Mengandalkan Bansos, Membangkitkan Perekonomian

Kamis, 28 Januari 2021 - 05:54 WIB
loading...
A A A
"Artinya pemerintah sudah melihat bahwa pemulihan ekonomi di 2021 ini memerlukan support yang sama dengan 2020 karena dilihat pandemi COVID sampai menyelesaikan vaksinasi selama 1 tahun, maka sebelum mencapai herd immunity maka beberapa sektor terus harus didukung,’’ ujar Airlangga.

Pada momen tersebut dia memaparkan sejumlah program yang menjadi andalan. Antara lain 7 program bansos dengan anggaran sebesar Rp 150,96 triliun; bantuan untuk di sektor kesehatan sebesar Rp 104,70 triliun;, bantuan program prioritas juga akan dilanjutkan di 2021 dengan anggaran Rp 141,36 triliun dari yang tahun sebelumnya hanya Rp 66,59 triliun. Bantuan itu untuk dukungan pariwisata, ketahanan pangan atau

Program prioritas dimaksud meliputi food estate, pengembangan ICT, pinjaman ke daerah dan subsidi pinjaman daerah pada kegiatan berbasis padat karya, hingga untuk pengembangan kawasan industri di Jawa Utara.Juga untuk dukungan UMKM yang jumlah anggarannya menjadi Rp 173,17 triliun, lebih banyak dari tahun sebelumnya sebesar Rp 156,06 triliun.

Sebagai informasi, saat ini ekonomi Tanah Air sudah memberikan indikator perbaikan. Hal ini terlihat dari sejumlah indikator tersebut tercermin dalam Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur pada Desember 2020 lalu yang masuk ke zona ekspansi. Selain itu, ada Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) serta harga-harga komoditas juga berangsur membaik, dan mulai naik didorong oleh adanya perbaikan permintaan (demand).

Jepang Paling Responsif

Pandemi virus korona (Covid-19) juga menyebabkan banyak negara lain melakukan aksi belanja untuk darurat dan penyelamatan untuk memperlambat dan menghambat kontraksi ekonomi terburuk sejak 1930-an. Berdasarkan analisis Dana Moneter Internasional (IMF) , sejak 7 April lalu, negara di berbagai dunia sudah menyepakati dana darurat sebesar USD4,5 triliun.

Siapa yang paling agresif? “Respons yang paling agresif adalah Jepang dengan memberikan paket bantuan dan antisipasi Covid-19 sebesar 20% dari ekonomi negara tersebut atau Pendapatan Domestik Bruto (PDB),” ungkap pakar ekonomi Universitas Columbia, Ceyhun Elgin.

Langkah sama juga dilakukan Amerika Serikat (AS) yang mengalokasikan anggaran 14% dari PDB, Australia pada kisaran 11%, Kanada hanya 8,4%, Inggris mengalokasikan 5%, Kolumbia sekitar 1,5% dan Gambia sekitar 0,6% dari PDB. Di negara Eropa, dana darurat Covid-19 digunakan untuk menjamin pinjaman baru bagi pengusaha yang terdampak lockdown sehingga mencegah perusahaan mengalami kebangkrutan. Di AS juga melakukan hal yang sama.

Respons dan strategi yang ditempuh setiap negara berbeda-beda. AS dan Jepang memiliki pengelolaan pembiayaan baik karena investor tertarik membeli obligasi yang dikeluarkan pemerintah. “Semua negara memiliki paket berbeda, mereka mungkin memiliki dampak yang beragam dan menciptakna hasil yang beragam,” ungkapnya.

Selain perusahaan, bantuan langsung tunai juga diberikan kepada warga miskin dan orang yang bekerja di sektor informal. Warga yang terdampak lockdown juga akan mendapatkan bantuan. Misalnya, Kanada memberikan bantuan USD1.400 per bulan bagi warga yang kehilangan pekerjaan karena pandemi selama empat bulan. Adapun Kosta Rika memberikan bantuan USD220 per bulan bagi warga yang kehilangan pekerjaan, sedangkan Singapura memberikan bantuan tunai senilai USD422, dan Jepang memberikan USD931
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1386 seconds (0.1#10.140)