Investasi Sektor EBT Terus Meningkat

Rabu, 14 April 2021 - 06:35 WIB
loading...
Investasi Sektor EBT Terus Meningkat
Investasi sektor ESDM dari tahun ke tahun cenderung meningkat. FOTO/YANTO KUSDIANTONO
A A A
JAKARTA - Investasi sektor energi baru dan terbarukan (EBT) di Tanah Air terus mengalami peningkatan. Setelah pada tahun lalu sempat melambat, tahun ini investasi EBT ditargetkan mencapat USD2,1 miliar dan USD4,4 miliar pada tahun berikutnya.

Secara keseluruhan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan investasi di sektor ESDM bisa mencapai USD34,8 miliar pada tahun ini. Angka tersebut meningkat dibanding realisasi investasi pada 2020 yang hanya USD25,8 miliar. Adapun untuk tahun depan target investasi sektor ESDM pada 2021 dipatok di angka USD40,2 miliar.

Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial menyatakan, target investasi sebesar itu dutetapkan guna mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja nasional.

"Tahun lalu nilai investasi mencapai USD25,8 miliar, itu 20% di bawah target awal. Tahun ini investasi dapat naik USD 34,8 miliar," kata Ego dalam diskusi virtual ‘Sambung Rasa Pemangku Kepentingan Sektor Energi’ yang digelar oleh Energy and Mining Editor Society (E2S) pada Senin (12/4) lalu.

Ego yang saat itu mewakili Menteri ESDM Arifin Tasrif menambahkan, dari nilai investasi sebesar itu, sektor hulu dan hilir minyak dan gas (migas) paling besar dengan target USD16,8 miliar pada 2021. Selanjutnya, sektor ketenagalistrikan USD9,9 miliar, mineral dan batu bara (minerba) USD6 miliar, dan energi baru dan terbarukan (EBT) USD2,1 miliar. Sementara pada tahun lalu realisasi investasi EBT hanya USD1,4 miliar.

Khusus untuk sektor EBT, dari tahun ke tahun cenderung mengalami kenaikan. Hal ini seiring dengan berjalannya transisi energi di Tanah Air.

Menurut Ego dalam paparannya, dalam proses transisi energi, pengembangan EBT tetap mempertimbangkan realitas kebutuhan energi, keekonomian yang wajar dengan memberikan kesempatan pertama pada energi terbarukan.

“Beberapa upaya pemerintah untuk menuju emisi lebih bersih antara lain pengembangan EBT dengan prioritas PLTS (pembangkit listrik tenaga surya), kemudian konversi PLTD (pembangkit listrik tenaga diesel) menjadi EBT serta implementasi green fuel,” ujar Ego.

Dia memaparkan, secara umum untuk mendukung target investasi tahun ini pemerintah menyiapkan beberapa kebijakan. Antara lain; mempromosikan peluang investasi kepada para investor dalam negeri maupun luar negeri, penyederhanaan perizinan dan kemudahan berusaha, pelayanan perizinan terintegrasi secara elektronik melalui aplikasi OSS, dan memberikan akses data terbuka sektor ESDM.

Sejalan dengan upaya melakukan transisi energi, kalangan pelaku usaha juga memanfaatkan momentum tersebut dengan melakukan diversifikasi bisnis ke arah lebih hijau. Salah satunya dilakukan oleh PT Indika Energy Tbk (INDY) yang menargetkan 50% pendapatan pada 2025 mendatang akan berasal dari bisnis non batubara.

Direktur Utama Indika Energy Arsjad Rasjid mengungkapkan, untuk mencapai target tersebut Indika sedang melakukan upaya diversifikasi sebagai langkah menuju transisi energi dari fosil ke sektor energi yang lebih bersih.

"Kami berkomitmen menyediakan USD500 juta untuk investasi sampai lima tahun ke depan sambil kita melihat perkembangan yang ada," ujar Arsjad pada acara yang sama.

Dia menambahkan, salah satu fokus diversifikasi yang dimaksud adalah masuknya perseroan ke sektor bisnis energi baru terbarukan (EBT) serta investasi pada kendaraan listrik. Sebagai langkah awal, kata dia, Indika bersama Fourth Partner Energy membentuk perusahaan patungan PT Empat Mitra Indika Tenaga Surya. Perusahaan ini nantinya akan menyediakan solusi listrik tenaga surya terintegrasi.

Selain itu, dengan melihat tren kendaraan rendah emisi yang terus berkembang, Indika juga melirik sektor tersebut dengan membentuk anak usaha baru melalui bendera PT Electra Mobilitas Indonesia (EMI).

“Aspek keekonomian EBT dan teknologi baterai (kendaraan listrik) semakin murah setiap tahun, hal ini dapat mengakselerasi pengembangan EBT,” kata Arsjad.

Pada kesempatan tersebut, Arsyad juga menerangkan bahwa perusahaannya terus membangun kompetensi di sepanjang rantai nilai komoditas batu bara, termasuk sumber daya energi, jasa energi dan infrastruktur energi.

“Fokus kami ke depan adalah mengembangan portofolio bisnis termasuk tambang emas, EBT, terminal bahan bakar, teknologi digital hingga kendaraan listrik,” kata pria yang akan maju sebagai calon Ketua Umum Kadin Indonesia itu.

Dia menyebutkan secara makro ada sejumlah tantangan dalam pengembangan sektor energi dan mineral di masa mendatang. Antara lain, di masa transisi menuju energi baru dan terbarukan harus ada objektif guna memastikan ketahanan dan kemandirian energi serta kontribusi pada isu perubahan iklim.

Sementara itu, pakar energi kelistrikan Iwa Garniwa pada diskusi yang sama menjelaskan bahwa ketahanan energi, kemandirian energi, dan kedaulatan energi memiliki tiga pengertian berbeda baik dalam substansi maupun objektifnya. Sehingga, diperlukan perumusan dan implementasi konsepsi kebijakan untuk mewujudkannya.

“Saya contohkan begini. Indonesia itu emisi karbon masih kecil sekitar 1,8%, namun Indonesia seolah-olah merasa perlu untuk segera melakukan transisi energi. Bagaimana mungkin dari 50% bauran energi dari PLTU (pembangkit listrik tenaga uap) digantikan dengan renewable?” kata Iwa.

Dia juga menilai, target bauran energi 23% pada 2025 kurang realistis. Hal ini berkaca pada realisasi hingga tahun 2020 yang hanya 11,2%.

"Saya perkirakan capaian pada 2025 maksimal tambahannya 8% jadi realistisnya 19-20%," ucap Iwa.
(ynt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 1.0060 seconds (0.1#10.140)