Kementan Latih Petani Kenali Musuh Alami melalui Sekolah Lapang IPDMIP
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Program Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Project (IPDMIP) melatih petani mengenali predator, musuh alami di pertanaman padi sawah. Hal ini diperlukan untuk menentukan strategi pengendalian hama yang tepat, agar populasi serangga hama tidak memicu kerugian.
Pelatihan dilakukan melalui Sekolah Lapang (SL) IPDMIP pada wilayah kegiatan, yang meliputi 74 kabupaten di 16 provinsi. Sekitar 20 petani dari Poktan Mpungga, Desa Sumi, Kecamatan Lambu di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) belum lama ini mengikuti SL IPDMIP, dengan materi dan praktik mengenali musuh alami dan pemupukan susulan.
(Baca juga:Penyuluh Pertanian tetap Dampingi Petani meski Darurat Bencana)
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi menyambut baik kegiatan SL oleh IPDMIP yang disusun mengacu siklus musim penghujan dan musim kemarau seperti SL IPDMIP di Kabupaten Bima tersebut.
“Kementan menyambut baik metode SL dari IPDMIP adalah identifikasi masalah dan kendala yang dihadapi para petani dalam pengelolaan usaha tani,” kata Dedi.
(Baca juga:Kementan Dorong Penyuluh Pertanian Terus Ikuti Pelatihan dan Pendidikan)
Hal itu, menurutnya, sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam mengatasi pandemi Covid-19, para petani mampu menjaga produktivitas pertanian. Petani dan penyuluh harus mengenal musuh alami melalui SL IPDMIP, petani juga diajak melakukan pemupukan berimbang.
“Banyak usaha yang terdampak dan tak berdaya dilanda pandemi, tetapi pertanian merupakan sektor yang eksis pada krisis apapun. Itu tandanya pertanian menjadi kekuatan negara. Kenapa? Makan tak bisa ditunda, maka pertanian harus terus berproduksi,” kata Mentan Syahrul.
(Baca juga:Penyuluh Pertanian harus Aktif Input dan Update Data Petani)
Dedi Nursyamsi menambahkan bahwa Kementan, khususnya Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) mendorong petani mengetahui cara pengendalian hama dengan menggunakan pestisida nabati maupun pestisida kimia.
“Khusus penggunaan pestisida kimia, perlu adanya langkah bijak dalam penggunaanya, karena dikhawatirkan dapat membinasakan semua mahkluk hidup termasuk musuh alami yang ada di dalam lahan,” kata Kepala BPPSDMP.
(Baca juga:Mentan Ajak Penyuluh Pertanian Paham Agroklimat Antisipasi La Nina)
Menurutnya, perkembangan teknologi pertanian untuk memacu peningkatan produksi pangan telah dilaksanakan melalui berbagai usaha antara lain penggunaan varietas unggul, pemupukan, irigasi, pengolahan lahan, pengendalian hama dan penyakit.
“Serangan hama dan penyakit pada tanaman merupakan faktor pembatas peningkatan produksi, karena frekuensi serangannya kian meningkat,” kata Dedi.
(Baca juga:Jakarta Selatan dan Purwakarta Kekurangan Penyuluh Pertanian)
Sebagaimana diketahui, IPDMIP merupakan program di bidang irigasi, bertujuan mencapai keberlanjutan sistem irigasi yang menjadi kewenangan pemerintah pusat hingga provinsi dan kabupaten/kota.
Pelatihan dilakukan melalui Sekolah Lapang (SL) IPDMIP pada wilayah kegiatan, yang meliputi 74 kabupaten di 16 provinsi. Sekitar 20 petani dari Poktan Mpungga, Desa Sumi, Kecamatan Lambu di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) belum lama ini mengikuti SL IPDMIP, dengan materi dan praktik mengenali musuh alami dan pemupukan susulan.
(Baca juga:Penyuluh Pertanian tetap Dampingi Petani meski Darurat Bencana)
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi menyambut baik kegiatan SL oleh IPDMIP yang disusun mengacu siklus musim penghujan dan musim kemarau seperti SL IPDMIP di Kabupaten Bima tersebut.
“Kementan menyambut baik metode SL dari IPDMIP adalah identifikasi masalah dan kendala yang dihadapi para petani dalam pengelolaan usaha tani,” kata Dedi.
(Baca juga:Kementan Dorong Penyuluh Pertanian Terus Ikuti Pelatihan dan Pendidikan)
Hal itu, menurutnya, sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam mengatasi pandemi Covid-19, para petani mampu menjaga produktivitas pertanian. Petani dan penyuluh harus mengenal musuh alami melalui SL IPDMIP, petani juga diajak melakukan pemupukan berimbang.
“Banyak usaha yang terdampak dan tak berdaya dilanda pandemi, tetapi pertanian merupakan sektor yang eksis pada krisis apapun. Itu tandanya pertanian menjadi kekuatan negara. Kenapa? Makan tak bisa ditunda, maka pertanian harus terus berproduksi,” kata Mentan Syahrul.
(Baca juga:Penyuluh Pertanian harus Aktif Input dan Update Data Petani)
Dedi Nursyamsi menambahkan bahwa Kementan, khususnya Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) mendorong petani mengetahui cara pengendalian hama dengan menggunakan pestisida nabati maupun pestisida kimia.
“Khusus penggunaan pestisida kimia, perlu adanya langkah bijak dalam penggunaanya, karena dikhawatirkan dapat membinasakan semua mahkluk hidup termasuk musuh alami yang ada di dalam lahan,” kata Kepala BPPSDMP.
(Baca juga:Mentan Ajak Penyuluh Pertanian Paham Agroklimat Antisipasi La Nina)
Menurutnya, perkembangan teknologi pertanian untuk memacu peningkatan produksi pangan telah dilaksanakan melalui berbagai usaha antara lain penggunaan varietas unggul, pemupukan, irigasi, pengolahan lahan, pengendalian hama dan penyakit.
“Serangan hama dan penyakit pada tanaman merupakan faktor pembatas peningkatan produksi, karena frekuensi serangannya kian meningkat,” kata Dedi.
(Baca juga:Jakarta Selatan dan Purwakarta Kekurangan Penyuluh Pertanian)
Sebagaimana diketahui, IPDMIP merupakan program di bidang irigasi, bertujuan mencapai keberlanjutan sistem irigasi yang menjadi kewenangan pemerintah pusat hingga provinsi dan kabupaten/kota.
(dar)