Harga Minyak Mentah Dunia Tergelincir di Tengah Peningkatan Kasus Covid-19

Kamis, 28 Januari 2021 - 11:38 WIB
loading...
Harga Minyak Mentah Dunia Tergelincir di Tengah Peningkatan Kasus Covid-19
Harga minyak mentah dunia tergelincir pada awal perdagangan hari Kamis, di tengah kekhawatiran bahwa permintaan bahan bakar bisa melemah. Foto/Ilustrasi
A A A
MELBOURNE - Harga minyak mentah dunia tergelincir pada awal perdagangan hari Kamis, di tengah kekhawatiran bahwa permintaan bahan bakar bisa melemah. Hal ini setelah Inggris melarang perjalanan dari dan ke China.

Ditambah China sebagai konsumen minyak terbesar di dunia, juga berusaha membatasi ritual mudik pada Tahun Baru Imlek untuk membendung lonjakan kasus COVID-19. Seperti dilansir Reuters, Kamis (28/1/2021) terlihat tekanan terhadap harga minyak mentah.



Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 12 sen atau 0,1% menjadi USD52,72 per barel, menghapus sebagian keuntungan pada sesi kemarin. Sedangkan harga minyak berjangka Brent menyusut 16 sen atau 0,3% menjadi USD55,65 per barel usai anjlok 10 sen.

Pasar telah mendapatkan dukungan pada awal pekan ini, usai secara mengejutkan terjadi penurunan besar dalam persediaan minyak mentah AS untuk periode seminggu hingga 22 Januari. Persediaan minyak turun 9,9 juta barel, yang terbanyak sejak Juli atau ke posisi terendah sejak Maret, ucap Administrasi Informasi Energi.

Persediaan bahan bakar naik dan stok hasil penyulingan menurun di tengah kilang yang melambat. Tetapi saat ini perhatian teralihkan kepada kekhawatiran atas meningkatnya infeksi COVID-19 dengan mutasi baru.



Inggris dalam situasi lockdown sejak 4 Januari, dimana mereka mengharuskan orang-orang yang tiba dari negara-negara berisiko tinggi COVID-19 untuk karantina selama 10 hari. Ditambah melarang perjalanan keluar kota, kecuali dengan alasan yang luar biasa.

Lebih memprihatinkan adalah China yang tengah menghadapi kenaikan kasus baru Covid-19, menjelang musim mudik terbesar tahun ini jelang Imlek. Kementerian Transportasi Tiongkok telah memperkirakan jumlah perjalanan akan naik 15% dari tahun lalu, ketika virus itu berkecamuk, tetapi turun 40% dari 2019.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1053 seconds (0.1#10.140)