Menjawab Persoalan Laten Dunia Magang

Kamis, 15 April 2021 - 03:23 WIB
loading...
Menjawab Persoalan Laten...
Matata Edu Inovasi menghadirkan, virtual hub dengan ditambahkan tambahkan ke dalamnya fitur-fitur berbentuk modul pembekalan bagi calon pemagang. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Sebuah virtual hub yang secara langsung mempertemukan calon pemagang dengan pemberi magang , mungkin konsep yang terkesan biasa saja. Tapi PT Matata Edu Inovasi menghadirkan, virtual hub dengan ditambahkan tambahkan ke dalamnya fitur-fitur berbentuk modul pembekalan bagi calon pemagang.

Lalu ada sisipan konten-konten multimedia berisi tips dan trik sukses magang langsung dari para pemberi magang sekaligus kisi-kisi untuk proyek magang darinya, yang bisa langsung di-bid oleh pemagang. Lalu berikan pula sentuhan gamifikasi bagi tiap proyek magang yang tengah berjalan demi memicu rasa penasaran bagi calon pemagang untuk selalu menuntaskan tiap tugas dengan sebaik-baiknya.



Rasanya, semua hal itu bisa membuat virtual hub tersebut menjadi platform yang unik, tepat guna dan lebih tepat sasaran. Bahkan, lebih dari itu jika hal-hal tersebut dipenuhi, bisa membawa virtual hub itu benar-benar menjadi solusi dari masalah yang selama ini terjadi terkait calon pemagang dan pemberi magang.

Virtual hub macam itulah yang dihadirkan oleh PT Matata Edu Inovasi. Dinamai Bantu Kerja, virtual hub berbasis web ini merupakan akumulasi keresahan dari penggagasnya, Enrico Pitono dan Tari Sandjojo.

“Selama enam belas tahun bekerja di bidang perbankan di Indonesia, ada satu hal yang selalu mengganggu pikiran saya terkait dengan kualitas pekerja magang yang datang dan pergi di tempat saya bekerja. Mereka rata-rata tidak diperlengkapi dengan kemampuan dasar yang dibutuhkan dalam menjalankan pekerjaan mereka sehari-hari,” bilang Enrico, Founder Matatacorp, Holding company PT Matata Edu Inovasi.

Yang dia maksud bukanlah kemampuan teknis atau teoritis. Tetapi justru merujuk pada soft skills yang lebih mendasar lagi: berinteraksi, berkomunikasi, sekaligus kemampuan menempatkan diri di tengah dunia kerja yang notabene berbeda dengan dunia sekolah atau kuliah. Hal-hal seperti itu, yang tak pernah menjadi masalah alias sudah purna di negara seperti Inggris, atau sebagian besar negara Eropa dan Asia lain.

Hal itu diamini oleh Tari Sandjojo, psikolog dan pendidik yang saat ini memimpin tim Matata Edu Inovasi. Sekian puluh tahun berkecimpung di dunia pendidikan dengan spesialisasi sebagai learning designer, Tari menyebut bahwa gap itu ada sebagai akibat dari ketidakluwesan kurikulum dalam merespon kebutuhan dari industri penyerap tenaga kerja.

“Yang saya alami dan pahami sebagai pendidik selama ini adalah siswa-siswa itu akan lebih senang dan terpacu untuk belajar jika diterjunkan langsung ke dalam situasi sebenarnya. Setelah itu barulah para pendidik bisa berperan membuat kurikulum demi mengisi kekurangan-kekurangan sesuai dengan permasalahan yang sedang dialami anak-anak didiknya itu,” terang Tari.

Solusi Logistik

Dari pemikiran itulah, platform yang kemudian dinamakan Bantu Kerja dirancang, tepatnya mulai 2016. “Idenya adalah menjembatani kebutuhan industri dengan ekspektasi dari pemagang. Karena di situlah banyak terjadi gap,” tambah Tari.

Jembatan yang dimaksud Tari di sini tak hanya mempertemukan dan membiarkan kedua belah pihak itu berinteraksi sendiri. Lebih dari itu platform Bantu Kerja juga berlaku sebagai fasilitator komunikasi antar kedua pihak mengenai berbagai proyek magang yang ditawarkan di dalamnya.

Di platform ini, tiap mitra industri yang membutuhkan tenaga magang, bisa memposting proyek-proyek magang yang mereka punya untuk kemudian di-bid oleh calon pemagang. Sebagai empunya proyek, pemberi magang bisa memberi pembekalan berupa kisi-kisi serta tips dan trik tentang proyek tersebut.

Sejak proses bidding dan selama proyek berjalan, pemberi proyek bisa mulai menilai dan memilah pemagang mana saja yang sesuai dengan kriteria mereka. Jika kemudian hasil akhirnya sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan, besar kemungkinan si pemagang akan terpilih untuk dipakai lagi sekiranya ada proyek baru lainnya.

Dilakukan sepenuhnya secara online, hal itu merupakan solusi bagi kegelisahan industri dalam soal magang ini.

“Salah satu kebingungan yang selama ini saya lihat beredar di sisi industri mengenai permasalahan pegawai magang adalah perihal kapasitas ruang dan logistik lain yang bisa mereka sediakan. Di satu sisi mereka butuh pemagang, tapi di sisi lain mereka tak sanggup jika harus mengakomodir sekian banyak orang di satu waktu tertentu secara fisik,” cerita Rico.

Bagi para calon pemagang, selain kesempatan magang di berbagai jenis dan varian proyek, platform Bantu Kerja menawarkan pembekalan berbentuk modul-modul yang isinya bersifat komplementer terhadap apa yang sudah didapatkan di bangku sekolah.

“Kami membuat modul-modul tersebut berdasarkan tabulasi problem yang kerap ditemui dalam interaksi antara pemberi dan penerima magang. Lalu kami sesuaikan dengan kurikulum bersama guru-guru dari beberapa sekolah,” jelas Tari.

Setelah memenangkan bid, dalam menjalankan tugas-tugas magangnya, seperti sudah dijelaskan di atas, para pemagang akan melalu serangkaian tahap. Di tiap tahapnya mereka akan mendapatkan badge. Hanya mereka yang mengantungi badge lengkap yang berhak dinilai hasil akhirnya oleh pemberi magang. Seperti dalam game saja: kalau belum lengkap, belum bisa mencapai tahap final.

Dirancang untuk calon pemagang dalam rentang usia 14 hingga 24 tahun, unsur gamifikasi macam ini sengaja disisipkan untuk agar tetap relevan dengan kebiasaan dan alur logika berpikir mereka.

Dipicu Pandemi

Adalah sifat yang sepenuhnya online ini juga yang memberi keuntungan bagi Bantu Kerja tetap bisa bertahan bahkan mengalami pertumbuhan cukup signifikan di masa pandemi. Tari mengakui, biarpun sudah dirancang jauh sejak sebelum masa pandemi, justru kondisi inilah yang ikut mendorong urgensi adanya platform seperti Bantu Kerja di mata para mitra, baik industri maupun sekolah.

“Memasuki Mei 2020 lalu, terasa sekali lonjakan user-nya. Lalu semakin ke sini, kami juga makin mudah untuk mencari mitra industri pemberi proyek magang. Seiring dengan banyaknya perusahaan, terutama di level small medium enterprise yang terpaksa merumahkan karyawannya tapi load pekerjaan tak berkurang,” terang Tari.



Pada 2017, kiprah Bantu Kerja menarik perhatian Education Development Center Indonesia, sebuah lembaga nirlaba yang fokus pada pengembangan sistem dan pola pendidikan di Indonesia. Mereka lantas menjadikan PT Matata Edu Inovasi sebagai mitra implementasi dengan platform Bantu Kerja sebagai basis implementasi program AWARE (Accelerated Work Achievement and Readiness for Employment) batch 2 dengan nama Bengkel Digital.

Kerjasama ini berlanjut di batch 3 dengan mengusung nama Kelas Industri yang berlangsung mulai 2020 lalu hingga 2022 nanti. Kelas Industri ini dibuka oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan pada tanggal 31 Maret 2021 lalu.

“Kami sangat antusias dengan kerja sama ini. Karena ini bisa menjadi masukan berharga bagi kami demi pengembangan Bantu Kerja ke depan. Seperti layaknya produk teknologi umumnya, perkembangan Bantu Kerja harus dilandasi oleh user experience dan journey. Tentunya agar lebih bisa menjawab persoalan dengan lebih tepat sasaran. Karena bagi kami di Matata, itulah fungsi mendasar dari teknologi,” tutup Tari.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2492 seconds (0.1#10.140)