Waduh! Jelang RUPS, Saham BBTN Malah Anjlok Kena ARB
loading...
A
A
A
JAKARTA-Isu pergantian direksi PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) yang akan dilakukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada Rabu, 10 Maret 2021 besok, direspon negatif investor pasar modal. Apalagi dalam RUPS tersebut dikabarkan posisi Direktur Utama BTN akan diisi oleh orang luar.
Pada penutupan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BE), hari ini, saham dengan kode BBTN tersebut anjlok, bahkan kena auto reject bawah (ARB). Saham BBTN turun 6,98% ke level 2.000. Saham BBTN sejak dibuka langsung mengalami penurunan dari penutupan pada hari sebelumnya sebesar Rp2.150.
Menurut pelaku pasar yang tidak mau disebutkan namanya, penurunan saham BBTN ini terkait kekhawatiran investor dalam RUPS akan ada pergantian direksi. Padahal saat ini, Bank BTN masih dalam tahap berbenah untuk memulihkan bisnis perumahan akibat pandemi Covid-19. “Jika masuk orang baru, ditakutkan transformasi yang sedang dilakukan akan berjalan lambat. Itu kekhawatiran investor,” tegasnya.
Baca juga:Hip Hip Hore, BTN Pangkas Bunga KPR
Sebelumnya, pengembang perumahan menilai dalam masa pemulihan ekonomi nasional di masa pandemi saat ini, sektor properti butuh sosok berpengalaman khususnya dalam bidang pembiayaan perumahan. Untuk itu pemerintah diminta tidak salah pilih dalam menentukan sosok Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) karena sangat terkait erat dengan industri perumahan Nasional sebagai program nawacita Presiden Joko Widodo.
“Dibutuhkan figur pemimpin yang berpengalaman dan tahu seluk beluk permasalahan mengenai rumah subsidi atau yang biasa disebut FLPP,” ujar Direktur Utama Citra Swarna Group Victor saat dihubungi, kemarin.
Baca juga:Laba BTN Meroket 665,71% di Tahun 2020
Menurut Victor, Bank BTN sangat butuh sosok berpengalaman selain karena kebutuhan pembiayaan yang besar bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), proses menjalankan restrukturisai bagi kami pengembang kecil juga tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak mengerti tentang kredit rumah rakyat.
“Karena sejak awal memang bisnis BTN itu unik, sehingga dibutuhkan figur yang mengerti betul industri rumah rakyat dengan segala permasalahan dan solusinya,” katanya.
.
Untuk itu dia berharap pemerintah akan memilih pemimpin BTN yang mengerti dan berpengalaman mengenai pembiayaan rumah subsidi atau FLPP dan seluk beluk bisnis BTN.
“Kalau tidak berpengalaman, yang repot nanti masyarakat berpenghasilan rendahnya sendiri yang jadi terbengkalai sebagaimana dimaksud dari tujuan program sejuta rumah,” jelasnya.
Sebaiknya, kata Victor, pemimpin BTN yang baru nanti sudah berpengalaman terutama di core bisnis perseroan. Pasalnya, saat ini sektor properti yang merupakan fokus utama bisnis Bank BTN menjadi salah satu tumpuan pemerintah dalam memulihkan ekonomi nasional.
“Sektor properti itu selain dari pada kebutuhan pokok, dengan berjalannya sektor properti, maka 170an usaha turunan lainnya ikut berjalan,” tegas Victor.
Senada dengan Victor, Wakil Ketua Umum Himpunan Pengembang Pemukiman dan Perumahan Rakyat (Himperra) Irwan menilai karena pentingnya sektor properti terhadap sektor lainnya seperti industri semen, genteng, cat, dan lain-lain, sehingga sektor ini butuh sosok yang berpengalaman. Menurut dia, untuk mensukseskan Program Sejuta Rumah dari pemerintah, sangat dibutuhkan orang yang sudah sangat berpengalaman.
“Sehingga program pemerintah lebih cepat terwujud dengan baik dan cepat untuk multiplier effect ekonomi di masa-masa sekarang ini. Sehingga kontribusi kebangkitan ekonomi lebih cepat. Dibanding dengan orang baru yang belum pengalaman, maka akan terjadi sebaliknya, yaitu perlambatan, karena orang baru perlu belajar lagi,” jelas Irwan.
Sementara, Ketua Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Jawa Barat Gunawan Sumadikara menilai untuk menyukseskan pelaksanaan Program Sejuta Rumah yang dicanangkan pemerintah memerlukan sosok atau orang-orang yang peduli terhadap kebutuhan rumah masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
“Selain itu, mereka juga mengerti permasalahan soal properti. Bank pelaksananya harus betul-betul bank yang sudah biasa bergelut dengan KPR Subsidi seperti BTN,” ujar Gunawan.
Untuk itu, dia berharap pemerintah dalam menentukan pimpinan di Bank BTN harus orang yang peduli terhadap MBR dan juga berpengalaman dalam sektor properti.
“Harapan Kami pimpinan BTN bisa bersinergi dengan para pengembang, peraturan-peraturan tentang KPR juga bisa dipermudah,” katanya.
Menurut Gunawan, pimpinan BTN saat ini sudah dekat dengan pengembang. Hal ini dibuktikan dengan adanya diskusi dan pertemuan untuk mendengar masukan serta asporasi dari pengembang.
Gunawan meyakini jika para stake holder bisa saling bersinergi, maka akan mendongkrak pertumbuhan sektor properti. “Kalau bidang propertinya maju, Insya Allah keadaan ekonomi juga bisa berpengaruh,” papar Gunawan.
Pada penutupan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BE), hari ini, saham dengan kode BBTN tersebut anjlok, bahkan kena auto reject bawah (ARB). Saham BBTN turun 6,98% ke level 2.000. Saham BBTN sejak dibuka langsung mengalami penurunan dari penutupan pada hari sebelumnya sebesar Rp2.150.
Menurut pelaku pasar yang tidak mau disebutkan namanya, penurunan saham BBTN ini terkait kekhawatiran investor dalam RUPS akan ada pergantian direksi. Padahal saat ini, Bank BTN masih dalam tahap berbenah untuk memulihkan bisnis perumahan akibat pandemi Covid-19. “Jika masuk orang baru, ditakutkan transformasi yang sedang dilakukan akan berjalan lambat. Itu kekhawatiran investor,” tegasnya.
Baca juga:Hip Hip Hore, BTN Pangkas Bunga KPR
Sebelumnya, pengembang perumahan menilai dalam masa pemulihan ekonomi nasional di masa pandemi saat ini, sektor properti butuh sosok berpengalaman khususnya dalam bidang pembiayaan perumahan. Untuk itu pemerintah diminta tidak salah pilih dalam menentukan sosok Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) karena sangat terkait erat dengan industri perumahan Nasional sebagai program nawacita Presiden Joko Widodo.
“Dibutuhkan figur pemimpin yang berpengalaman dan tahu seluk beluk permasalahan mengenai rumah subsidi atau yang biasa disebut FLPP,” ujar Direktur Utama Citra Swarna Group Victor saat dihubungi, kemarin.
Baca juga:Laba BTN Meroket 665,71% di Tahun 2020
Menurut Victor, Bank BTN sangat butuh sosok berpengalaman selain karena kebutuhan pembiayaan yang besar bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), proses menjalankan restrukturisai bagi kami pengembang kecil juga tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak mengerti tentang kredit rumah rakyat.
“Karena sejak awal memang bisnis BTN itu unik, sehingga dibutuhkan figur yang mengerti betul industri rumah rakyat dengan segala permasalahan dan solusinya,” katanya.
.
Untuk itu dia berharap pemerintah akan memilih pemimpin BTN yang mengerti dan berpengalaman mengenai pembiayaan rumah subsidi atau FLPP dan seluk beluk bisnis BTN.
“Kalau tidak berpengalaman, yang repot nanti masyarakat berpenghasilan rendahnya sendiri yang jadi terbengkalai sebagaimana dimaksud dari tujuan program sejuta rumah,” jelasnya.
Sebaiknya, kata Victor, pemimpin BTN yang baru nanti sudah berpengalaman terutama di core bisnis perseroan. Pasalnya, saat ini sektor properti yang merupakan fokus utama bisnis Bank BTN menjadi salah satu tumpuan pemerintah dalam memulihkan ekonomi nasional.
“Sektor properti itu selain dari pada kebutuhan pokok, dengan berjalannya sektor properti, maka 170an usaha turunan lainnya ikut berjalan,” tegas Victor.
Senada dengan Victor, Wakil Ketua Umum Himpunan Pengembang Pemukiman dan Perumahan Rakyat (Himperra) Irwan menilai karena pentingnya sektor properti terhadap sektor lainnya seperti industri semen, genteng, cat, dan lain-lain, sehingga sektor ini butuh sosok yang berpengalaman. Menurut dia, untuk mensukseskan Program Sejuta Rumah dari pemerintah, sangat dibutuhkan orang yang sudah sangat berpengalaman.
“Sehingga program pemerintah lebih cepat terwujud dengan baik dan cepat untuk multiplier effect ekonomi di masa-masa sekarang ini. Sehingga kontribusi kebangkitan ekonomi lebih cepat. Dibanding dengan orang baru yang belum pengalaman, maka akan terjadi sebaliknya, yaitu perlambatan, karena orang baru perlu belajar lagi,” jelas Irwan.
Sementara, Ketua Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Jawa Barat Gunawan Sumadikara menilai untuk menyukseskan pelaksanaan Program Sejuta Rumah yang dicanangkan pemerintah memerlukan sosok atau orang-orang yang peduli terhadap kebutuhan rumah masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
“Selain itu, mereka juga mengerti permasalahan soal properti. Bank pelaksananya harus betul-betul bank yang sudah biasa bergelut dengan KPR Subsidi seperti BTN,” ujar Gunawan.
Untuk itu, dia berharap pemerintah dalam menentukan pimpinan di Bank BTN harus orang yang peduli terhadap MBR dan juga berpengalaman dalam sektor properti.
“Harapan Kami pimpinan BTN bisa bersinergi dengan para pengembang, peraturan-peraturan tentang KPR juga bisa dipermudah,” katanya.
Menurut Gunawan, pimpinan BTN saat ini sudah dekat dengan pengembang. Hal ini dibuktikan dengan adanya diskusi dan pertemuan untuk mendengar masukan serta asporasi dari pengembang.
Gunawan meyakini jika para stake holder bisa saling bersinergi, maka akan mendongkrak pertumbuhan sektor properti. “Kalau bidang propertinya maju, Insya Allah keadaan ekonomi juga bisa berpengaruh,” papar Gunawan.
(bai)