Raksasa Bank Syariah RI Tahan Banting, Cek Faktanya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Utama Bank Syariah Indonesia Hery Gunardi optimistis BSI akan nerkembang pesat dengan salah satu keunggulannya tahan banting karena memiliki daya fleksibel dalam melakukan adjustment. Di samping itu, raksasa bank syariah dalam operasionalnya diuntungkan karena menggunakan model bagi hasil dan nisbah sehingga bisa menyesuaikan baik saat kondisi ekonomi sedang baik ataupun sedang turun.
"Di tengah kondisi seperti pandemi Covid-19 sekarang justru ekonomi syariah hadir, memberikan sistem ekonomi yang lebih stabil dan resilience. Bank syariah tidak terdampak kondisi pandemi," ujar Hery dalam siaran live Wajah Baru Bank Syariah di Inews TV, di Jakarta, Kamis (4/2/2021).
Baca Juga: "The Indonesia Economic Club" Live di iNews Malam Ini Pukul 20.30: Wajah Baru Bank Syariah
Dia menjelaskan keuangan syariah terbukti lebih lebih kuat dibandingkan dengan keuangan konvensional. Salah satu sebabnya adalah keuangan syariah terbebas dari negative spread. "Dalam bank Syariah tidak ada negatif spread," ujarnya.
Menurut dia kondisi tersebut menunjukkan sumber pendapatan lembaga keuangan berasal dari pendapatan yang diperoleh dari nasabah peminjamnya (debitur). Pada sistem konvensional sumber pendapatan berasal dari bunga atau jasa. Sedangkan pada lembaga keuangan yang menggunakan sistem syariah pendapatan tersebut bisa berbentuk bagi hasil ataupun margin (bagi akad jual beli).
Sementara Daya Otoritas Jasa Keuangan menunjukkan bukti dari sisi aset, perbankan syariah mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 21,48% di tahun 2020. Hingga akhir tahun 2020, aset keuangan syariah telah mencapai Rp 1.770,32 triliun. Dari segi pembiayaan, bank syariah nasional masih tumbuh 8,08% secara tahunan (year on year/yoy). Sedangkan bank umum masih terkontraksi -2,41 persen.
"Di tengah kondisi seperti pandemi Covid-19 sekarang justru ekonomi syariah hadir, memberikan sistem ekonomi yang lebih stabil dan resilience. Bank syariah tidak terdampak kondisi pandemi," ujar Hery dalam siaran live Wajah Baru Bank Syariah di Inews TV, di Jakarta, Kamis (4/2/2021).
Baca Juga: "The Indonesia Economic Club" Live di iNews Malam Ini Pukul 20.30: Wajah Baru Bank Syariah
Dia menjelaskan keuangan syariah terbukti lebih lebih kuat dibandingkan dengan keuangan konvensional. Salah satu sebabnya adalah keuangan syariah terbebas dari negative spread. "Dalam bank Syariah tidak ada negatif spread," ujarnya.
Menurut dia kondisi tersebut menunjukkan sumber pendapatan lembaga keuangan berasal dari pendapatan yang diperoleh dari nasabah peminjamnya (debitur). Pada sistem konvensional sumber pendapatan berasal dari bunga atau jasa. Sedangkan pada lembaga keuangan yang menggunakan sistem syariah pendapatan tersebut bisa berbentuk bagi hasil ataupun margin (bagi akad jual beli).
Sementara Daya Otoritas Jasa Keuangan menunjukkan bukti dari sisi aset, perbankan syariah mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 21,48% di tahun 2020. Hingga akhir tahun 2020, aset keuangan syariah telah mencapai Rp 1.770,32 triliun. Dari segi pembiayaan, bank syariah nasional masih tumbuh 8,08% secara tahunan (year on year/yoy). Sedangkan bank umum masih terkontraksi -2,41 persen.
(nng)