Dampak Perubahan Iklim Makin Nyata, Industri Didorong Terapkan Teknologi Hijau
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perubahan iklim terus menjadi perbincangan karena dikhawatirkan menjadi ancaman mengerikan bagi masa depan dunia. Berdasarkan laporan Badan Energi Internasional (IEA), industri menyumbang 37 persen dari total penggunaan energi global, di mana 30 persen di antaranya dikonsumsi oleh gedung-gedung bertingkat.
Sebagai upaya mengurangi emisi global, Pemerintah Indonesia bersama industri didorong mempercepat penggunaan teknologi ramah lingkungan dalam mendukung pengurangan dampak perubahan iklim.
"Efisiensi energi industri memiliki kapasitas tunggal terbesar untuk memperlambat dampak perubahan iklim. Hal ini pada dasarnya merupakan solusi terhadap perubahan iklim dunia," ujar Presiden ABB Motion Morten Wierod melalui keterangan resminya yang diterima SINDOnews, di Jakarta, Rabu (3/3/2021).
Menurut dia untuk menciptakan efisiensi perlu didorong penggunaan motor & drivers hijau yang ramah lingkungan di sektor industri, bangunan dan transportasi. Pasalnya, sampai saat ini teknologi inovasi tersebut belum cukup menciptakan efisiensi sehingga masih terjadi pemborosan energi.
Hasil riset ABB memprediksi jika sistem yang digunakan saat ini diganti dengan peralatan dengan tingkat efisiensi energi optimal maka konsumsi listrik global dapat dipangkas hingga 10 persen. Hal ini juga akan menyumbang lebih dari 40 persen pengurangan emisi gas rumah kaca untuk memenuhi target iklim 2040 yang ditetapkan Perjanjian Paris.
Bagi Morten, keberhasilan inovasi hemat energi perlu dukungan dari pemangku kepentingan. Soalnya, peralihan industri dan infrastruktur ke sistem motor & drivers penting bagi keberlanjutan masyarakat. Adapun dukungan dapat berupa insentif untuk mengakselerasi sistem baru tersebut.
Tidak hanya itu, regulator juga perlu menyadari penghematan biya investasi yang terjadi jika menerapkan inovasi sistem motors & drivers. "Di samping itu, investor juga perlu mengkaji ulang investasi dan mengalokasikan modal ke perusahaan yang lebih responsif terhadap risiko iklim," tutup Morten.
Sebagai upaya mengurangi emisi global, Pemerintah Indonesia bersama industri didorong mempercepat penggunaan teknologi ramah lingkungan dalam mendukung pengurangan dampak perubahan iklim.
"Efisiensi energi industri memiliki kapasitas tunggal terbesar untuk memperlambat dampak perubahan iklim. Hal ini pada dasarnya merupakan solusi terhadap perubahan iklim dunia," ujar Presiden ABB Motion Morten Wierod melalui keterangan resminya yang diterima SINDOnews, di Jakarta, Rabu (3/3/2021).
Menurut dia untuk menciptakan efisiensi perlu didorong penggunaan motor & drivers hijau yang ramah lingkungan di sektor industri, bangunan dan transportasi. Pasalnya, sampai saat ini teknologi inovasi tersebut belum cukup menciptakan efisiensi sehingga masih terjadi pemborosan energi.
Hasil riset ABB memprediksi jika sistem yang digunakan saat ini diganti dengan peralatan dengan tingkat efisiensi energi optimal maka konsumsi listrik global dapat dipangkas hingga 10 persen. Hal ini juga akan menyumbang lebih dari 40 persen pengurangan emisi gas rumah kaca untuk memenuhi target iklim 2040 yang ditetapkan Perjanjian Paris.
Bagi Morten, keberhasilan inovasi hemat energi perlu dukungan dari pemangku kepentingan. Soalnya, peralihan industri dan infrastruktur ke sistem motor & drivers penting bagi keberlanjutan masyarakat. Adapun dukungan dapat berupa insentif untuk mengakselerasi sistem baru tersebut.
Tidak hanya itu, regulator juga perlu menyadari penghematan biya investasi yang terjadi jika menerapkan inovasi sistem motors & drivers. "Di samping itu, investor juga perlu mengkaji ulang investasi dan mengalokasikan modal ke perusahaan yang lebih responsif terhadap risiko iklim," tutup Morten.
(nng)