Rupiah Akhir Pekan Melemah Tajam Versus Dolar AS
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan akhir pekan ditutup melemah tajam. Mata Uang Garuda melemah 157 poin di level Rp14.240 dari penutupan sebelumnya di level Rp14.082 per USD.
Direktur TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi menuturkan, sinyal negatif dari data eksternal cukup menguatkan indeks dollar sehingga berakibat terhadap melemahnya mata uang rupiah.
"Obligasi pemerintah dan khususnya Treasury AS, telah menjadi titik fokus pasar secara global, setelah para pedagang secara agresif mengubah harga dalam pengetatan moneter sebelumnya daripada yang diisyaratkan oleh Federal Reserve dan rekan-rekannya," katanya dalam riset hariannya, Jumat (26/2/2021).
Ia mengatakan, imbal hasil obligasi telah naik tahun ini karena prospek stimulus fiskal besar-besaran di tengah kebijakan moneter yang sangat lunak, yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Selain itu, percepatan laju vaksinasi secara global juga telah mendukung apa yang kemudian dikenal sebagai perdagangan reflasi, mengacu pada taruhan pada peningkatan aktivitas ekonomi dan harga.
Sementara itu lembaga-lembaga keuangan internasional seperti Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia (WB) dan Organisasi Kerja Sama Pembangunan Ekonomi Dunia (OECD), telah memprediksi bahwa ekonomi Indonesia mampu tumbuh di kisaran 4 hingga 5% pada tahun ini.
Guna untuk mencapai target pertumbuhan tersebut, maka ada beberapa prinsip kebijakan yang harus dilakukan. Syaratnya terang dia, sebenarnya sangat sederhana yaitu energi bangsa harus bersatu, harus fokus untuk menangani krisis kesehatan dan mendongkrak pertumbuhan yang berkualitas.
Sedangkan kunci pemulihan ekonomi Indonesia adalah kemampuan bangsa dalam disiplin menerapkan protokol kesehatan 3M yakni memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan serta melaksanakan kebijakan 3T yakni test (pengujian), tracing (pelacakan) dan treatment (perawatan).
"Kedua prinsip kebijakan itu harus dioptimalkan guna menekan tingkat penularan Covid-19 agar pandemi segera berlalu. Kalau ini dilakukan secara bersama-sama maka Indonesia akan keluar dari covid-19 dan tentu prediksi lembaga internasional akan terbukti di kisaran 4-5 persen. Namun bisa saja meleset kalau masyarakat tidak mengikuti apa yang diinginkan oleh Pemerintah," jelas Ibrahim.
Direktur TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi menuturkan, sinyal negatif dari data eksternal cukup menguatkan indeks dollar sehingga berakibat terhadap melemahnya mata uang rupiah.
"Obligasi pemerintah dan khususnya Treasury AS, telah menjadi titik fokus pasar secara global, setelah para pedagang secara agresif mengubah harga dalam pengetatan moneter sebelumnya daripada yang diisyaratkan oleh Federal Reserve dan rekan-rekannya," katanya dalam riset hariannya, Jumat (26/2/2021).
Ia mengatakan, imbal hasil obligasi telah naik tahun ini karena prospek stimulus fiskal besar-besaran di tengah kebijakan moneter yang sangat lunak, yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Selain itu, percepatan laju vaksinasi secara global juga telah mendukung apa yang kemudian dikenal sebagai perdagangan reflasi, mengacu pada taruhan pada peningkatan aktivitas ekonomi dan harga.
Sementara itu lembaga-lembaga keuangan internasional seperti Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia (WB) dan Organisasi Kerja Sama Pembangunan Ekonomi Dunia (OECD), telah memprediksi bahwa ekonomi Indonesia mampu tumbuh di kisaran 4 hingga 5% pada tahun ini.
Guna untuk mencapai target pertumbuhan tersebut, maka ada beberapa prinsip kebijakan yang harus dilakukan. Syaratnya terang dia, sebenarnya sangat sederhana yaitu energi bangsa harus bersatu, harus fokus untuk menangani krisis kesehatan dan mendongkrak pertumbuhan yang berkualitas.
Sedangkan kunci pemulihan ekonomi Indonesia adalah kemampuan bangsa dalam disiplin menerapkan protokol kesehatan 3M yakni memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan serta melaksanakan kebijakan 3T yakni test (pengujian), tracing (pelacakan) dan treatment (perawatan).
"Kedua prinsip kebijakan itu harus dioptimalkan guna menekan tingkat penularan Covid-19 agar pandemi segera berlalu. Kalau ini dilakukan secara bersama-sama maka Indonesia akan keluar dari covid-19 dan tentu prediksi lembaga internasional akan terbukti di kisaran 4-5 persen. Namun bisa saja meleset kalau masyarakat tidak mengikuti apa yang diinginkan oleh Pemerintah," jelas Ibrahim.
(akr)