China-Australia Masih Tegang, Permintaan Batu Bara Diprediksi Naik Tahun Ini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Institute for Essential Services Reform (IESR) memprediksi permintaan batu bara di tahun 2021 akan kembali meningkat. Namun, kenaikan permintaan diperkirakan tidak signifikan.
Periset Data dan Informasi Energi IESR Deon Arinaldo mengatakan, peningkatan tersebut karena salah satu faktor yakni kebijakan China yang melakukan restriksi impor dari Australia sehingga sebagian impornya dialihkan ke Indonesia.
"Di 2021, untuk batu bara sendiri kami melihat permintaan batu bara akan naik kembali walaupun tidak signifikan," ujarnya dalam Indonesia Energy Transition Outlook (IETO) 2021, Selasa (26/1/2021).
Dia menuturkan, pada laporan IETO 2021, IESR mendesak pemerintah untuk melakukan peninjauan kembali kebijakan untuk membangun PLTU batu bara serta hilirisasi dengan mempertimbangkan risiko investasi, potensi subsidi, dan lock-in infrastruktur dan emisi karbon. Selain itu, perlu ada keseimbangan antara target produksi dan permintaan batu bara baik domestik dan ekspor.
"Secara global kami masih melihat tren penurunan investasi di PLTU batu bara, sehingga permintaan batu bara secara garis besar untuk ke depannya akan tetap turun. Oleh karena itu, kami menyarankan untuk agar Indonesia mengontrol produksi batu bara sendiri agar harga batu bara tidak tertekan lebih lanjut," jelasnya.
Di sisi lain, Indonesia perlu bersiap keluar dari perekonomian batu bara. Bagi provinsi atau daerah penghasil batu bara agar mengembangkan sektor ekonomi alternatif secepatnya.
"Indonesia sebagai pengekspor batu bara terbesar juga perlu bersiap keluar dari perekonomian batu bara. Pemerintah daerah yang sebagian besar sumber ekonominya dari batu bara perlu segera memikirkan sektor ekonomi alternatif ke depannya," tandasnya.
Periset Data dan Informasi Energi IESR Deon Arinaldo mengatakan, peningkatan tersebut karena salah satu faktor yakni kebijakan China yang melakukan restriksi impor dari Australia sehingga sebagian impornya dialihkan ke Indonesia.
"Di 2021, untuk batu bara sendiri kami melihat permintaan batu bara akan naik kembali walaupun tidak signifikan," ujarnya dalam Indonesia Energy Transition Outlook (IETO) 2021, Selasa (26/1/2021).
Dia menuturkan, pada laporan IETO 2021, IESR mendesak pemerintah untuk melakukan peninjauan kembali kebijakan untuk membangun PLTU batu bara serta hilirisasi dengan mempertimbangkan risiko investasi, potensi subsidi, dan lock-in infrastruktur dan emisi karbon. Selain itu, perlu ada keseimbangan antara target produksi dan permintaan batu bara baik domestik dan ekspor.
"Secara global kami masih melihat tren penurunan investasi di PLTU batu bara, sehingga permintaan batu bara secara garis besar untuk ke depannya akan tetap turun. Oleh karena itu, kami menyarankan untuk agar Indonesia mengontrol produksi batu bara sendiri agar harga batu bara tidak tertekan lebih lanjut," jelasnya.
Di sisi lain, Indonesia perlu bersiap keluar dari perekonomian batu bara. Bagi provinsi atau daerah penghasil batu bara agar mengembangkan sektor ekonomi alternatif secepatnya.
"Indonesia sebagai pengekspor batu bara terbesar juga perlu bersiap keluar dari perekonomian batu bara. Pemerintah daerah yang sebagian besar sumber ekonominya dari batu bara perlu segera memikirkan sektor ekonomi alternatif ke depannya," tandasnya.
(fai)