Arus Modal Asing Bisa Kabur Lebih Deras, Taper Tantrum Bikin Sri Mulyani Cemas

Selasa, 15 Juni 2021 - 05:43 WIB
loading...
Arus Modal Asing Bisa Kabur Lebih Deras, Taper Tantrum Bikin Sri Mulyani Cemas
Menkeu Sri Mulyani mengatakan, jika terjadi tapering maka arus modal keluar (capital outflow) dari negara berkembang (emerging country) pada masa pandemi covid-19 bakal lebih deras. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Pemerintah mewaspadai gejolak taper tantrum seperti pada 2013 lalu yang bisa kembali terjadi. Taper tantrum ini berhubungan erat dengan kebijakan suku bunga yang diterapkan oleh bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve atau The Fed .



Tapering adalah pengurangan surat utang yang dikeluarkan oleh pemerintah Amerika Serikat (US treasury) oleh The Fed. Artinya, bank sentral akan mengurangi porsi pembelian surat utang dari nilai yang sebelumnya dilakukan.

Seperti diketahui, tapering yang dilakukan beberapa bank sentral negara maju memiliki potensi rambatan terhadap perekonomian khususnya dari sisi sistem keuangan.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, jika terjadi tapering maka arus modal keluar (capital outflow) dari negara berkembang (emerging country) pada masa pandemi covid-19 lebih lama dibandingkan periode krisis keuangan global di 2008 lalu. Tak hanya itu, aliran modal keluar ini juga lebih deras.

"Periode global financial crisis (krisis keuangan) aliran modal asing kembali ke negara emerging pada bulan keenam. Sementara pada covid-19 ini capital flow belum kembali meskipun sudah memasuki bulan ke-15," ujar Menkeu Sri Mulyani dalam video virtual, Senin (14/6/2021).

Saat ini, aliran modal asing yang keluar saat krisis ekonomi pada 2008 sebesar Rp69,9 triliun. Sementara pada krisis 2013 lalu, asing hanya menarik investasinya sebesar Rp36 triliun.



Sedangkan, pada periode Januari-Maret 2020 saja, arus modal keluar mencapai Rp145 triliun akibat pandemi covid-19. "Potensi penurunan daya dukung investor global untuk pembiayaan defisit fiskal dari sisi pasar SBN," bebernya.

Sambung mantan Direktur Bank Dunia itu menambahkan terdapat sektor industri yang terus-terusan terdampak Pandemi Covid- 19. Jika penyebaran virus itu cepat, dipastikannya sektor industri yang dia masukkan ke dalam kelompok slow starter pasti akan mengalami penurunan kinerja.

"Sektor yang sangat berkaitan erat dengan Covid ini di mana Covidnya nya naik sektornya langsung drop," tandasnya.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1826 seconds (0.1#10.140)