Diskusi SPIEF 2021 di Rusia, Mendag Ungkap Peran Penting Transformasi RI
loading...
A
A
A
Sebelum menghadiri diskusi panel SPIEF pada sesi “World Expos and International Cooperation as a Driver of Sustainable Global Development”, Mendag Lutfi juga mengikuti sesi “EAEU-ASEAN Business Dialogue”. Mendag Lutfi memaparkan perkembangan dan tantangan yang dihadapi Indonesia serta perspektifnya pada peningkatan kerja sama ASEAN-Eurasian Economic Union (Rusia, Armenia, Belarus, Kyrgyzstan, dan Kazakhstan).
Mendag Lutfi menjelaskan, sebagai negara yang terus terus berkembang maju, Indonesia menghadapi tantangan baru dalam memasuki tatanan rantai pasok nilai global untuk menciptakan kemakmuran sebagai negara demokrasi yang terbuka. Pada 2018, Indonesia yang semula merupakan negara dengan pendapatan per kapita menengah ke bawah telah naik kelas menjadi negara dengan pendapatan per kapita menengah ke atas. Saat ini, Indonesia tengah menghadapi tantangan baru. Sebelum bonus demografi, penambahan penduduk muda usia produktif atau kerja di Indonesia akan habis pada 2038 mendatang, Indonesia harus bisa meningkatkan pendapatan per kapita sebesar tiga kali lipat atau menjadi sekitar USD12.500.
“Ketika bonus demografi tersebut habis dan Indonesia tidak bisa mengembangkannya, maka Indonesia akan terperangkap dalam jebakan kelas menengah (middle income trap). Oleh karena itu, dengan potensi penduduk muda ini, Indonesia memerlukan pelaku ekonomi yang tangguh untuk menjadi negara maju pada 2045,” kata Mendag Lutfi.
Untuk mencapainya, Indonesia melakukan dua langkah besar, yaitu meningkatkan investasi di bidang infrasruktur dan mendorong transfer teknologi. Negara-negara anggota ASEAN yang lain pun melakukan langkah serupa. Indonesia memiliki sekitar 17.000 pulau, namun belum sepenuhnya mengembangkan teknologi. Oleh karena itu, transfer teknologi sangat penting bagi Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. “Ini merupakan komitmen Indonesia untuk saling mengembangkan perdagangan investasi dengan negara- negara EAEU. Kami juga berkomitmen mengembangkan perdagangan yang adil dan saling menguntungkan satu sama lain,” pungkasnya.
Mendag Lutfi menjelaskan, sebagai negara yang terus terus berkembang maju, Indonesia menghadapi tantangan baru dalam memasuki tatanan rantai pasok nilai global untuk menciptakan kemakmuran sebagai negara demokrasi yang terbuka. Pada 2018, Indonesia yang semula merupakan negara dengan pendapatan per kapita menengah ke bawah telah naik kelas menjadi negara dengan pendapatan per kapita menengah ke atas. Saat ini, Indonesia tengah menghadapi tantangan baru. Sebelum bonus demografi, penambahan penduduk muda usia produktif atau kerja di Indonesia akan habis pada 2038 mendatang, Indonesia harus bisa meningkatkan pendapatan per kapita sebesar tiga kali lipat atau menjadi sekitar USD12.500.
“Ketika bonus demografi tersebut habis dan Indonesia tidak bisa mengembangkannya, maka Indonesia akan terperangkap dalam jebakan kelas menengah (middle income trap). Oleh karena itu, dengan potensi penduduk muda ini, Indonesia memerlukan pelaku ekonomi yang tangguh untuk menjadi negara maju pada 2045,” kata Mendag Lutfi.
Untuk mencapainya, Indonesia melakukan dua langkah besar, yaitu meningkatkan investasi di bidang infrasruktur dan mendorong transfer teknologi. Negara-negara anggota ASEAN yang lain pun melakukan langkah serupa. Indonesia memiliki sekitar 17.000 pulau, namun belum sepenuhnya mengembangkan teknologi. Oleh karena itu, transfer teknologi sangat penting bagi Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. “Ini merupakan komitmen Indonesia untuk saling mengembangkan perdagangan investasi dengan negara- negara EAEU. Kami juga berkomitmen mengembangkan perdagangan yang adil dan saling menguntungkan satu sama lain,” pungkasnya.
(nng)