Dahlan Iskan Sentil Utang BUMN di Tengah Rencana Rombongan Pelat Merah IPO
loading...
A
A
A
JAKARTA - Rencana aksi korporasi Menteri BUMN Erick Thohir dengan mencatatkan saham perseroan negara di pasar modal Tanah Air dinilai tepat. Namun, langkah transformasi itu menurut Dahlan Iskan harus dibarengi dengan penyelesaian utang BUMN .
Mantan Menteri BUMN itu menilai, Initial Public Offering (IPO) menjadi alternatif pendanaan badan usaha penting untuk di dorong Kementerian BUMN. Dia mengingatkan saat resmi menjadi perseroan terbuka (Tbk), manajemen diharuskan menyelesaikan utang yang masih membebani.
Dana segar yang bersumber dari investor itu, kata dia, belum seimbang dengan beban utang yang ditanggung perseroan pelat merah saat ini.
"Tentu ini penting menekan utang. Tapi yang terpenting dia (BUMN) bisa berada di ranah publik sehingga bisa melakukan aksi korporasi dengan lebih profesional termasuk selesaikan utang-utang karena pendapatan dana dari publik belum seimbang dengan beban utang," ujar Dahlan di Jakarta, Jumat (5/2/2021).
Meski begitu, Dahlan tak mengelak penawaran perdana saham BUMN di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan memperluas struktur pendanaan. Artinya, posisi perusahaan jauh lebih baik, dibandingkan masih berstatus Perseroan Tertutup (PT).
Lelaki kelahiran Magetan, Jawa Timur, itu pun meyakini kemampuan Erick Thohir untuk membawa BUMN melantai ke pasar modal. Bahkan, dia menyarankan lebih banyak lagi BUMN yang harus di-IPO-kan.
"Kalau saya positif sekali melihat langkah Pak Menteri Erick untuk sebanyak mungkin membawa perusahaan BUMN ke lantai bursa. Bukan hanya menyelesaikan masalah keuangan tapi yang terpenting selesaikan urusan bagaimana BUMN lebih profesional, karena dengan di bursa itu lebih profesional," kata dia.
Erick mengatakan, sebagai salah satu bagian dari program Kementerian BUMN, pihaknya tengah mempersiapkan sejumlah BUMN termasuk anak-cucu perusahaannya untuk masuk ke pasar modal melalui skema IPO.
“Kita akan melistingkan lebih banyak BUMN lagi, anaknya atau cucunya. Di pipeline saya nggak mau bilang angka fix-nya nanti dicari-cari, tapi ada 8-12 yang kita akan go public,” kata Erick.
Dia menargetkan, sejumlah BUMN yang tengah ada dalam pipeline tersebut bisa melantai di bursa dalam kurun waktu 3 tahun ke depan atau hingga 2023 mendatang.
Lihat Juga: Sambut Nataru, BRI Pastikan Keandalan Super Apps BRImo dan Optimalkan Layanan 721 Ribu E-Channel
Mantan Menteri BUMN itu menilai, Initial Public Offering (IPO) menjadi alternatif pendanaan badan usaha penting untuk di dorong Kementerian BUMN. Dia mengingatkan saat resmi menjadi perseroan terbuka (Tbk), manajemen diharuskan menyelesaikan utang yang masih membebani.
Dana segar yang bersumber dari investor itu, kata dia, belum seimbang dengan beban utang yang ditanggung perseroan pelat merah saat ini.
"Tentu ini penting menekan utang. Tapi yang terpenting dia (BUMN) bisa berada di ranah publik sehingga bisa melakukan aksi korporasi dengan lebih profesional termasuk selesaikan utang-utang karena pendapatan dana dari publik belum seimbang dengan beban utang," ujar Dahlan di Jakarta, Jumat (5/2/2021).
Meski begitu, Dahlan tak mengelak penawaran perdana saham BUMN di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan memperluas struktur pendanaan. Artinya, posisi perusahaan jauh lebih baik, dibandingkan masih berstatus Perseroan Tertutup (PT).
Lelaki kelahiran Magetan, Jawa Timur, itu pun meyakini kemampuan Erick Thohir untuk membawa BUMN melantai ke pasar modal. Bahkan, dia menyarankan lebih banyak lagi BUMN yang harus di-IPO-kan.
"Kalau saya positif sekali melihat langkah Pak Menteri Erick untuk sebanyak mungkin membawa perusahaan BUMN ke lantai bursa. Bukan hanya menyelesaikan masalah keuangan tapi yang terpenting selesaikan urusan bagaimana BUMN lebih profesional, karena dengan di bursa itu lebih profesional," kata dia.
Erick mengatakan, sebagai salah satu bagian dari program Kementerian BUMN, pihaknya tengah mempersiapkan sejumlah BUMN termasuk anak-cucu perusahaannya untuk masuk ke pasar modal melalui skema IPO.
“Kita akan melistingkan lebih banyak BUMN lagi, anaknya atau cucunya. Di pipeline saya nggak mau bilang angka fix-nya nanti dicari-cari, tapi ada 8-12 yang kita akan go public,” kata Erick.
Dia menargetkan, sejumlah BUMN yang tengah ada dalam pipeline tersebut bisa melantai di bursa dalam kurun waktu 3 tahun ke depan atau hingga 2023 mendatang.
Lihat Juga: Sambut Nataru, BRI Pastikan Keandalan Super Apps BRImo dan Optimalkan Layanan 721 Ribu E-Channel
(akr)