Insentif PPnBM agar Industri Otomotif Kembali Nendang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, tahun 2020 atau saat pandemi Covid-19 merupakan tahun terburuk untuk industri otomotif . Makanya, pemerintah mengeluarkan kebijakan stimulus pajak penjualan atas kendaraan mewah (PPnBM) nol persen.
Tujuannya, agar pemulihan ekonomi nasional bisa berjalan dengan cepat. Sebab, industri manufaktur mempunyai peran yang cukup signifikan bagi perekonomian yang memberikan kontribusi sebesar 19% terhadap PDB. ( Baca juga:PPnBM Berlaku Mulai Hari ini, Dealer Masih Sepi )
"Ini kondisi terburuk bagi industri otomotif setelah tahun 2008. Ini kondisi terburuk yang harus kita kejar," katanya dalam konferensi pers secara virtual, Senin (1/3/2021).
Ia menjelaskan bahwa industri otomotif sangat terpuruk saat terjadi pandemi Covid-19. Pada 2020 produksi industri otomotif turun hingga 46%. Sementara untuk penjualan juga turun mencapai 48%.
“Kebijakan ini untuk mendorong pemulihan ekonomi lewat industri bisa lebih cepat. Nendang kalo istilahnya,“ jelasnya.
Ia menuturkan bahwa pada September hingga Desember 2020 penjualan otomotif sudah mengalami rebound atau pertumbuhan. Namun, rebound tersebut ternyata belum stabil.
"Memang dalam datanya penjualan dari bulan September sampai dengan Desember itu relatif membaik ada rebound. Tapi di bulan Januari kembali menurun. Jadi belum stabil dari rebound penjualan otomotif. Rebound ini juga belum mengejar keterpurukannya," ujarnya.
Ia berharap, dengan diskon PPnBM ini dapat meningkatkan penjualan mobil di Tanah Air sehingga pabrik-pabrik industri otomotif bisa menggeliat kembali. Pasalnya, industri otomotif dan pendukungnya itu menyumbang tenaga kerja sebesar 1,5 juta tenaga kerja dan rata-rata berkontribusi Rp700 triliun terhadap PDB. ( Baca juga:Pemerintah Targetkan Indonesia Tembus 10 Besar Olimpiade 2032 )
"Diskon ini diharapkan bisa untuk menjum-start ekonomi, karena pulihnya produksi dan penjualan otomotif akan memiliki multiplayer efek ke industri lainnya," tandasnya.
Tujuannya, agar pemulihan ekonomi nasional bisa berjalan dengan cepat. Sebab, industri manufaktur mempunyai peran yang cukup signifikan bagi perekonomian yang memberikan kontribusi sebesar 19% terhadap PDB. ( Baca juga:PPnBM Berlaku Mulai Hari ini, Dealer Masih Sepi )
"Ini kondisi terburuk bagi industri otomotif setelah tahun 2008. Ini kondisi terburuk yang harus kita kejar," katanya dalam konferensi pers secara virtual, Senin (1/3/2021).
Ia menjelaskan bahwa industri otomotif sangat terpuruk saat terjadi pandemi Covid-19. Pada 2020 produksi industri otomotif turun hingga 46%. Sementara untuk penjualan juga turun mencapai 48%.
“Kebijakan ini untuk mendorong pemulihan ekonomi lewat industri bisa lebih cepat. Nendang kalo istilahnya,“ jelasnya.
Ia menuturkan bahwa pada September hingga Desember 2020 penjualan otomotif sudah mengalami rebound atau pertumbuhan. Namun, rebound tersebut ternyata belum stabil.
"Memang dalam datanya penjualan dari bulan September sampai dengan Desember itu relatif membaik ada rebound. Tapi di bulan Januari kembali menurun. Jadi belum stabil dari rebound penjualan otomotif. Rebound ini juga belum mengejar keterpurukannya," ujarnya.
Ia berharap, dengan diskon PPnBM ini dapat meningkatkan penjualan mobil di Tanah Air sehingga pabrik-pabrik industri otomotif bisa menggeliat kembali. Pasalnya, industri otomotif dan pendukungnya itu menyumbang tenaga kerja sebesar 1,5 juta tenaga kerja dan rata-rata berkontribusi Rp700 triliun terhadap PDB. ( Baca juga:Pemerintah Targetkan Indonesia Tembus 10 Besar Olimpiade 2032 )
"Diskon ini diharapkan bisa untuk menjum-start ekonomi, karena pulihnya produksi dan penjualan otomotif akan memiliki multiplayer efek ke industri lainnya," tandasnya.
(uka)