Perusahaan Nasional Lakukan Ekstrak Gabus untuk Pasien Covid-19
loading...
A
A
A
“Hal tersebut pun didukung dengan kutipan hasil riset jurnal yang berjudul Serum albumin-mediated strategy for the effective targeting of Sars-Cov2 oleh Pushpendra Mani Mishra pada tahun 2020 bahwa albumin direferensikan sebagai bahan terapi pengobatan Covid-19 karena efektif sebagai penghantar obat untuk menargetkan Sars-Cov2,” ujarnya.
Sementara itu, dr. Lusi Nursilawati Syamsi, Sp.Paru menambahkan, penelitian yang sudah dilakukan bertujuan menguji efektifitas produk Onoiwa MX yang dilakukan terhadap pasien terkonfirmasi positif Covid-19. Pengujian dengan uji klinis acak terkontrol single blind parallel study pada pasien yang menderita Covid-19, kemudian pasien ditindaklanjuti selama 7 hari setelah dosis terakhir pemberian Onoiwa MX diberikan.
Sebanyak 48 pasien positif Covid-19 dan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pertama diberikan terapi standar hidroklorokuin 2x200 mg, injeksi azitromisin 1x500 mg, oseltamivir 2x75 mg serta injeksi levofloxacin 750 mg dan Onoiwa MX 3x1 selama 7 hari. Sedangkan pasien pada kelompok kedua diberikan hidroklorokuin 2x200 mg, azitromisin 1x500 mg, oseltamivir 2x75 mg serta levofloxacin injeksi ditambah kontrol 750 mg (plasebo) 3 kali sehari selama 7 hari.
Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan tanda-tanda klinis dan vital pada pasien setiap hari sebagai adjuvan pengobatan standar yang diberikan untuk penanganan pasien Covid-19 terkonfirmasi pneumonia sedang dengan dosis 3x1 sachet per hari secara oral selama 7 hari.
“Selama penelitian, gejala klinis, kemudian dihitung darah lengkap, protein C reaktif, D-dimer dinilai sebelum dan setelah perawatan Covid-19. D-dimer sangat diperhatikan pada kasus Covid-19 sesuai pedoman tatalaksana penanganan pasien Covid-19, dikarenakan peningkatan nilai d-dimer dapat memicu infeksi yang berkelanjutan sehingga menyebabkan kematian,” urai Lusi.
Baca juga:Tanda-tanda Kematian akan Menjemput
Edward mengakui bahwa saat ini belum ada pengobatan untuk Covid-19, terapi yang digunakan termasuk antivirus dan antibiotik hanya meredakan gejalanya. Selain obat-obatan, langkah-langkah pencegahan seperti upaya pemerintah untuk memvaksinasi masyarakat sedang dilakukan.
Meski vaksin sedang didistribusikan dan program vaksin tengah berjalan, upaya lain untuk mengurangi dampak Covid-19 tetap diperlukan. Dalam penelitian ini, penggunaan adjuvan bukan sebagai pengganti pengobatan Covid-19, melainkan sebagai suplemen pengobatan.
Selanjutnya, dalam situasi seperti ini ketika tidak ada obat yang efektif sebagai obat, kombinasi Channa striata, Curcuma xanthoriza dan Moringa oleifera dalam Onoiwa MX sangat berguna dalam pengobatan Covid-19. Kombinasi ini dapat menghambat fusi dan masuknya virus ke dalam sel, sementara obat lain menginternalisasi target beberapa komponen virus dan memberi sinyal pada sel untuk menghentikan penyebaran virus.
Pencarian terbaru untuk pengobatan infeksi SARS-Cov2 di PubMed mengungkapkan bahwa penggunaan obat-obatan tradisional dalam mengobati Covid-19 menunjukkan potensi tinggi kurkumin dalam temulawak dalam menetralkan aktivitas virus, serta daun kelor yang berkhasiat meningkatkan imunitas tubuh.
Sementara itu, dr. Lusi Nursilawati Syamsi, Sp.Paru menambahkan, penelitian yang sudah dilakukan bertujuan menguji efektifitas produk Onoiwa MX yang dilakukan terhadap pasien terkonfirmasi positif Covid-19. Pengujian dengan uji klinis acak terkontrol single blind parallel study pada pasien yang menderita Covid-19, kemudian pasien ditindaklanjuti selama 7 hari setelah dosis terakhir pemberian Onoiwa MX diberikan.
Sebanyak 48 pasien positif Covid-19 dan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pertama diberikan terapi standar hidroklorokuin 2x200 mg, injeksi azitromisin 1x500 mg, oseltamivir 2x75 mg serta injeksi levofloxacin 750 mg dan Onoiwa MX 3x1 selama 7 hari. Sedangkan pasien pada kelompok kedua diberikan hidroklorokuin 2x200 mg, azitromisin 1x500 mg, oseltamivir 2x75 mg serta levofloxacin injeksi ditambah kontrol 750 mg (plasebo) 3 kali sehari selama 7 hari.
Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan tanda-tanda klinis dan vital pada pasien setiap hari sebagai adjuvan pengobatan standar yang diberikan untuk penanganan pasien Covid-19 terkonfirmasi pneumonia sedang dengan dosis 3x1 sachet per hari secara oral selama 7 hari.
“Selama penelitian, gejala klinis, kemudian dihitung darah lengkap, protein C reaktif, D-dimer dinilai sebelum dan setelah perawatan Covid-19. D-dimer sangat diperhatikan pada kasus Covid-19 sesuai pedoman tatalaksana penanganan pasien Covid-19, dikarenakan peningkatan nilai d-dimer dapat memicu infeksi yang berkelanjutan sehingga menyebabkan kematian,” urai Lusi.
Baca juga:Tanda-tanda Kematian akan Menjemput
Edward mengakui bahwa saat ini belum ada pengobatan untuk Covid-19, terapi yang digunakan termasuk antivirus dan antibiotik hanya meredakan gejalanya. Selain obat-obatan, langkah-langkah pencegahan seperti upaya pemerintah untuk memvaksinasi masyarakat sedang dilakukan.
Meski vaksin sedang didistribusikan dan program vaksin tengah berjalan, upaya lain untuk mengurangi dampak Covid-19 tetap diperlukan. Dalam penelitian ini, penggunaan adjuvan bukan sebagai pengganti pengobatan Covid-19, melainkan sebagai suplemen pengobatan.
Selanjutnya, dalam situasi seperti ini ketika tidak ada obat yang efektif sebagai obat, kombinasi Channa striata, Curcuma xanthoriza dan Moringa oleifera dalam Onoiwa MX sangat berguna dalam pengobatan Covid-19. Kombinasi ini dapat menghambat fusi dan masuknya virus ke dalam sel, sementara obat lain menginternalisasi target beberapa komponen virus dan memberi sinyal pada sel untuk menghentikan penyebaran virus.
Pencarian terbaru untuk pengobatan infeksi SARS-Cov2 di PubMed mengungkapkan bahwa penggunaan obat-obatan tradisional dalam mengobati Covid-19 menunjukkan potensi tinggi kurkumin dalam temulawak dalam menetralkan aktivitas virus, serta daun kelor yang berkhasiat meningkatkan imunitas tubuh.