Potensi Besar Transformasi Digital untuk Mendukung Perekonomian
loading...
A
A
A
Dia pun menambahkan bahwa saat ini sudah banyak UMKM yang masuk ke ranah digital, tetapi yang paling penting adalah bagaimana para pelaku ini mendapatkan pinjaman dana untuk mengembangkan bisnisnya.
"Saat ini, semenjak ada gerakan 'Bangga Buatan Indonesia' sudah hampir 10 juta UMKM yang masuk online di semua platform yang ada. Tugas kita ke depan adalah bagaimana melakukan pinjaman modal untuk para pelaku UMKM ini," tambahnya.
Sementara itu, pengamat ekonomi dari Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengungkapkan, pandemi telah mendorong porsi konsumsi melalui e-commerce naik cukup signifikan. Demikian pula dengan penggunaan aplikasi digital banking di mana perlahan sudah mulai dilakukan oleh kalangan senior, dan bukan hanya anak-anak muda.
“Satu yang perlu ditingkatkan adalah masalah literasi digital baik oleh masyarakat dan maupun oleh para penyedia layanannya,” ujar Bhima.
Dia menambahkan, momentum lahirnya bank digital di Indonesia patut diapresiasi. Apalagi, penggunaan mobile payment di Indonesia masih rendah, yakni 29,2% dibanding rata-rata dunia yakni 30,9%. Indonesia pun masih kalah dibandingkan Thailand, Filipina, dan Vietnam.
"Penggunaan banking apps di Indonesia hanya mencapai 39,2% dari total user internet, sedihnya ini kalah dari pengguna aplikasi game dan entertainment. Ini potensi besar pengembangan digital banking di Indonesia, momentum penting untuk diambil karena pasarnya belum tergarap optimal," ujar Bhima
Tetapi, kata dia, perbandingan belanja e-commerce terhadap PDB per kapita di Indonesia sebesar 5,3%, menduduki peringkat ke-3 di dunia setelah China dan Korea Selatan. Kebutuhan masyarakat akan e-commerce yang juga didorong oleh pembatasan aktivitas sosial, perlu di-backup dengan transaksi digital yang lebih cepat, efisien, dan fee-nya lebih murah.
"Saat ini, semenjak ada gerakan 'Bangga Buatan Indonesia' sudah hampir 10 juta UMKM yang masuk online di semua platform yang ada. Tugas kita ke depan adalah bagaimana melakukan pinjaman modal untuk para pelaku UMKM ini," tambahnya.
Sementara itu, pengamat ekonomi dari Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengungkapkan, pandemi telah mendorong porsi konsumsi melalui e-commerce naik cukup signifikan. Demikian pula dengan penggunaan aplikasi digital banking di mana perlahan sudah mulai dilakukan oleh kalangan senior, dan bukan hanya anak-anak muda.
“Satu yang perlu ditingkatkan adalah masalah literasi digital baik oleh masyarakat dan maupun oleh para penyedia layanannya,” ujar Bhima.
Dia menambahkan, momentum lahirnya bank digital di Indonesia patut diapresiasi. Apalagi, penggunaan mobile payment di Indonesia masih rendah, yakni 29,2% dibanding rata-rata dunia yakni 30,9%. Indonesia pun masih kalah dibandingkan Thailand, Filipina, dan Vietnam.
"Penggunaan banking apps di Indonesia hanya mencapai 39,2% dari total user internet, sedihnya ini kalah dari pengguna aplikasi game dan entertainment. Ini potensi besar pengembangan digital banking di Indonesia, momentum penting untuk diambil karena pasarnya belum tergarap optimal," ujar Bhima
Tetapi, kata dia, perbandingan belanja e-commerce terhadap PDB per kapita di Indonesia sebesar 5,3%, menduduki peringkat ke-3 di dunia setelah China dan Korea Selatan. Kebutuhan masyarakat akan e-commerce yang juga didorong oleh pembatasan aktivitas sosial, perlu di-backup dengan transaksi digital yang lebih cepat, efisien, dan fee-nya lebih murah.
(ynt)