaian Positif di 2020, SKK Migas Optimis Hadapi 2021 )
Secara historis puncak sebelumnya terjadi pada 1998, dengan tingkat produksi sebesar 2,9 juta BOEPD. Ini akan menjadi tahapan penting untuk memenuhi kebutuhan migas di tahun 2050.
Dwi mengatakan, 2020 merupakan tahun yang sulit bagi seluruh pelaku usaha, khusus di hulu migas karena terdampak pandemi Covid-19 dan dibayangi oleh rendahnya harga minyak dunia. Karena itu, pada tahun ini SKK Migas bersama seluruh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (Kontraktor KKS) yang didukung kementerian dan lembaga pemerintah lainnya mulai tancap gas mewujudkan visi jangka panjang produksi 1 juta BOPD dan 12 BSCFD pada tahun 2030, dengan melakukan pengeboran agresif.
Deputi Perencanaan SKK Migas Jaffee Suardin mengatakan, pengeboran menjadi kunci penambahan produksi dan cadangan migas di Indonesia. Ke depan, jumlah sumur yang dibor akan didorong untuk terus ditingkatkan sebesar 20-30% per tahun. Harapannya pada 2025 sampai 2030 jumlah sumur yang dibor sekitar 1.000 - 1.100 sumur per tahun.
Jaffee optimistis karena potensi peningkatan produksi masih banyak. Dari 128 cekungan, baru 20 cekungan yang diproduksi dan 68 cekungan yang belum dieksplorasi. Para investor juga sudah menyatakan minatnya untuk meningkatkan investasi di Indonesia jika mendapatkan insentif dan stimulus yang tepat.
(Baca juga: Realisasi Lifting Migas di 2020 Capai 1.682 Mboepd )
Dia mengatakan, realisasi pengeboran sumur pengembangan tahun 2020 sebanyak 268 sumur. Tahun 2021 ini, SKK Migas mendorong agar pengeboran meningkat lebih dari dua kali lipat dari pengeboran tahun 2020, dengan menargetkan kegiatan pengeboran sebanyak 616 sumur pengembangan.
“Untuk kegiatan workover ditargetkan sebanyak 615 sumur dan well service juga meningkat menjadi 26.431 sumur,” kata Jaffee. Lifting minyak tahun 2021 ditargetkan sebesar 705.000 BOPD dan gas sebesar 5,6 BSCFD.
Untuk mencapai target produksi tersebut, Indonesia membutuhkan investasi sebesar USD250 miliar (sekitar Rp3.528 triliun) atau sekitar USD 25 miliar (Rp352 triliun) per tahun.
(Baca juga: Lima Jurus Fiskal agar Investasi Migas Kian Luber )
“Investasi ini mutlak dibutuhkan industri hulu migas untuk melakukan kegiatan eksplorasi, pengembangan, maupun produksi. Oleh karena itu, pada saat yang sama kami juga membutuhkan kepastian berusaha bagi investor,” katanya.
SKK Migas telah menyiapkan empat strategi untuk mengejar target produksi tersebut. Pertama, mempertahankan produksi-produksi yang sudah ada. Kemudian percepatan sumber daya menjadi produksi, penerapan enhanced oil recovery (EOR), dan melakukan kegiatan eksplorasi yang masif.
(ynt)