Ekonomi RI Ingin Meroket, Penanganan Covid 'Ojo Mencla-mencle'

Kamis, 06 Mei 2021 - 13:37 WIB
loading...
Ekonomi RI Ingin Meroket,...
Ilustrasi. FOTO/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Pertumbuhan konomi Indonesia di kuartal I (Q1) 2021 masih terkontraksi dan masuk di jurang resesi . Pendiri sekaligus ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Hendri Saparini mengatakan bahwa kendati demikian, angka tersebut sudah mendekati titik 0 tergantung dengan kebijakan yang diambil pemerintah.

"Kita harus masih mengejar optimisme dari kelas menengah ke atas untuk konsumsi lebih lanjut," ujar Hendri dalam IDX Channel Live Market Review di Jakarta, Kamis(6/5/2021).



Dia menyebutkan, misalnya kebijakan larangan mudik akan direspon dengan sangat positif oleh kalangan menengah atas. Kebijakan-kebijakan yang meyakinkan mereka bahwa angka kasus Covid-19 melandai, tidak ada gelombang kedua atau ketiga, itu yang akan mendorong konsumsi masyarakat khsusunya di kalangan menengah asalkan dilakukan dengan tepat, tidak mencla-mencle, sportif dan konsisten di lapangan.

"Pertumbuhan konsumsi rumah tangga saat ini sudah lebih baik dibandingkan tahun lalu. Ini adalah harapan yang positif bagi para pelaku usaha untuk mempersiapkan diri," tambah Hendri.

Peningkatan konsumsi tersebut, disayangkan, belum mencakup seluruh elemen pengeluaran masyarakat. Sebanyak 41% adalah untuk makanan dan minuman dan 20% untuk komunikasi, sehingga 60%-an digunakan untuk hal yang benar-benar mendasar. "Baru setelah itu elemen lainnya. Memang di 2020, itulah yang terjadi. Tapi di 2021 memang akan berbeda karena sektor-sektor yang berkembang," ucap Hendri.



Dia mengatakan, mobilitas itu sudah jauh berkembang dibandingkan tahun lalu. Baik transportasi darat, laut, dan udara, serta lokasi-lokasi yang dikunjungi sudah merambah ke lokasi bisnis. "Apakah Indonesia akan terdampak varian virus Covid-19 dari India, atau gelombang ketiga seperti di Eropa, itu yang akan menjadi kunci kedepannya. Karena kita ini punya ruang 270 juta penduduk, pelaku usaha punya peluang yang sangat besar, tapi harus bisa riset pasar yang lebih detail," pungkas Hendri.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2403 seconds (0.1#10.140)