Pergerakan Orang Meningkat Tajam tapi Konsumsi Masih Lesu, Kok Bisa?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penerapan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) cukup berpengaruh kepada aktivitas ekonomi. Hal tersebut terjadi karena adanya pembatasan pergerakan orang dan barang yang hendak masuk atau keluar provinsi, kabupaten, atau kota tertentu.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan, setelah terjadi pelonggaran PSBB sebagai contoh PSBB di DKI Jakarta, pergerakan orang di ruang terbuka kembali meningkat.
“Kita ambil benchmark-nya PSBB DKI, di bulan Juli tahun lalu ternyata pergerakan orang sebetulnya kembali meningkat. Kemudian, di empat bulan terakhir ini sudah mulai turun, tapi pergerakannya kembali meningkat. Artinya, pergerakan orang sebetulnya secara observasi keseharian sudah semakin mendekati kondisi normal,” katanya dalam acara CORE Media Discussion: Quarterly Review 2021 secara virtual, Selasa (27/4/2021).
Namun, Faisal menjelaskan, adanya peningkatan mobilitas atau pergerakan orang ini tidak linier dengan peningkatan sisi konsumsi rumah tangga. “Ternyata, mobilitas yang sudah cukup signifikan meningkat dengan dilonggarkannya PSBB, PPKM dan sebagainya, ini belum banyak mendorong konsumsi rumah tangga,” jelas dia.
Lanjutnya, dilihat dari data indeks penjualan riil yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) terlihat bahwa sampai triwulan pertama tahun 2021 konsumsi rumah tangga masih terkontraksi cukup dalam.
“Secara year on year (yoy) -17%, ini masih double digit, masih cukup dalam. Sehingga untuk bisa kembali kepada kondisi normal ekspansi, sebelum pandemi di kuartal pertama tahun 2020 itu sebenarnya sudah mulai -1,9% tapi di 2019 itu 8,8%. Jadi, masih jauh beda dengan kondisi di awal tahun ini,” terang Faisal.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan, setelah terjadi pelonggaran PSBB sebagai contoh PSBB di DKI Jakarta, pergerakan orang di ruang terbuka kembali meningkat.
“Kita ambil benchmark-nya PSBB DKI, di bulan Juli tahun lalu ternyata pergerakan orang sebetulnya kembali meningkat. Kemudian, di empat bulan terakhir ini sudah mulai turun, tapi pergerakannya kembali meningkat. Artinya, pergerakan orang sebetulnya secara observasi keseharian sudah semakin mendekati kondisi normal,” katanya dalam acara CORE Media Discussion: Quarterly Review 2021 secara virtual, Selasa (27/4/2021).
Namun, Faisal menjelaskan, adanya peningkatan mobilitas atau pergerakan orang ini tidak linier dengan peningkatan sisi konsumsi rumah tangga. “Ternyata, mobilitas yang sudah cukup signifikan meningkat dengan dilonggarkannya PSBB, PPKM dan sebagainya, ini belum banyak mendorong konsumsi rumah tangga,” jelas dia.
Lanjutnya, dilihat dari data indeks penjualan riil yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) terlihat bahwa sampai triwulan pertama tahun 2021 konsumsi rumah tangga masih terkontraksi cukup dalam.
“Secara year on year (yoy) -17%, ini masih double digit, masih cukup dalam. Sehingga untuk bisa kembali kepada kondisi normal ekspansi, sebelum pandemi di kuartal pertama tahun 2020 itu sebenarnya sudah mulai -1,9% tapi di 2019 itu 8,8%. Jadi, masih jauh beda dengan kondisi di awal tahun ini,” terang Faisal.
(ind)