Seperti ini Strategi Barito Mendongkrak Investasi Hijau di Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA -
Di balik berbagai kesulitan yang ditumbulkan oleh pandemi, kondisi seperti saat ini telah memberikan kesempatan beberapa sektor untuk semakin tumbuh. Salah satunya mulai diliriknya konsep ekonomi hijau.
Menurut Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti, Ph.D, pandemi membuat pemerintah mereposisi kembali untuk langkah ke depan dengan mengutamakan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam pembangunan Indonesia ke depan.
Amalia menjelaskan, prioritas ekonomi berkelanjutan itu menyasar sektor industry yang diarahkan untuk menggunakan Energi Baru Terbarukan. Selain itu pemerintah juga semakin membuka ruang bagi investor untuk berkiprah di investasi hijau. Investasi hijau diyakini akan dapat mendukung daya saing ekonomi yang lebih baik dan memberi kontribusi yang lebih berkelanjutan.
Sebagai negara yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah, potensi investasi hijau di negeri ini cukup besar. Simak saja apa yang disampaikan oleh CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro. Menurutnya potensi investasi hijau di sektor energi mencapai USD4,44 miliar atau setara hampir Rp 65 triliun.
Di sektor agri dan perikanan, potensi investasi berdampak mencapai USD3,15 miliar atau setara Rp 46 triliun. Sedangkan di sektor perairan, potensi investasinya mencapai USD 2,4 miliar atau Rp 31 triliun. Jika ditotal dari tiga sektor tersebut, potensi investasinya mencapai Rp 142 triliun.
Sayangnya, model investasi berdampak (impact investment) alias investasi berkelanjutan atau investasi hijau masih belum begitu diminati di Indonesia. Terlebih jika dibandingkan dengan modal yang masuk ke sektor digital dalam negeri.
Padahal potensi yang bisa digarap dari investasi berdampak di RI cukup besar. Namun sektor ini belum tergarap seutuhnya oleh investor. Impact investing merupakan skema investasi yang bertujuan memberikan dampak positif bagi masyarakat di samping mendatangkan keuntungan finansial
Saat ini investasi hijau atau Investasi berbasis Environmental, Social and Good Governance (ESG) mulai diminati investor (pelaku usaha). Salah satunya adalah perusahaan besar seperti PT Barito Pacific Tbk . Perusahaan sumber daya alam terdiversifikasi dan terintegrasi ini menyatakan komitmennya untuk meningkatkan dukungan di internal perusahaan terkait pengembangan energi hijau.
Presiden Direktur PT Barito Pacific Tbk Agus Salim Pangestu mengatakan, minat investasi hijau sudah terlihat beberapa tahun lalu. Dari dua kali penerbitan surat utang hijau (green bonds) milik anak usaha Barito di bidang penyedia energi, yakni Star Energy pun selalu mendapat sambutan posititif dari investor hingga mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) serta dilirik institusi besar.
Sekedar info, penerbitan green bond Star Energy Geothermal Salak dan Star Energy Geothermal Darajat II mendapat respons positif pasar. Permintaan green bond senilai US$ 1,11 miliar tersebut mengalami oversubscribed sebanyak 3,5 kali. Respons tersebut dapat menunjukkan investor mendukung sektor energi yang lebih ramah lingkungan.
Di balik berbagai kesulitan yang ditumbulkan oleh pandemi, kondisi seperti saat ini telah memberikan kesempatan beberapa sektor untuk semakin tumbuh. Salah satunya mulai diliriknya konsep ekonomi hijau.
Menurut Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti, Ph.D, pandemi membuat pemerintah mereposisi kembali untuk langkah ke depan dengan mengutamakan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam pembangunan Indonesia ke depan.
Amalia menjelaskan, prioritas ekonomi berkelanjutan itu menyasar sektor industry yang diarahkan untuk menggunakan Energi Baru Terbarukan. Selain itu pemerintah juga semakin membuka ruang bagi investor untuk berkiprah di investasi hijau. Investasi hijau diyakini akan dapat mendukung daya saing ekonomi yang lebih baik dan memberi kontribusi yang lebih berkelanjutan.
Sebagai negara yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah, potensi investasi hijau di negeri ini cukup besar. Simak saja apa yang disampaikan oleh CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro. Menurutnya potensi investasi hijau di sektor energi mencapai USD4,44 miliar atau setara hampir Rp 65 triliun.
Di sektor agri dan perikanan, potensi investasi berdampak mencapai USD3,15 miliar atau setara Rp 46 triliun. Sedangkan di sektor perairan, potensi investasinya mencapai USD 2,4 miliar atau Rp 31 triliun. Jika ditotal dari tiga sektor tersebut, potensi investasinya mencapai Rp 142 triliun.
Sayangnya, model investasi berdampak (impact investment) alias investasi berkelanjutan atau investasi hijau masih belum begitu diminati di Indonesia. Terlebih jika dibandingkan dengan modal yang masuk ke sektor digital dalam negeri.
Padahal potensi yang bisa digarap dari investasi berdampak di RI cukup besar. Namun sektor ini belum tergarap seutuhnya oleh investor. Impact investing merupakan skema investasi yang bertujuan memberikan dampak positif bagi masyarakat di samping mendatangkan keuntungan finansial
Saat ini investasi hijau atau Investasi berbasis Environmental, Social and Good Governance (ESG) mulai diminati investor (pelaku usaha). Salah satunya adalah perusahaan besar seperti PT Barito Pacific Tbk . Perusahaan sumber daya alam terdiversifikasi dan terintegrasi ini menyatakan komitmennya untuk meningkatkan dukungan di internal perusahaan terkait pengembangan energi hijau.
Presiden Direktur PT Barito Pacific Tbk Agus Salim Pangestu mengatakan, minat investasi hijau sudah terlihat beberapa tahun lalu. Dari dua kali penerbitan surat utang hijau (green bonds) milik anak usaha Barito di bidang penyedia energi, yakni Star Energy pun selalu mendapat sambutan posititif dari investor hingga mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) serta dilirik institusi besar.
Sekedar info, penerbitan green bond Star Energy Geothermal Salak dan Star Energy Geothermal Darajat II mendapat respons positif pasar. Permintaan green bond senilai US$ 1,11 miliar tersebut mengalami oversubscribed sebanyak 3,5 kali. Respons tersebut dapat menunjukkan investor mendukung sektor energi yang lebih ramah lingkungan.