5 Strategi Pemulihan Ekonomi ASEAN dari Dampak Covid-19, Apa Saja?

Senin, 03 Mei 2021 - 10:46 WIB
loading...
5 Strategi Pemulihan Ekonomi ASEAN dari Dampak Covid-19, Apa Saja?
Menko bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Foto/Dok SINDOphoto/Yorri Farli
A A A
JAKARTA - Kawasan Asia Tenggara yang terdiri atas 10 negara yang tergabung dalam Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) telah memperlihatkan kemajuan signifikan dari segi sosial, ekonomi, politik, dan budaya.

ASEAN kini semakin berpengaruh, baik di tingkat regional maupun global. ASEAN merupakan pasar terbesar ke-3 di Asia dan terbesar ke-5 di dunia serta merupakan salah satu pasar terintegrasi yang paling maju.

Dengan populasi mencapai 660 juta jiwa, ASEAN memiliki basis konsumen yang luas, terbesar ke-3 setelah China dan India secara global. Lebih dari 50% populasi ASEAN berusia di bawah 30 tahun, dan mereka merupakan bagian terbesar dari angkatan kerja saat ini dan di masa depan.



Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa Indonesia dan kesembilan negara anggota ASEAN lainnya tetap berkomitmen melaksanakan integrasi ekonomi ASEAN menuju ASEAN yang maju dan modern, melalui implementasi Prioritas Tahunan AEC 2025.

Kondisi tersebut menjadi salah satu faktor pendorong peningkatkan jumlah Produk Domestik Bruto (PDB) ASEAN sebanyak 140 kali lipat sejak didirikan pada 1967, dari USD23 miliar menjadi USD3,2 triliun.

PDB per kapita juga meningkat 40 kali lipat dari USS122 menjadi USD4.827. Nilai perdagangan ASEAN naik 282 kali lipat dari USD10 miliar menjadi USD2,8 triliun.

“Dalam hal ini, ASEAN telah menyepakati kerangka kerja pemulihan ekonomi yang diberi nama ASEAN Comprehensive Recovery Framework (ACRF). Ini merupakan tindak lanjut dari arahan pemimpin ASEAN pada KTT ASEAN ke-36 pada 26 Juni 2020 untuk melakukan pemulihan ekonomi akibat dampak Covid-19,” jelas Airlangga di Jakarta, Senin (3/5/2021).



Ada lima strategi di dalam ACRF yaitu meningkatkan sistem kesehatan, memperkuat ketahanan manusia, memaksimalkan potensi pasar intra ASEAN, mempercepat digitalisasi yang inklusif, serta maju menuju masa depan yang tangguh dan berkelanjutan.

Konektivitas di antara 10 negara anggota ASEAN juga semakin terintegrasi melalui Master Plan on ASEAN (MPAC) 2025 yang fokus pada lima area, yakni Sustainable Infrastructure, Digital Innovation, Seamless Logistics, Regulatory Excellence, dan People Mobility.

Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian Rizal Affandi Lukman menambahkan, MPAC 2025 merupakan kelanjutan dari MPAC 2010 yang menunjukkan kesungguhan ASEAN untuk tidak hanya meningkatkan konektivitas fisik (melalui pembangunan infrastruktur), tapi juga konektivitas digital. Sejak terjadinya pandemi Covid-19, konektivitas digital menjadi semakin relevan dan merupakan bagian penting dalam pemulihan ekonomi.

“Ke depannya, post-pandemic ASEAN akan dihadapkan dengan perkembangan dan tren-tren ekonomi global yang dinamis. Beberapa isu yang mengemuka seperti restrukturisasi dan diversifikasi rantai pasok regional, transformasi digital, keberlanjutan, dan Revolusi Industri 4.0 harus dipersiapkan sebaik mungkin sejak saat ini,” katanya.

Berbagai inisiatif, lanjut Rizal, telah Indonesia mulai untuk menghadapi era baru pasca covid-19. Salah satunya berkaitan dengan transformasi digital dan Revolusi Industri 4.0, yang mana saat ini ASEAN sedang menyusun Consolidated Strategy on Fourth Industrial Revolution for ASEAN sebagai strategi memaksimalkan pemanfaatan industri 4.0. "Ini meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mempromosikan pembangunan ekonomi yang inklusif," tandasnya.
(ind)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1571 seconds (0.1#10.140)