Pandemi Munculkan Generasi Milenial Syariah
loading...
A
A
A
Yuswohady menambahkan, pandemi juga membuat cara berkegiatan individu turut berubah. Jika dulu gadget hanya dimanfaatkan untuk hal tertentu saja, saat ini aktivitas rapat kantor dan belajar harus menggunakan gadget sehingga durasi penggunaan perangkat tersebut menjadi lebih panjang dibanding sebelumnya.
Dalam hal berderma, ujar Yuswohady, dia menemukan fakta bahwa ternyata kalangan milenial lebih sering melakukannya. Bahkan frekunsinya bisa mencapai 1,5 kali dalam sebulan melalui fasilitas platform digital. Tidak hanya itu, sektor ritel pun tak lepas dalam melirik pasar muslim milenial. Ini salah satunya dicontohkan dengan munculnya berebagai produk berlabel syariah dari produsen-produsen besar.
SVP Marketing Communication Bank Syariah Indonesia (BSI) Ivan Ally pada kesempatan yang sama mengatakan, pihaknya sebagai penyedia jasa keuangan syariah telah mambuat segmentasi dan membranding kalangan muslim milenial dengan sebutan Gen-Sy (gen-syariah).
“Kami melihat ada segmen yang seksi bahwa kemenangan brand hari ini adalah dengan memanfaatkan segmentasi yang seksi ini yaitu segmentasi milenial, gen Y dan gen Z sehingga dalam banyak kampanye,” kata Ivan.
Dia menambahkan adanya segmen tersebut, cukup seksi untuk ‘dilirik’ sehingga dipastikan semua brand beralih ke segmen tersebut. Kendati demikian, sebelum memamfaatkan peluang tersebut BSI akan terlebih dulu mempelajari apa yang menjadi kegelisahan kalangan milenial.
Menurut dia, setidaknya ada empat hal yang telah dipelajari dari kalangan milenial. Pertama, mereka mengalami ketidakseimbangan antara bekerja dan kehidupan di luar pekerjaan.
“Itu poin yang kami tangkap. Masa pandemi membuat orang kerjanya semakin gila. Sehingga kami melihat ada gejala ketidakseimbangan itu,” ungkapnya.
Kedua, ternyata milenial itu hidupnya tidak sehat karena suka sekali fast food sehingga ditangkap sebagai kegelisahan mengenai unhealty lifestyle. Ketiga, internet digital menumpahruahkan informasi yang pada akhirnya, dalam sejumlah hal terpaan informasi yang bertubi-tubi membuat milenial mengambil kulit informasinya saja.
Keempat, milenial membutuh literasi finansial yang tinggi. Ini karena mereka dianggap mengalami tiga kali krisis sehingga berhati-hati dalam membelanjakan keuangan. Menurutnya, pandemi mendorong kaum milenial melihat keadaan sekitar bahwa banyak orang tidak beruntung sehingga mereka mencari banyak hal literasi keuangan.