Neraca Dagang Surplus, Terselamatkan Penurunan Impor

Selasa, 16 Februari 2021 - 06:57 WIB
loading...
Neraca Dagang Surplus, Terselamatkan Penurunan Impor
Foto/Ilustrasi/REUTERS
A A A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data neraca perdagangan yang kembali mengalami surplus selama sembilan bulan berturut-turut, hal ini menunjukkan pemulihan ekonomi telah sesuai dengan yang diharapkan pemerintah.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan neraca dagang Januari 2021 mengalami surplus sebesar USD1,96 miliar. Rinciannya nilai ekpor pada Januari 2021 mencapai USD15,30 miliar. Sedangkan impor capai USD13,34 miliar. Dengan demikian, surplus neraca perdagangan sudah terjadi selama sembilan bulan beruntun.



“Posisi ini jauh lebih bagus dibandingkan neraca dagang pada Januari 2020 yang memgalami defisit dan dibandingkan Januari pada tahun 2019,” ujar Suhariyanto dalam video virtual, kemarin.

Menurutnya, performa neraca dagang cukup bagus dikarenakan ekspor yang mengalami peningkatan. Adapun, dengan surplus ini menurutnya pemulihan ekonimi bisa sesuai harapan.

“Ekspor pertanian meningkat dan industri meningkat serta tambang dan performa ekspor kita jauh lebih bagus dibandingkan Januari 2020,” jelasnya.

Di berharap neraca dagang di bulan berikutnya masih akan bagus dalam mendukung pemulihan ekonomi. “Semoga kinerja neraca dagang masih tetap bagus,” harapnya.

Meskipun neraca dagang RI mengalami surplus, namun BPS mencatat nilai ekspor pada Januari 2021 yang mencapai USD15,30 miliar mengalami penurunan sebesar 7,48% dibandingkan Desember 2020. Menurut Suhariyanto penurunan ekspor ini dikarenakan sektor migas dan non migas merosot dibandingkan bulan Desember 2020. Rinciannya, sektor migas turun 13,24% hanya USD0,8 miliar sedangkan sektor non migas turun 7,11% capai USD14,42%.

Sebagai perbandingan, ekspor migas pada Desember 2020 tembus USD1,02 miliar sedangkan non migas capai USD15,52 miliar. “Ini disebabkan penurunan pada ekspor sektor migas dan non migas dan di awal Januari itu masuknya tahun baru jadi mulai bergeliat,” paparnya.

Untuk catatan, neraca dagang pada Januari 2020 naik 12,24% yaitu tembus USD13,68 miliar. “Kenaikan ini dikarenakan non migas dan migas, secara year on year ekspor mengalami peningkatan “ jelasnya.

Dia menambahkan ekspor Indonesia terbesar menuju negara Thailand. Kendati demikian ekspor Indonesia mengalami penurunan di Amerika Serikat dan China serta Taiwan.

“Kita tertinggi di Thailand namun di Tiongkok ekspor kita turun. Sedangkan total ekspor ke ASEAN mencapai USD3,05 miliar dan Uni Eropa tembus USD1,17 miliar,” tandasnya.



Sedangkan untuk nilai impor Januari 2021 yang mencapai USD13,34 miliar juga mengalami penurun 7,59 % dibandingkan Desember 2020. Suhariyanto mengatakan impor ini terjadi dikarenakan impor migas naik sedangkan non migasnya turun dibandingkan bulan Desember. Rinciannya, sektor migas naik 4,73% hanya USD1,55 miliar sedangkan sektor non migas turun 9% capai USD11,79%.

Sebagai perbandingan, ekspor migas pada Desember 2020 tembus USD1,48 miliar sedangkan non migas capai USD12,96 miliar. “Ini juga disebabkan kenaikan pada impor migas sedangakan impor non migas turun,” jelas dia.

Sedangkan perbandingan secara year on year (yoy) impor juga turun pada Januari 2020 6,49% yaitu tembus USD14,27 miliar. “Jadi impor Januari mengalami kontraksi secara year on year,” ujarnya.

Dia menambahkan impor Indonesia terbesar di Afrika Selatan. Kendati demikian impor Indonesia mengalami penurunan di Hongkong dan Ukraina. “Negara ASEAN kita impornya USD2,12 miliar sedangkan Uni Eropa itu USD0,75 miliar,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Kementerian Pertanian (Kementan), Kuntoro Boga Andri menjelaskan peningkatan secara spartan ekspor sektor pertanian dan berkontribusi besar terhadap perekonomian makro merupakan capaian yang diraih dari hasil kerja dan program yang bagus. Tidak hanya fokus pada produksi, Kementan di bawah komando Syahrul Yasin Limpo memacu hingga aspek hilir agar terjadi kenaikan ekspor pertanian,

“Kementan memiliki program jangka panjang Gerakan Tiga Kali Ekspor (Geratieks), sebagai upaya percepatan pertumbuhan ekonomi nasional. Program ini untuk mengakomodir semua kepentingan para pelaku pembangunan pertanian dari hulu sampai hilir. Program ini dirancang untuk menggerakan roda ekonomi nasional, mulai dari sisi produksi sampai proses pengolahan,” kata Kuntoro.



Selain itu, Kementan pun memiliki program yang tujuan utamanya menggairahkan komoditas ekspor dan peningkatan kesejahteraan petani yakni mensinergikan hulu dengan hilir salah satunya melalui pengembangan korporasi berbasis komoditi tanaman pangan, hortikultura dan komoditas strategis ekspor lainnya. Di sisi lain, peningkatan ekspor pun terpacu dengan tersedianya kemudahan pelayanan.

“Pencapaian peningkatan ekspor tentunya dari banyaknya perubahan dan adanya program terobosan yang implementatif dan inovatif sehingga membangun sektor pertanian yang maju, mandiri dan modern. Artinya penggunaan teknologi modern menjadi kunci dan adanya kemudahan serta sinergitas pemerintah dengan pelaku usaha, petani dan perintah terbangun dengan baik,” jelas Kuntoro.

Pengamat ekonomi dari Indef Bhima Yudhistira menilai kinerja ekspor Indonesia di bulan Januari sejatinya ini kembali melorot. Bahkan untuk pasar China. Karena terjadi penurunan ekspor tujuan China sebesar -8,1% dibanding bulan Desember 2020.

Sementara penetrasi ekspor untuk tujuan Amerika Serikat (AS) yang harusnya bisa dioptimalkan ternyata juga harus turun -10,3%. “Ini berarti upaya penetrasi ekspor memanfaatkan pemulihan ekonomi global belum maksimal,” kata Bhima saat dihubungi MNC Portal kemarin.

Dia mengatakan pencapaian surplus lebih tertolong penurunan tajam impor. Karena penurunan impor untuk barang konsumsi sebesar -17% dan impor barang modal -21,2% dibanding posisi Desember 2020. “Justru ini menunjukkan kontraksi permintaan domestik akibat adanya PPKM,” lanjutnya. (rina anggraeni/hafid fuad)
(her)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2120 seconds (0.1#10.140)