Genjot Produktivitas Pangan, Kementan Gelar Pelatihan Sejuta Petani

Jum'at, 16 Juli 2021 - 08:28 WIB
loading...
Genjot Produktivitas...
Mentan Syahrul Yasin Limpo (kanan) dialog interaktif dengan petani dan penyuluh secara virtual didampingi Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi (Foto: Dok. BPPSDMP)
A A A
JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong petani dan penyuluh di seluruh Indonesia untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensinya melalui 'Pelatihan Sejuta Penyuluh dan Petani' secara virtual dan offline oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP). Kegiatan itu dilaksanakan pada 28 Juli hingga 1 Agustus 2021.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengingatkan saat ini pertanian Indonesia memasuki era 4.0. Maka harus bergerak maju, mandiri dan modern sehingga kemampuan penyuluh, petani dan para praktisi pertanian harus terus ditingkatkan.

(Baca juga:Kelangkaan Pupuk Subsidi Selalu Disuarakan Petani, Kementan Bongkar Penyebabnya)

“Era 4.0 ditandai mekanisasi dan digitalisasi. Pertanian harus bergerak dari pola tradisional menjadi maju, mandiri dan modern, maka kapasitas SDM-nya pun harus ditingkatkan,” kata Mentan Syahrul seperti dikutip Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi saat membuka kegiatan 'Bertani on Cloud: Sosialisasi Pelatihan Sejuta Petani' secara virtual di Jakarta, Kamis (15/7/2021).

Dia merujuk kebangkitan Jepang yang bertekuk lutut pada Sekutu pada 8 Agustus 1945 pasca Perang Dunia II (PD). Kaisar Hirohito mengumpulkan para jenderal yang masih hidup, "berapa jumlah sensei (guru) yang tersisa?".

(Baca juga:Jelang Idul Adha, Kementan Ajak Stakeholder Tingkatkan Pengawasan Kurban)

Pertanyaan yang membuat bingung para jenderal, yang dijawabnya, “Jepang jatuh, karena kita tidak belajar. Kumpulkan semua sensei yang hidup. Kita bertumpu pada mereka sekarang, bukan kekuatan militer.”

Dedi menambahkan, Kaisar Hirohito meminta para guru bekerja keras mendidik generasi muda Jepang. Hasilnya, pada 1970, Jepang bangkit sebagai kekuatan teknologi elektronik dan automotif dunia meski miskin sumber daya alam, tapi mampu mengalahkan dominasi Barat, 'karena harga produk dan suku cadangnya lebih murah."

(Baca juga:Kementan Proyeksi Pemotongan Hewan Kurban Tahun Ini Turun 10%)

Semangat dan etos kerja bangsa Jepang, katanya lagi, harus ditiru untuk meningkatkan SDM pertanian guna mendukung peningkatan produktivitas pertanian.

“SDM adalah pengungkit utama produktivitas pertanian, barulah benih, pupuk, sarana prasarana dan alsintan yang menjadi daya dukung,” kata Dedi Nursyamsi pada sosialisasi yang dihadiri Kepala Pusat Pelatihan Pertanian (Puslatan) Leli Nuryati dan Kepala Pusat Data dan Informasi Pertanian (Pusdatin) Roby Darmawan.

Dia pun merujuk pada pencapaian Swasembada Beras 1984 yang diakui Badan Pangan Dunia (FAO) sehingga Presiden Soeharto meraih penghargaan FAO, setelah berhasil mengubah Indonesia dari pengimpor beras pada dekade 70-an menjadi negara mandiri pangan.

Penentu suksesnya, Panca Usaha Tani menggerakkan seluruh potensi melalui kebijakan Bimbingan Massal (Bimas) dan Intensifikasi Massal (Inmas). Bimas bertumpu pada penyuluhan massal, agar petani meningkatkan produksi melalui ekstensifikasi dan intensifikasi. Upaya tersebut didukung pengolahan tanah, penggunaan bibit unggul, pemupukan tepat berimbang, pengendalian hama penyakit dan pengairan yang baik.

Hasilnya, produktivitas semula 2,6 ton naik ke 3 ton didukung pembangunan irigasi, produksi padi pun naik ke 3,5 ton per hektare ditunjang pembangunan pabrik pupuk sehingga menjelma menjadi negara swasembada beras.

“Tentunya, saat ini kegiatan Bimas dan Inmas akan lebih mudah karena dukungan teknologi informasi dan mekanisasi pertanian. Sekarang ada AWR (Agriculture War Room) dan hampir semua petani dan penyuluh punya smartphone Android jadi lebih mudah,” kata Dedi.

Dia menambahkan kalau pertanian ingin bangkit maka penyuluhan, pelatihan dan pendidikan harus digenjot maksimal. “Saat ini kita punya AOR, punya ruang virtual, Kostratani bahkan perangkat Android. Fasilitas sekarang lebih canggih daripada sebelumnya,” katanya.

Leli Nuryati mengajak petani dan penyuluh mendaftar secara online untuk mendapat pengetahuan mendasar seperti kesuburan tanah. Petani dan penyuluh dapat mengikuti pelatihan di BPP masing-masing melalui tiga gelombang. Posluhdes, Saung Tani, bahkan P4S diharap bisa mendukung kegiatan pelatihan.

Roby Darmawan menambahkan petani dan penyuluh mendaftar pada latihanonline.pertanian.go.id/registrasi/ dan petani latihanonline.pertanian.go.id/registrasi/petani. Pendaftaran menggunakan Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang sudah terdaftar di aplikasi Simluhtan.
(dar)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1541 seconds (0.1#10.140)