Buwas: Sebanyak 106.000 Ton Beras Eks Impor 2018 Turun Mutu

Senin, 29 Maret 2021 - 16:13 WIB
loading...
Buwas: Sebanyak 106.000...
Dirut Perum Bulog Budi Waseso mengaku ada sebanyak 106.000 ton beras eks impor 2018 yang turun mutu. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Perum Bulog mencatat ada sebanyak 106.000 ton Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang mengalami penurunan mutu. Beras tersebut merupakan eks impor yang dilakukan pada 2018 lalu.

Saat itu secara akumulatif jumlah yang diimpor pemerintah sebanyak 2 juta ton. Direktur Utama Bulog, Budi Waseso menyebutkan, beras turun mutu merupakan hal yang wajar dan tidak akan dimusnahkan. Baca Juga: Data BPS Bongkar Impor Beras, Buwas Kasih Penjelasan Ini: Bukan Bulog Tapi Swasta

"Memang beras eks impor memang ada, yang turun mutu 106.000 ton, bukan berarti itu dimusnahkan, turun mutu itu wajar, dalam batas kewajaran. Artinya, tidak seperti pada saat beras itu tiba, karena pada saat kita simpan dan ini melalui proses perawatan," ujar Buwas sapaan akrabnya, Senin (29/3/2021).

Menurut dia, beras CBP tersebut akan dikonversi menjadi bahan pangan lain, misalnya tepung terigu. Meski begitu, Buwas memastikan, konversi akan diputuskan dalam rapat koordinasi terbatas (rakortas) yang dilakukan pemerintah.

"Yang 106.000 ton ini akan kita angkat dalam rakortas nanti, karena ini beras CBP, nanti keputusannya dari pemerintah. Mau dibuat tepung terigu, nanti mau dibuat apa? Nanti itu keputusan dari pemerintah," kata dia.

Saat ini Bulog menyimpan sisa beras impor sebanyak 300.000 ton. 106.000 ton di antaranya mengalami penurunan mutu. sebagian sisa beras eks impor masih tercatat aman. Buwas menyebut, seyogianya sisa beras tersebut harusnya sudah turun mutu, karena secara alamiah mutu beras akan mulai menurun sejak 3-4 bulan usai disuplai. Baca Juga: Sebelum Ledakkan Diri di Gereja Katedral Makassar, Pelaku Sempat Unggah Ini di Medsos

Hanya saja, perawatan insentif yang dilakukan Bulog sehingga sebagian sisa eks impor masih dapat digunakan. "Kenapa masih bisa bertahan? Karena Bulog merawatnya dengan baik, jadi dengan perawatan Bulog yang kontinyu, sehingga ini masih bertahan, hanya memang tidak seperti pada saat beras itu tiba di Indonesia. Itu yang perlu kita sampaikan," tuturnya.

Sebelumnya, Buwas mengutarakan bahwa sisa beras CBP menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi Bulog. Padahal, perkara itu bukan bagian dari tanggung jawab perusahaan pelat merah tersebut.

Bulog mencatat, ada sejumlah masalah yang dikaitkan dengan peran dan tugasnya sebagai lembaga pemerintah di sektor pangan itu. Selain sisa beras impor, perkara pengering gabah (dryer) di kalangan petani pun dikaitkan dengan Bulog.

Buwas menegaskan, pengering gabah bukan menjadi tugas dari Bulog, melainkan tanggung jawab Kementerian Pertanian (Kementan). Namun, perkara ini seolah-olah dikaitkan dengan posisi Bulog.
(fai)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1943 seconds (0.1#10.140)