Niat Beli Saham Pakai Utang? Simak Dulu Risikonya...

Senin, 18 Januari 2021 - 19:37 WIB
loading...
Niat Beli Saham Pakai...
Berinvestasi saham memiliki risiko tersendiri, dan risiko tersebut makin besar jika modal investasi itu berasal dari utang. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Fenomena masyarakat membeli saham dengan utang yang terjadi belakangan ini mulai ramai dibahas. Pasalnya, kini banyak muncul di media sosial (medsos) keluhan orang-orang yang kebingungan karena main saham menggunakan dana hasil berutang, atau bahkan dana milik orang lain.

Pada umumnya, alasan seseorang berani menggunakan utang untuk membeli saham adalah harapan harga saham yang dibeli akan naik, sehingga pinjaman dan bunganya bisa tertutup, bahkan masih memperoleh keuntungan capital gain yang lumayan. Namun, kenyataannya tak selalu happy ending seperti itu, bahkan sebaliknya.



Untuk menjawab pertanyaan seputar boleh atau tidaknya seorang investor pemula berutang demi membeli saham, berikut paparan Aulia Akbar CFP dari Lifepal.co.id.

"Peganglah prinsip high risk high return sebagai investor saham. Kenalilah dua jenis risiko yaitu sistematis dan non-sistematis yang berpotensi Anda alami," jelasnya melalui keterangan tertulis, Senin (18/1/2021).

Risiko sistematis, jelas dia, merupakan risiko yang tidak bisa dihindarkan dengan cara apapun, bahkan dengan diversifikasi saham atau aset. Beberapa risiko yang tergolong sebagai risiko sistematis adalah, risiko pasar, tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar mata uang, dan risiko politik suatu negara.

Sementara, risiko non-sistematis adalah risiko yang masih bisa dimitigasi dengan diversifikasi. Beberapa risiko yang tergolong dalam kategori ini adalah, risiko bisnis, bencana alam, dan lainnya.

"Ketika Anda menambah modal investasi lewat utang, maka risiko dari investasi ini juga makin besar. Ingatlah bahwa nilai kekayaan bersih didapat dari hasil pengurangan total aset dan liabilitas (utang). Sederhananya, utang akan menambah pos liabilitas dalam neraca keuangan Anda. Semakin banyak utang, semakin berkurang pula nilai kekayaan bersih Anda," tegasnya.

Ketika investor berhasil menjual saham dengan keuntungan yang berlipat ganda dan melebihi beban bunga dari utang tertunggak, maka dia sukses mengakumulasi kekayaan. Keuntungan dari saham yang dijual akan menambah aset lancar sang investor.

Namun, jika terjadi hal sebaliknya yang terjadi, maka berhati-hatilah. "Saat nilai kekayaan bersih Anda minus, maka hal itu menunjukkan bahwa Anda tidak memiliki aset yang cukup untuk membayar utang," tandasnya.

Padahal, menurut Akbar, investasi saham sejatinya bisa dimulai dengan dana yang minim. Metode cost averaging atau pembelian secara berkala bisa sangat membantu para investor yang memiliki modal minim.

"Anggap saja, Anda membeli saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebanyak 1 lot di harga Rp33 ribu per saham, lalu di bulan selanjutnya Anda kembali melakukan pembelian dalam jumlah lot yang sama namun harganya sudah naik jadi Rp34 ribu per saham. Anda pun akan mendapat rata-rata dari pembelian yang dilakukan setiap bulan," jelasnya.

Dengan metode dollar cost averaging, tegas dia, investor bisa melakukan pembelian saham sesuai dengan kondisi keuangan. Investor pun tidak perlu berutang untuk membeli saham.

Akbar pun mengingatkan tujuan dalam membeli saham, apakah untuk berinvestasi jangka panjang atau hanya sebatas trading untuk menambah tambahan kas masuk?

Risiko dari trading, jelas dia, tentunya lebih besar ketimbang investasi. Karena, volatilitas harga saham bergantung pada transaksi investor di pasar modal. Rekomendasi saham yang diberikan pihak sekuritas juga tidak bisa menjamin naik atau turunnya harga sebuah saham.



"Bayangkan saja, seorang menggunakan utang untuk modal trading dan harus melakukan cut loss (jual rugi) saham yang dibeli guna meminimalisir kerugian. Maka selain ada penyusutan dalam nilai aset, dia juga memiliki beban untuk membayar utang," katanya.

Terkait margin trading atau fasilitas yang disediakan untuk nasabah atau investor yang ingin membeli saham dalam jumlah yang lebih besar dari yang seharusnya bisa mereka dapat, Akbar juga menyarankan investor untuk berhati-hati, khususnya para investor pemula.

"Meski berutang bisa memudahkan Anda untuk menambah modal investasi atau trading, namun hal itu memunculkan risiko yang besar juga. Maka alangkah baiknya bagi pemula untuk tidak melakukan hal ini," katanya.

Mencari keuntungan dalam jangka pendek lewat investasi saham memang bisa dilakukan, namun risikonya juga cukup tinggi. Bagi mereka yang memiliki modal pas-pasan, tegas dia, alangkah lebih baik untuk berinvestasi dengan metode cost averaging dalam jangka panjang.

"Tapi jika tujuannya adalah untuk jangka pendek atau hanya sebatas untuk menambah penghasilan bulanan, sebaiknya carilah sumber pendapatan lain lewat kerja freelance atau berinvestasilah di instrumen rendah risiko atau yang bisa memberikan pendapatan tetap," sarannya.
(fai)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1291 seconds (0.1#10.140)