Benarkah Digitalisasi UMKM Membawa Dampak Positif bagi Semua Kalangan?

Senin, 08 Maret 2021 - 16:00 WIB
loading...
A A A
“Awalnya pasti susah. Buat kirim pesan di WhatsApp saja susah. Untungnya karyawan saya mau sabar membantu dan mengajari. Selain itu, saat mau mendaftar masuk ke GrabFood, ada banyak tutorial buat ngebantu. Salah satu kesulitan saya juga pada waktu itu adalah mempromosikan restoran saya ke masyarakat di Cirebon. Ternyata ada fitur pemasaran di dalam aplikasi GrabMerchant, dimana saya bisa buat iklan dengan cepat, mudah dan murah untuk mempromosikan bisnis saya,” tuturnya.

Selain bisnisnya maju, dia kini juga dapat membantu biaya pendidikan untuk anak karyawannya agar dapat melanjutkan sekolah.
Benarkah Digitalisasi UMKM Membawa Dampak Positif bagi Semua Kalangan?

Seringkali, penghasilan tambahan justru bisa menjadi penghasilan utama, seperti yang dialami oleh Nurul Alifah. Sejak 2000, usaha kost yang dijalankannya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhannya. 2015, Nurul menyulap bagian bawah rumahnya untuk digunakan sebagai toko kelontong modern untuk mengisi waktu luangnya di masa tua.

Saat usahanya terdampak oleh pandemi, banyak penghuni kamar kost yang kembali ke rumahnya dengan berbagai macam alasan. Beruntung masih ada usaha warung yang untungnya sudah ia digitalisasi di tengah pandemi untuk mencari rezeki.

“Saya lihat kayaknya sekarang trennya bergerak ke arah digital ya. Pada Juni 2020 saya memutuskan bergabung menjadi mitra merchant GrabMart untuk menjangkau lebih banyak pelanggan dan bisa menjual lebih banyak barang. Sejak bisa berjualan secara online, saya tetap bisa membantu suami memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya pendidikan anak-anak. Selain itu, saya juga bisa merenovasi toko menjadi lebih besar,” katanya.

Bu Nurul mengaku sangat terbantu dengan fitur dalam aplikasi GrabMerchant yang mudah digunakan dan ia bisa langsung membeli barang-barang yang habis di toko langsung dalam aplikasi.
Benarkah Digitalisasi UMKM Membawa Dampak Positif bagi Semua Kalangan?

Sementara itu di Makassar ada Herlina Paluga yang menghadapi kesulitan meraih pelanggan sehingga usaha kuliner yang dibangunnya sejak 2015 terancam bangkrut. Dia lalu memulai kembali usahanya dari rumah, tetapi belum mengenal istilah digitalisasi. Herlina baru mendaftarkan usaha Ayam Bakar & Lalapan EB menjadi mitra merchant GrabFood pada 2017.

Ia mengaku kala itu belum terlalu paham dengan konsep jualan kuliner secara online. Herlina sempat kebingungan menggunakan teknologi melalui aplikasi Grab. Namun, hal tersebut tidak membuatnya patah semangat karena dia memang berniat mengembangkan usahanya jadi lebih besar.

“Awalnya saya sempat bingung, tapi bukan masalah besar bagi saya. Kalau ada yang kurang paham, saya tanyakan ke anak bagaimana caranya. Akhirnya saya sekarang mengerti sendiri cara menggunakannya setelah sering dapat pesanan melalui online. Sejak bisa berjualan melalui online, pesanan saya menjadi banyak. Sekarang saya bisa mempekerjakan karyawan hingga 14 orang, setengah di antaranya merupakan single mother,“ tuturnya.

Herlina juga mengakui bahwa penjualan sempat menurun drastis di awal pandemi, tapi penjualan online membuatnya bisa tetap bertahan, sekaligus mempertahankan seluruh karyawannya, terutama mereka yang berjuang untuk anak-anaknya.

Neneng Goenadi, Country Managing Director Grab Indonesia menuturkan bahwa dukungan keluarga dan lingkungan memiliki peran penting bagi para lansia agar mereka bisa terus bersemangat dan belajar hal baru.

“Lingkungan merekalah yang mendorong dan mengajarkan para lansia ini tentang teknologi sehingga bisa #TerusUsaha meskipun di usia senja. Hal ini yang menginspirasi Grab untuk terus menciptakan solusi digitalisasi yang mudah digunakan oleh semua kalangan, agar misi GrabForGood untuk mendigitalisasi lebih banyak UMKM di Indonesia dapat tercapai,” ujarnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2418 seconds (0.1#10.140)