Diambang Bangkrut, Begini Jurus Garuda Indonesia Tetap Bertahan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) melakukan berbagai langkah strategis untuk memastikan keberlangsungan usaha bagi perseroan. Hal ini dilakukan di tengah kondisi keuangan yang memburuk di tengah Pandemi yang membuat jumlah penumpang menyusut.
Selain itu, Garuda Indonesia disebut mengalami tekanan yang luar biasa dengan adanya penumpukan utang hingga mencapai Rp70 triliun.
Dikutip dari penjelasan manajemen Garuda Indonesia kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), fokus utama Perseroan yakni memastikan keberlangsungan usaha melalui berbagai langkah strategis yang terus dijalankan secara berkesinambungan terutama melalui optimalisasi lini bisnis.
"Khususnya kargo dan charter, serta pengelolaan cost structure beban operasional Perseroan baik melalui optimalisasi produktivitas armada, negosiasi bersama lessor, pengelolaan SDM serta restrukturisasi rute penerbangan sejalan dengan trend demand yang ada pada masa adaptasi kebiasaan baru ini," tulis keterangan manajemen Garuda Indonesia dikutip dari keterbukaan informasi BEI, Rabu (9/6/2021).
Manajemen Garuda Indonesia menambahkan, saat ini Perseroan sedang melakukan diskusi dengan konsultan dan Perseroan untuk mengupayakan opsi terbaik yang akan dikaji dalam upaya pemulihan kinerja dan memastikan keberlangsungan usaha Perseroan dengan melibatkan seluruh stakeholders dan persetujuan pemegang saham.
Mengenai strategi Perseroan agar menerima surplus kas tiap bulannya, manajemen menjelaskan bahwa Perseroan terus berupaya untuk melakukan peningkatan kinerja operasional dengan dukungan program vaksinasi yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah. Ditambah serta melalui program-program untuk meningkatkan revenue dan program efisensi yang dijalankan oleh Perseroan.
"Lebih lanjut Perseroan juga akan melakukan manajemen arus kas yang optimal antara pemasukan yang diterima Perseroan dengan kewajiban yang harus dibayarkan setiap bulannya. Hal ini tentu juga melibatkan proses negosiasi dan diskusi dengan pihak terkait termasuk vendor, Lessor dan Kreditur," tulis manajemen GIAA.
Garuda Indonesia saat ini juga terus melakukan upaya negosiasi dengan lessor untuk pesawat dengan status grounded, dimana pendekatan yang ditempuh adalah untuk kembali dapat mengoperasikan atau melakukan early termination atau pengembalian pesawat, tentunya hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan armada sesuai demand layanan penerbangan pada era kenormalan baru saat ini.
Selain itu, Garuda Indonesia disebut mengalami tekanan yang luar biasa dengan adanya penumpukan utang hingga mencapai Rp70 triliun.
Dikutip dari penjelasan manajemen Garuda Indonesia kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), fokus utama Perseroan yakni memastikan keberlangsungan usaha melalui berbagai langkah strategis yang terus dijalankan secara berkesinambungan terutama melalui optimalisasi lini bisnis.
"Khususnya kargo dan charter, serta pengelolaan cost structure beban operasional Perseroan baik melalui optimalisasi produktivitas armada, negosiasi bersama lessor, pengelolaan SDM serta restrukturisasi rute penerbangan sejalan dengan trend demand yang ada pada masa adaptasi kebiasaan baru ini," tulis keterangan manajemen Garuda Indonesia dikutip dari keterbukaan informasi BEI, Rabu (9/6/2021).
Manajemen Garuda Indonesia menambahkan, saat ini Perseroan sedang melakukan diskusi dengan konsultan dan Perseroan untuk mengupayakan opsi terbaik yang akan dikaji dalam upaya pemulihan kinerja dan memastikan keberlangsungan usaha Perseroan dengan melibatkan seluruh stakeholders dan persetujuan pemegang saham.
Mengenai strategi Perseroan agar menerima surplus kas tiap bulannya, manajemen menjelaskan bahwa Perseroan terus berupaya untuk melakukan peningkatan kinerja operasional dengan dukungan program vaksinasi yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah. Ditambah serta melalui program-program untuk meningkatkan revenue dan program efisensi yang dijalankan oleh Perseroan.
"Lebih lanjut Perseroan juga akan melakukan manajemen arus kas yang optimal antara pemasukan yang diterima Perseroan dengan kewajiban yang harus dibayarkan setiap bulannya. Hal ini tentu juga melibatkan proses negosiasi dan diskusi dengan pihak terkait termasuk vendor, Lessor dan Kreditur," tulis manajemen GIAA.
Garuda Indonesia saat ini juga terus melakukan upaya negosiasi dengan lessor untuk pesawat dengan status grounded, dimana pendekatan yang ditempuh adalah untuk kembali dapat mengoperasikan atau melakukan early termination atau pengembalian pesawat, tentunya hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan armada sesuai demand layanan penerbangan pada era kenormalan baru saat ini.
(akr)